Cara Tuhan Yesus Menghadapi Penderitaan
Cara Tuhan Yesus menghadapi
penderitaan – Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Yesaya 53:1-11. Penderitaan Tuhan Yesus sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan
menjadi pelajaran penting bagi kita yang percaya kepada-Nya. Kita tidak luput
dari penderitaan dalam hidup di dunia ini. Semakin hari, masalah hidup semakin
kompleks.
Penderitaan samkin bertambah, sakit penyakit pun bermunculan dalam wujud yang mengerikan. Kita harus mengikuti cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan, agar kita bisa keluar sebagai pemenang. Bagaimana cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan yang terjadi atas hidup-Nya? Berikut beberapa cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan, yaitu:
Penderitaan samkin bertambah, sakit penyakit pun bermunculan dalam wujud yang mengerikan. Kita harus mengikuti cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan, agar kita bisa keluar sebagai pemenang. Bagaimana cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan yang terjadi atas hidup-Nya? Berikut beberapa cara Tuhan Yesus menghadapi penderitaan, yaitu:
1. Tuhan Yesus menyatakan perasaan-Nya kepada para murid.
Penulis Injil
Matius menulis demikian: “Dan
Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa
sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati
rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku” – Matius 26:37-38. Keluhan-Nya
atas kesengsaraan-Nya itu.
Saat mendapati diri-Nya dalam tekanan penderitaan, Kristus mendatangi para murid-Nya dan Ia memberi tahu mereka mengenai perasaan-Nya, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Bagi orang yang sedang bersusah hati, akan sedikit melegakan bila memiliki seorang teman yang dapat diajak berbicara dan berbagi kesedihan. Di sini Kristus memberi tahu mereka:1) Apa yang menjadi sumber kesedihan-Nya.
Jiwa-Nyalah yang kini sedang tersiksa. Hal ini membuktikan bahwa Kristus sepenuhnya memiliki jiwa manusia, karena Dia bukan saja menderita secara jasmani, melainkan juga sampai merasuk ke dalam jiwa. Kita semua telah berdosa baik terhadap tubuh maupun jiwa kita, keduanya telah dipakai untuk berbuat dosa dan bersalah karenanya.
Karena itulah, Kristus harus menderita baik dalam raga maupun jiwa-Nya. 2) Seberapa dalam kesedihan-Nya itu. Dia luar biasa teramat sedih, perilypos -- dikepung oleh duka dari segala penjuru. Kesedihan-Nya mencapai puncak yang paling tinggi, sampai mau mati rasanya. Kesedihan itu serasa mau membunuh, terlalu besar untuk ditanggung seorang manusia biasa untuk bisa bertahan hidup.
Dia sudah siap untuk mati karena rasa duka-Nya. Kesedihan itu sama beratnya seperti maut. 3) Lamanya kesedihan itu akan berlangsung, yaitu sampai Ia mati. "Jiwaku akan merana selama masih ada dalam tubuh ini. Tidak Kulihat jalan keluar lain selain maut." Kini Dia mulai merana, dan penyiksaan itu tidak berakhir sampai Dia telah berkata, "Sudah selesai."
Saat mendapati diri-Nya dalam tekanan penderitaan, Kristus mendatangi para murid-Nya dan Ia memberi tahu mereka mengenai perasaan-Nya, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Bagi orang yang sedang bersusah hati, akan sedikit melegakan bila memiliki seorang teman yang dapat diajak berbicara dan berbagi kesedihan. Di sini Kristus memberi tahu mereka:1) Apa yang menjadi sumber kesedihan-Nya.
Jiwa-Nyalah yang kini sedang tersiksa. Hal ini membuktikan bahwa Kristus sepenuhnya memiliki jiwa manusia, karena Dia bukan saja menderita secara jasmani, melainkan juga sampai merasuk ke dalam jiwa. Kita semua telah berdosa baik terhadap tubuh maupun jiwa kita, keduanya telah dipakai untuk berbuat dosa dan bersalah karenanya.
Karena itulah, Kristus harus menderita baik dalam raga maupun jiwa-Nya. 2) Seberapa dalam kesedihan-Nya itu. Dia luar biasa teramat sedih, perilypos -- dikepung oleh duka dari segala penjuru. Kesedihan-Nya mencapai puncak yang paling tinggi, sampai mau mati rasanya. Kesedihan itu serasa mau membunuh, terlalu besar untuk ditanggung seorang manusia biasa untuk bisa bertahan hidup.
Dia sudah siap untuk mati karena rasa duka-Nya. Kesedihan itu sama beratnya seperti maut. 3) Lamanya kesedihan itu akan berlangsung, yaitu sampai Ia mati. "Jiwaku akan merana selama masih ada dalam tubuh ini. Tidak Kulihat jalan keluar lain selain maut." Kini Dia mulai merana, dan penyiksaan itu tidak berakhir sampai Dia telah berkata, "Sudah selesai."
Duka-Nya yang bermula sejak
Dia berada di taman Getsemani itu kini telah berakhir. Telah tertulis dalam
nubuat tentang Kristus, bahwa Dia adalah seseorang yang penuh
kesengsaraan. Memang seperti itulah Dia selama ini, kita bahkan tidak
pernah mendapati-Nya tertawa. Tetapi semua kesedihan-Nya sebelum itu tidaklah seberapa
dibanding dengan apa yang sedang dialami-Nya saat ini.
2.
Tuhan Yesus berpesan supaya mereka menemani dan mendampingi-Nya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan
Aku. Tentu saja Dia sangat menginginkan dukungan dari mereka
ketika Dia berkata begitu, walaupun Dia tahu mereka akan lalai. Tetapi melalui
itu, Dia mengajarkan kita mengenai keuntungan bersekutu dengan para orang
percaya.
Alangkah baiknya jika kita memiliki, atau mencari, bantuan dari saudara-saudara seiman kita saat kita sedang menderita, karena berdua lebih baik dari pada seorang diri. Apa yang dikatakan-Nya kepada mereka, juga Ia katakan kepada kita semua, berjaga-jagalah – Markus 13:37. Bukan saja berjaga-jaga untuk Dia, dalam menantikan kedatangan-Nya kembali, tetapi juga berjaga-jaga dengan Dia dalam mewaspadai pekerjaan kita sekarang ini.
Baca juga: APA TANDA ORANG YANG DIPENUHI ROH KUDUS?.
Alangkah baiknya jika kita memiliki, atau mencari, bantuan dari saudara-saudara seiman kita saat kita sedang menderita, karena berdua lebih baik dari pada seorang diri. Apa yang dikatakan-Nya kepada mereka, juga Ia katakan kepada kita semua, berjaga-jagalah – Markus 13:37. Bukan saja berjaga-jaga untuk Dia, dalam menantikan kedatangan-Nya kembali, tetapi juga berjaga-jaga dengan Dia dalam mewaspadai pekerjaan kita sekarang ini.
Baca juga: APA TANDA ORANG YANG DIPENUHI ROH KUDUS?.
Post a Comment for "Cara Tuhan Yesus Menghadapi Penderitaan"