Fokus Dari Kebangkitan Yesus
Fokus dari kebangkitan Yesus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema fokus dari kebangkitan Yesus diambil dari Injil Yohanes 20:26-29. Apakah yang menjadi fokus dari kebangkitan Yesus? Pertanyaan ini sangat penting untuk dijawab. Barangkali ada orang yang menjawabnya sebagai berikut: fokus dari kebangkitan Yesus adalah mukjizat kebangkitan-Nya, pembuktian bahwa Dia hidup, pembuktian bahwa maut atau kematian telah dikalahkan, dan seterusnya. Memang ada sisi kebenaran dari jawaban tersebut seputar makna kebangkitan Yesus. Namun, itu bukanlah fokus dari yang ingin diajarkan oleh Yohanes mengenai kebangkitan Yesus. Lalu, apakah sebenarnya fokus dari kebangkitan Yesus yang disampaikan penulis Injil ini bagi kita?
Dalam Yohanes 20:19-23
mengajarkan kita bahwa fokus dari kebangkitan Yesus, yaitu:
Satu,
pengutusan – mission Christi.
Petunjuk waktu yang
diberikan kepada kita untuk memahami cerita ini sebagai satu kesatuan adalah
“pada malam hari pertama minggu.” Tentu kita ingat bahwa maksud Yohanes menulis
Injil ini adalah supaya semua orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak
Allah dan oleh karena iman memperoleh hidup kekal di dalam nama-Nya. Itulah
sebabnya cerita-cerita di dalam Injil ini diarahkan supaya kita percaya bahwa
Yesus Mesias.
Dalam dua belas (12) pasal
pertama Injil Yohanes menceritakan mukjizat-mukjizat atas alam, sakit penyakit
dan mukjizat atas kematian yang dilakukan oleh Yesus. Sungguh, Yesus adalah
Mesias yang dapat melakukan semua itu. Kemudian, Yohanes melanjutkan dengan
cerita murid-murid yang dipersiapkan oleh Yesus sebagai penerus ajaran dan
pemberitaan-Nya (pasal 13-17) supaya
mereka siap menjadi utusan-Nya di tengah-tengah dunia. Cerita ini sampai kepada
puncak dari misi Yesus yaitu mati bagi dunia (pasal 18-19).
Tuhan Yesus jelas-jelas
sudah mempersiapkan murid-murid-Nya sebelum kematian-Nya. Cerita dalam empat
pasal (pasal 13-17) yang cukup panjang lebar digunakan oleh Yohanes untuk fokus
pada murid-murid. Bagaimanapun, Yesus mengetahui bahwa saat kematian-Nya sudah
dekat. Untuk itu supaya pekerjaan-Nya tetap berlangsung di dunia ini;
murid-murid-Nya diutus.
Yohanes ingin menyampaikan
bahwa pengutusan murid-murid dalam Yohanes 20:19-23 setelah peristiwa
kebangkitan Yesus seharusnya bukanlah sesuatu yang mengejutkan mereka. Yohanes
ingin menunjukkan bahwa Yesus ingin mengingatkan mereka akan tugas dan tanggung
jawab mereka di tengah-tengah dunia ini sebagaimana yang pernah diamanatkan
sebelumnya. Namun Tuhan Yesus memahami situasi mereka. Murid-murid sedang takut
kepada orang-orang Yahudi yang telah membunuh Yesus. Mereka sedang terancam,
mereka sedang ada di persimpangan jalan dan bingung akan kemana.
Di tengah-tengah situasi
itu, tentu murid-murid membutuhkan kekuatan, semangat, dorongan. Kabar baiknya
adalah, Roh Kudus diberikan kepada murid-murid. Roh Kudus yang berkuasa
diberikan kepada mereka supaya mereka memberitakan keampunan dosa di dalam nama
Tuhan Yesus Kristus. Penulis Injil ini ingin mengatakan kepada kita; jangan
takut menjadi utusan Yesus di tengah-tengah dunia ini karena ada kuasa Roh
Kudus bersama kita. Jangan takut melayani Tuhan. Jangan takut di tengah-tengah
kesulitan dunia ini. Jangan takut sekalipun ada tantangan. Jangan terpuruk
dengan situasi sulit. Jangan dipengaruhi oleh keadaan yang tidak kondusif di
sekitarmu.
Ketahuilah bahwa Yesus telah
bangkit untuk membuat kita fokus akan tugas kita sebagai utusan Allah di tengah-tengah
dunia ini. Aku (kata Yesus) adalah utusan Bapa untuk dunia ini. Aku sudah
menyelesaikan pekerjaan-Ku. Sebagaimana Bapa mengutus Aku, maka Aku sekarang
mengutus kamu untuk dunia ini. Hal inilah yang membuat Rasul Yohanes penulis
Injil ini dengan begitu semangat dan berani melayani Tuhan sampai ke Efesus
untuk mewartakan kabar baik kepada orang-orang di wilayah Asia Kecil ketika
menulis Injil ini.
