Taat Dan Setia Kepada Tuhan
Taat
dan setia kepada Tuhan – Kita
dipilih, dipanggil dan selamatkan bukan untuk popular, dan sukses serta
diberkati kendati pun hal tersebut tidaklah salah. Namun, kita dipilih, dipanggil,
dan diselamatkan oleh Tuhan supaya kita setia dan taat kepada-Nya secara total.
Itu sebabnya rasul Yohanes dalam pimpinan Roh Kudus menulis: “… Hendaklah engkau setia sampai mati, dan
Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” – Wahyu 2:10b.
Bercermin
kepada firman Tuhan di atas, maka kita dimotivasi untuk setia sampai akahir
hidup kita. Atau dengan kata lain, kita setia sampai hembusan nafas terakhir di
bumi ini. Itu dapat mencapai titik tersebut, diperlukan komitmen dan ketgehuan
hati kepada Tuhan. Karena kita akan mengalami berbagai macam penderitaan yang
bisa saja membuat kita lemah, putus asa dan menyerah. Tetapi percayalah bahwa
sesungguhnya Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia selalu ada bersama
kita, sehingga walaupun kita mengalami penderitaan yang sangat berat karena
iman kepada Kristus, di dalam providensia atau pemeliharaan dari Allah yang
maha sempurna kita akan keluar sebagai pemenang.
Itu sebabnya
rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada orang Kristen di kota Roma demikian:
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya
bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu
kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah
yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan
mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau
kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya,
atau pedang? Seperti ada
tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari,
kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita
lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut,
maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang
ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu
makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang
ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” – Roma 8:31-39.
Tuhan
menghendaki supaya kita taat dan setia kepada-Nya. Mengapa? Karena ketaatan dan
kesetiaan kepada Tuhan merupakan bukti bahwa kita sungguh-sungguh
mengasihi-Nya. Tetapi kita harus mengerti dan memahami secara benar bahwa
motivasi atau alasan yang mendorong kita untuk taat dan setia kepada
Tuhan tidak boleh didasari pikiran yang dangkal, salah, dan keliru.
Ada
banyak pemahaman yang dangkal dan keliru terhadap kesetiaan dan ketaatan kepada
Tuhan. Pemahaman yang dangkal tersebut selalu berujung kepada bahwa ketika kita
taat dan setia, maka kita selalu sukses, terkenal, kaya, makmur dan lain
sebagainya. Konsep pengajaran tentang ketaatan dan kesetiaan semacam itu
tidaklah seimbang. Alkitab jelas mengajarkan bahwa ketika kita taat dan setia,
kita juga mengalami tentangan, pergumulan dan penderitaan serta ujian terhadap
iman kita kepada Kristus.
Konteks
bacaan kita kali ini bercerita tentang mujizat Yesus dalam pesta perkawinan di
Kana yang di Galilea. Secara khusus pada Yohanes 2:5, ibu Yesus berkata kepada
pelayan-pelayan : ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu’! ” Pernyataan
ini juga berlaku kepada kita : ‘Apa saja yang dikatakan atau
diperintahkan Yesus dan firman-Nya kepada kita, kita harus
melakukannya’ di mana pun kita berada, sekalipun kita punya banyak masalah,
tidak mendapatkan dorongan semangat, sekalipun belum terlalu lama berjalan
bersama Yesus, sekalipun belum pernah melihat Yesus membuat mujizat dalam hidup
kita, bahkan sekalipun kita tidak memahami seluruh proses terjadinya mujizat
dalam hidup kita.
Dari
kisah Yesus mengubah air menjadi anggur kita sungguh menemukan sebuah definisi
kepatuhan atau ketaatan, yakni : “Mendengarkan kata-kata Yesus dan
melakukan kehendak-Nya”. Penulis Injil Matius menulis: “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu
angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas
batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak
melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas
pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda
rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya” – Matius 7:24-27.
Berdasarkan firman Tuhan di atas, maka ada beberapa
hal yang bisa kita ambil dalam hubungannya dengan ketaatan dan kesetiaan kita,
yaitu: pertama, taat dan melakukan perintah Tuhan dalam firman-Nya yang
tertulis (Alkitab) menandakan bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang bijaksana;
kedua, berdasarkan kebijaksanaan tersebut kita membangun iman dan kerohanian
kita di dalam Kristus sebagai sumber dan dasar yang teguh; ketiga, karena
Kristus adalah sumber dan dasar yang teguh bagi iman dan kerohanian kita, maka
sekalipun badai menggoncang kehidupan iman dan rohani kita tidak akan
tergoyahkan dan kita tidak akan murtad dari iman kepada Kristus. Kepatuhan
dan ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya pasti akan mendatangkan
perkara-perkara yang besar dalam hidup kita.