Bagaimana Menjadi Pribadi Yang Empati?
Bagaimana menjadi pribadi yang empati ~ Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Kristus, sesungguhnya kita tidak akan pernah hidup dalam harmoni dengan istri,
suami, teman, atau orang lain tanpa empati. Kita tidak dapat memiliki sebuah
tim tanpa menyadari apa yang terjadi di kehidupan masing-masing. Itu sebabnya
ketika orang bekerja bersama-sama di kantor, mereka mungkin tidak bekerja sama,
tapi mereka bukan tim kecuali mereka tahu apa yang terjadi dalam kehidupan
masing-masing.
Empati
sangat penting karena memenuhi dua kebutuhan kita yang terdalam, yaitu: pertama,
kebutuhan mendasar untuk dipahami; kedua, kebutuhan yang mendalam akan perasaan
kita divalidasi atau diterima. Jika Anda akan membangun sebuah tim teman-teman
atau di tempat kerja atau dalam kelompok kecil Anda, Anda harus membangun
empati ke dalam struktur jaringan dan komunitas tersebut.
Pertanyaan
penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana supaya dapat menjadi pribadi yang
empati?” Berikut beberapa hal yang bisa membantu Anda untuk menjadi pribadi
yang berempati, yaitu:
1. Cerdas untuk mendengar.
Secara
alamiah kita sudah terlatih untuk cepat bereaksi terhadap semua hal. Apalagi hidup
kita pada masa kini menuntut semuanya serba cepat. Akibatnya kita tidak lagi
bisa mendengar dengan baik dan cerdas akan rintihan dan keluhan dari
orang-orang terdekat kita. Karena budaya kita mengajarkan kita untuk bergerak
cepat, kita akhirnya mengabaikan relasional untuk mendengarkan ungkapan hati
dan perasaan dari mereka yang ada di sekitar kita. Itu berarti kita mengabaikan
nilai kasih yang paling berharga dan tinggi dalam kehidupan orang-orang yang
sangat kita sayangi. Yakobus dalam pimpinan Roh Kudus menulis: “Jadilah cepat untuk mendengar, tetapi
lambat untuk berbicara dan lambat untuk marah” – Yakobus 1:19 versi NLT edisi
kedua. Jadi, untuk menjadi pribadi yang empati, maka kita harus belajar
untuk mencengar dengan cerdas semua ungkapan hati dan perasaan dari orang-orang
di sekitar kita dan orang-orang yang kita kasihi.
2. Mengajukan pertanyaan yang tepat dan
benar.
Dalam
interaksi kita dengan orang-orang yang ada di sekitar kita dan juga orang-orang
yang kita sayangi, pada umumnya kita selalu mengajukan pertanyaan klasik,
yaitu: “Apa kabarnya? Bagaimana keadaannya?”. Pertanyaan-pertanyaan demikian
acap kali direspon dengan sebuah jawaban klasik yaitu luar biasa, baik-baik
saja.
Nah
untuk menjadi pribadi yang empati, sesungguhnya tidak cukup dengan mengajukan
pertanyaan klasik seperti di atas karena jawabannya yang diberikan juga klasik.
Penulis kitab Amsal dalam pimpinan Roh Kudus menulis demikian: “Rancangan di dalam hati manusia itu seperti
air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya” – Amsal 20:5. Jadi,
untuk menjadi pribadi yang empati, kita harus mengajukan pertanyaan yang tepat
dan benar guna mengetahui kondisi hati dari orang-orang yang ada di sekitar
kita dan orang-orang yang kita sayangi. Hal lain yang dilakukan adalah belajar
untuk berlama-lama. Artinya jangan takut keheningan. Hanya berada di saat ini,
mengajukan pertanyaan, dan jangan takut untuk duduk di sana dan menunggu.
Jangan langsung masuk ke agenda Anda. Hanya mendengarkan dan belajar.
3. Menjadi sahabat yang baik.
Rasul
Paulus dalam pimpinan Roh Kudus menulis: “Bersukacitalah
dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” –
Roma 12:15. Menjadi pribadi yang empati tidak cukup hanya dengan
mengatakan: “Saya turut mengerti kondisimu”. Lalu setelah mengatakan demikian,
Anda pergi karena Anda pikir sudah cukup dengan pernyataan itu. Jika itu yang
Anda lakukan, maka hal tersebut belim menunjukkan bahwa Anda pribadi yang
empati.
Menjadi
pribadi yang empati ialah kita aktif dan terlibat langsung di dalam kehidupan
orang-orang yang ada di sekitar kita dan kehidupan orang-orang yang kita
sayangi. Kita harus ada di samping mereka. Kita harus memberi waktu ekstra bagi
mereka. Kita harus memberi perhatian dan kepedulian lebih bagi mereka. Ketika mereka
bersukacita, kita ada bersama mereka untuk bersukacita dengan mereka. Ketika mereka
bersedih, kita ada bersama mereka untuk memberi dukungan moril bagi mereka.
Saudara
yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, tiga hal yang sudah saya jelaskan di
atas terkait dengan menjadi pribadi yang empati tidak akan berhasil kalau kita
lakukan dengan kekuatan kita sendiri. Oleh karena itu, supaya bisa menjadi
pribadi yang sungguh-sungguh empati, maka kita harus selalu membuka diri untuk
terus diisi oleh kebenaran firman Tuhan, diisi oleh kuasa Allah. “Tangki” hati
kita harus selalu diisi oleh kasih Allah karena dengan demikianlah kita dapat
menjadi pribadi yang empati. Hanya ada satu cara Anda akan menjadi yang empati
- tetap diisi dengan Allah. Jika tangki Anda mendapat rendah pada Tuhan, Anda
tidak akan menjadi empati sama sekali. Anda harus tetap diisi dengan Allah. Rasul
Petrus dalam pimpinan Roh Kudus memberi nasehat bagi kita dalam suratnya
terkait dengan pribadi yang empati menulis: “Dan
akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi
saudara-saudara, penyayang dan rendah hati” – 1 Petrus 3:8. Amin.