Saat ini dunia mengalami
kesulitan. Mungkin banyak orang juga yang ketakutan oleh karena penyakit. Beberapa
orang di sekitar kita mungkin ikut takut. Beberapa orang disekitar kita mungkin
belum menerima keselamatan dalam nama Yesus. Beberapa orang disekitar kita
mungkin belum percaya Yesus. Itu tugas siapa? Jelas itu adalah tugas kita untuk
melayani mereka sebagai utusan Tuhan Yesus di tengah-tengah dunia ini. Mereka
membutuhkan Yesus untuk keselamatan mereka. Mereka butuh iman yang
menyelamatkan mereka. Dan engkau (kata Yesus) Ku-utus bagi mereka semua.
Dua,
keimanan – faith in Christ.
Dalam Yohanes 20:26-29
mengajarkan kita bahwa fokus kedua dari kebangkitan Yesus adalah “Keimanan.”
Petunjuk waktu yang diberikan kepada kita untuk memahami cerita ini sebagai
satu kesatuan adalah “delapan hari kemudian.” Cerita mengenai Tomas yang
berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan
sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku
ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya" menunjukkan
bahwa sejak awal-pun ada orang yang ragu-ragu akan kebangkitan Yesus.
Ada orang yang tidak percaya
bahwa Yesus telah bangkit. Cerita ini dipakai oleh Yohanes sebagai antisipasi
bahwa ada orang yang skeptis seperti Tomas namun sesungguhnya bisa menjadi
percaya setelah “berjumpa” dengan Yesus. Iman bisa tumbuh melalui “perjumpaan”
secara pribadi dengan Yesus. Kata Yesus "Karena engkau telah melihat Aku,
maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya." Perkataan ini mengingatkan murid-murid dan kita bahwa fokus dari
kebangkitan Yesus yaitu bagaimana supaya orang memiliki iman kepada Yesus untuk
keselamatan mereka.
Dalam peristiswa itu, Yesus
dapat dilihat mata secara fisik. Namun orang juga mesti percaya kepada Yesus
yang bangkit sekalipun tidak dilihat secara fisik. Justru merekalah yang
berbahagia, justru kita-lah yang berbahagia karena kita percaya sekalipun tidak
melihat. Harus diakui bahwa ada orang-orang tertentu yang sulit untuk
diyakinkan percaya kepada Yesus. Namun harus diakui pula bahwa, jika mereka
kita bawa untuk mengalami “perjumpaan” dengan Yesus maka mereka bisa beriman.
Tiga,
pemulihan – rekonsiliation in Christ.
Dalam Yohanes 21:1-14
mengajarkan kita bahwa fokus ketiga dari kebangkitan Yesus adalah “Pemulihan.”
Petunjuk waktu yang diberikan kepada kita untuk memahami cerita ini sebagai
satu kesatuan adalah “ketiga kalinya, Yesus menampakkan diri lagi kepada
murid-murid-Nya.” Ternyata, sekalipun Yesus telah menampakkan diri kepada
murid-murid-Nya, namun mereka belum benar-benar fokus pada Yesus yang bangkit.
Mereka malah fokus pada diri dan pekerjaan mereka.
Cerita mukjizat seratus lima
puluh tiga (153) ekor ikan di Danau Tiberias yang disaksikan oleh Simon Petrus,
Tomas, Natanael dan anak-anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes penulis Injil ini)
serta dua orang murid lain yang tidak disebutkan namanya mengingatkan kepada
mereka akan tujuh (7) mukjizat yang pernah dilakukan Yesus. Yesus sebelum
kebangkitan-Nya adalah Yesus yang sama setelah kebangkitan-Nya. Yesus yang
dahulu memanggil mereka adalah Yesus yang sama yang kini mengutus mereka.
Yesus yang dahulu telah
“membangun” hidup mereka adalah Yesus yang sama yang akan memulihkan mereka.
Intinya bukan terletak pada ikan, melainkan ada yang lebih penting dari itu
yaitu “pemulihan” murid-murid. Kehidupan mereka saat itu sedang terpuruk. Di
saat seperti itu Yesus datang menguatkan mereka, menghibur mereka, mengingatkan
mereka akan panggilannya. Yesus yang bangkit mampu memulihkan umat manusia dari
dosa, kegagalan, keterpurukkan. Mereka yang telah dipulihkan oleh Yesus
kemudian memulihkan orang lain. Kita yang telah dipulihkan oleh Yesus kemudian
memulihkan orang lain. Kebangkitan Tuhan Yesus memulihkan hidup kita.
Sumber : Pdt. Dr. Dedi Bastanta
Post a Comment for "Fokus Dari Kebangkitan Yesus"