Ini Karakter Istri Yang Sudah Dalam Kristus
Ini karakter isteri yang sudah dalam Kristus – Penulis kitab
Amsal dalam pimpinan Roh Kudus menulis terkait dengan karakter istri yang sudah
dalam Kristus, demikian: “Isteri yang
cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata” – Amsal
31:10. Salah satu kata penting yang harus kita perhatikan dari bagian
firman Allah tersebut ialah kata “cakap”. Apa arti kata “cakap” itu? Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “cakap” diartikan sebagai: “1) sanggup melakukan sesuatu; mampu; dapat;
2) pandai; mahir; 3) mempunyai kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan
sesuatu; 4) bagus rupanya; cantik; rupawan; 5) bagus; elok; 6) patut; serasi;
7) tangkas”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksudkan dengan istri yang cakap ialah: pertama, seorang istri yang memiliki pengetahuan (knowledge) lengkap. Dengan kata lain istri yang cakap ialah isteri yang memiliki pendidikan akademik yang memadai. Dengan pengetahuan akademik yang memadai memungkinkan seorang istri memiliki kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) untuk melakukan berbagai pekerjaan khususnya dalam mengurus rumah tangga atau keluarganya; kedua, seorang istri yang memiliki keterampilan (skill) yang mantap, sehingga memungkinkan ia menguasai berbagai keterampilan dan mengaplikasikan keterampilan itu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan di dalam rumah tangga atau keluarganya; ketiga, seorang istri yang memiliki bentuk fisik yang menarik, cantik dan kepribadian yang baik.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksudkan dengan istri yang cakap ialah: pertama, seorang istri yang memiliki pengetahuan (knowledge) lengkap. Dengan kata lain istri yang cakap ialah isteri yang memiliki pendidikan akademik yang memadai. Dengan pengetahuan akademik yang memadai memungkinkan seorang istri memiliki kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) untuk melakukan berbagai pekerjaan khususnya dalam mengurus rumah tangga atau keluarganya; kedua, seorang istri yang memiliki keterampilan (skill) yang mantap, sehingga memungkinkan ia menguasai berbagai keterampilan dan mengaplikasikan keterampilan itu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan di dalam rumah tangga atau keluarganya; ketiga, seorang istri yang memiliki bentuk fisik yang menarik, cantik dan kepribadian yang baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis kitab
Amsal memiliki alasan yang kuat menyebut istri yang cakap itu memiliki nilai
yang melampaui nilai permata. Hanya seorang laki-laki yang takut akan Tuhan
yang bisa mendapatkan istri yang berkualitas tinggi dan bernilai harganya. Isteri
yang cakap tidak bisa kita temukan di sembarang tempat. Lalu di manakah tempat
dan keberadaan istri yang demikian? Jawaban ialah hanya di dalam Tuhan Yesus
Kristus.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa
saja tanda dari seorang istri yang sudah di dalam Kristus?” Berdasarkan
pengajaran Alkitab, kita akan menemukan tanda-tanda dari seorang istri yang
sudah di dalam Kristus, yaitu:
1. Memiliki ketaatan
kepada Kristus.
Istri yang sudah di dalam Kristus kita dapat
mengenalinya melalui ketaatannya kepada Kristus. Bukti bahwa istri taat kepada
Kristus ialah ia tunduk kepada suaminya. Artinya, status istri di dalam Kristus
menentukan perilakunya sehari-hari. Salah satu perilaku sehari-hari yang
diperlihatkan oleh istri ialah ia tunduk kepada suaminya sebagai perwujudan
hidup di dalam Kristus.
Rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan
ketaatan istri kepada Kristus dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat di
kota Efesus menulis: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh. Karena itu
sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami
dalam segala sesuatu” – Efesus 5:22-24.
Berdasarkan firman Tuhan di atas, maka kita menemukan
beberapa alasan kuat yang mengharuskan isteri tunduk kepada suami, yaitu:
pertama, karena ketaatan kepada Kristus. Jemaat secara keseluruhan taat dan
tunduk kepada otoritas dan kepemimpinan Kristus yang adalah Kepala/Pimpinan tertinggi
di dalam jemaat secara kolektif; kedua, karena perintah Tuhan dalam firman-Nya
yang tertulis.
Firman Tuhan adalah perintah Tuhan yang harus mutlak ditaati oleh setiap istri karena hal itu untuk kebaikannya; ketiga, karena memang harus ada pengorbanan. Tuhan Yesus Kristus telah berkorban demi keselamatan umat manusia secara khusus isteri. Oleh karena itu, isteri yang sudah di dalam Kristus harus bersedia untuk membayar harga dari sebuah ketaatan kepada Kristus dan ketundukan kepada suaminya; keempat, karena kewajibannya sebagai istri. Rasul Paulus terkait dengan kewajiban istri kepada suaminya menulis demikian: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” – Kolose 3:18.
