Memiliki Hati Bapa Yang Penuh Cinta Kasih
Ketika terjadi peperangan antara pasukan Daud dan pasukan Absalom, maka atas kehendak Tuhan Absalom tewas tertikam oleh tombaknya Yoab, sebuah kemenangan tentunya, tetapi yang terjadi bukan sukacita kemenangan, melainkan dukacita perkabungan. Raja Daud menangis dan berkabung dengan menyelubungi mukanya sambil berseru: “Anakku Absalom, anakku, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom, anakku, anakku!” – 2 Samuel 18:33.
Itulah upah Absalom sebagai seorang anak yang mengkhianati dan mendurhaka terhadap orang tuanya. Sebenarnya tidak layak kematian Absalom ditangisi. Sebenarnya yang terjadi adalah sukacita kemenangan. Tetapi faktanya kita melihat bahwa Daud sangat bersedih hati dan rasa kehilangan yang begitu dalam. Mengapa bisa demikian? Karena Daud memiliki hati Bapa. Ini adalah suatu karakter yang paling disukai Allah. Itu sebabnya tidak heran kalau Allah berkenan kepada Daud.
Apakah hati Bapa itu? Hati Bapa adalah hati yang penuh kasih dan pengampunan, hati yang penuh dengan belas kasihan, hati yang mendambakan pemulihan atas orang-orang yang telah mengecewakannya, seperti kisah tentang anak yang terhilang (Luk. 15:11-32).
Suatu kisah, ada seorang yang bernama Douglas Easterday, membeli mobil baru dengan uang tabungannya. Bersama anak lelakinya yang masih kecil ia mencuci mobil itu hampir setiap hari. Suatu hari, sang anak melihat ayahnya sangat sibuk. Dengan hati bangga, ia berinisiatif untuk membantu orang tuanya. Dengan gesit ia pergi ke kamar mandi mencari ember dan kain, tetapi ia tidak dapat menemukan kain yang biasa dipakai ayahnya untuk mencuci mobil tersebut. Akhirnya, sampailah ia ke dapur dan menemukan serabut besi yang biasa dipakai ibunya untuk mencuci panci. Ia berpikir bahwa panci saja bersih apabila dicuci dengan serabut besi, apalagi mobil! Dengan serabut itulah ia mencuci mobil ayahnya. Ia begitu rajin menggosoknya sampai seluruh bagian mobil tersebut telah rata digosok. Betapa kagetnya tatkala ia melihat bahwa mobil tersebut telah penuh dengan goresan-goresan. Ia takut sekali dan merasa bersalah. Dengan wajah pucat pasi ia melapor kepada bapaknya. Tentu saja bapaknya sangat terkejut waktu mendengar laporan itu. Sewaktu ia ingin mencari “hukuman” apa yang cocok untuk anaknya, tiba-tiba ia mendengar suara Tuhan, “Hambaku, janganlah engkau menghukum anakmu, ia mempunyai motivasi yang benar, tetapi ia belum mengerti cara yang benar”. Akhirnya ayahnya tersebut memeluk anak itu dan berkata: “Anakku, papa tahu hatimu, engkau ingin menolong papa, tidak apa-apa anakku”. Itulah hati Bapa.
Hati Bapa yang ditunjukkan Daud mengingatkan kita kepada hati Allah kepada umat-Nya. Sejujurnya, kita tidak pernah berhenti memilukan hati-Nya dengan pelanggaran-pelanggaran kita. Namun demikian Allah tidak pernah berhenti memikirkan dan mencari kita. Ia begitu berharap agar kita kembali dalam pelukan-Nya, Ia mau mengampuni kita. Bapa di surga tidak melihat kesalahan kita, tetapi Dia melihat motivasi kita. Sampai kapan pun Allah setia menanti kehadiran kita. Hati-Nya berlimpah dengan kasih dan pengampunan. Marilah kita belajar mengenal dan memiliki hati Bapa, seperti Daud. Absalom telah berlaku kurang ajar dengan memberontak dan mempermalukan orang tuanya. Hal ini jelas memilukan hati Daud, tetapi sebagai seorang ayah yang memiliki hati Bapa, Daud tetap mengampuni dan mengasihinya. Amin
Memiliki hati bapa yang penuh cinta kasih ~ Landasan firman Tuhan untuk tema memiliki hati bapa yang penuh cinta kasih diambil dari kitab Samuel. Demikianlah firman Tuhan: “Lalu diberitahukanlah kepada Yoab: ‘Ketahuilah, raja menangis dan berkabung karena Absalom’. Pada hari itulah kemenangan menjadi perkabungan bagi seluruh tentara, sebab pada hari itu tentara itu mendengar orang berkata: “Raja bersusah hati karena anaknya” – 2 Samuel 19:1-2.
Kesedihan adalah bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan kita. Kita tidak dapat memutuskan untuk tidak bersedih, karena memang "ada waktu untuk menangis" (Pkh. 3:4). Kematian Absalom menyebabkan kepedihan yang begitu dalam di hati Daud. Mengapa Daud begitu bersedih padahal Absalom sudah berbuat jahat terhadap dirinya? Ada ungkapan dalam bahasa Jawa yang mengatakan: “Tego larane ora tego patine”. Artinya: “Tega melihat sakitnya tetapi tidak tega melihat kematiannya”. Itulah ungkapan yang pas buat Daud. Ungkapan dalam bahasa Jawa tersebut memiliki pengertian: sekejam-kejamnya orang tua terhadap anaknya, pasti orang tua akan menangis sedih dan rasa kehilangan ketika melihat sang buah hati meninggal dunia.
Yang terjadi atas Daud sebenarnya bukan orang tua yang kejam, sebaliknya yang terjadi adalah anaknya yang kurang ajar terhadap orang tuanya. Bukan hanya kurang ajar, tetapi berlaku seperti orang bebal dan orang fasik, yang begitu teganya membunuh saudaranya sendiri, yaitu Amnon. Yang dengan angkuhnya mengkudeta takhta kerajaan ayahnya, yang mengambil gundik-gundik ayahnya dan memperkosanya dihadapan orang-orang Israel, serta memburu ayahnya dengan mengerahkan seluruh orang Israel untuk membunuh ayahnya.
Post a Comment for "Memiliki Hati Bapa Yang Penuh Cinta Kasih"