Firman Tuhan adalah perintah Tuhan yang harus mutlak ditaati oleh setiap istri karena hal itu untuk kebaikannya; ketiga, karena memang harus ada pengorbanan. Tuhan Yesus Kristus telah berkorban demi keselamatan umat manusia secara khusus isteri. Oleh karena itu, isteri yang sudah di dalam Kristus harus bersedia untuk membayar harga dari sebuah ketaatan kepada Kristus dan ketundukan kepada suaminya; keempat, karena kewajibannya sebagai istri. Rasul Paulus terkait dengan kewajiban istri kepada suaminya menulis demikian: “Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” – Kolose 3:18.
Jaman boleh berubah dengan meningkatnya status perempuan/isteri
menjadi setara dengan laki-laki di manapun dia berada. Sehingga perempuan/isteri
boleh menduduki posisi-posisi strategis baik di bidang bisnis, pekerjaan,
pemerintahan dan lainnya. Dalam konteks hak asasi manusia secara global. Tetapi
dalam posisinya di rumah tangga, harus tetap disadari bahwa suami memegang
otoritas pemimpin dan kepala keluarga. Bagaimanapun posisi, status dan keadaan
suami, isteri harus belajar tunduk kepada suaminya.
2. Memiliki kemurnian
hidup di hadapan Allah.
Istri yang sudah di dalam Kristus, ia memiliki
integritas yang tinggi, kualitas moral yang mumpuni, dan kesaksian hidup yang
benar secara sosial serta kehidupan rohani yang bertumbuh di dalam Kristus. Secara
keseluruhan dari kehidupan seorang isteri di dalam Kristus memiliki kualitas
sosial dan spiritual baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat luas.
Isteri di dalam Kristus tidak akan mengkhianati suaminya, menodai kesaksiannya
di dalam Kristus dan melukai perasaan seluruh anggota keluarganya. Isteri yang
sudah di dalam Kristus memiliki kehidupan yang murni di hadapan Tuhan dan
sesamanya.
Rasul Petrus terkait dengan kemurnian hidup seorang isteri
menulis: “Demikian
juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di
antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka itu” – 1 Petrus 3:1-2. Seorang isteri harus
belajar untuk menjaga sikap dan tindakan yang benar terhadap suaminya.
Ada sebagian suami yang memang belum sungguh-sungguh di dalam Kristus. Bahkan ada sebagian suami yang masih melakukan beragam criminal atau berbagai kejahatan di mata Tuhan dan sesamanya. Itu sebabnya, seorang isteri di dalam Kristus harus sungguh-sungguh menjaga kelakuannya berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Ia harus hidup murni dan memiliki kerohanian yang bertumbuh. Sehingga kuasa dari sorga akan turun tangan untuk menjamah hati para suami, menginsafkan dan membuat mereka bertobat dari segala perbuatan dosanya. Suami dapat dimenangkan hatinya melalui sikap dan tindakan isteri yang sabar dan taat kepada Tuhan.
Ada sebagian suami yang memang belum sungguh-sungguh di dalam Kristus. Bahkan ada sebagian suami yang masih melakukan beragam criminal atau berbagai kejahatan di mata Tuhan dan sesamanya. Itu sebabnya, seorang isteri di dalam Kristus harus sungguh-sungguh menjaga kelakuannya berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Ia harus hidup murni dan memiliki kerohanian yang bertumbuh. Sehingga kuasa dari sorga akan turun tangan untuk menjamah hati para suami, menginsafkan dan membuat mereka bertobat dari segala perbuatan dosanya. Suami dapat dimenangkan hatinya melalui sikap dan tindakan isteri yang sabar dan taat kepada Tuhan.
3. Memiliki kehidupan
yang senantiasa menjadi penolong.
Seorang perempuan pada hakekatnya diciptakan oleh
Allah untuk menjadi penolong bagi laki-laki. Penolong yang sesuai dengan kehendak
dan keinginan Allah bukan penolong yang sesuai dengan keinginannya sendiri.
Musa dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan tujuan Allah menciptakan perempuan, menulis: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” – Kejadian 2:18. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka isteri yang tadinya menjadi penolong yang sepadan bagi suami, berubah menjadi perong-rong, sehingga membuat suami-suami menjadi takut kepadanya.
Musa dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan tujuan Allah menciptakan perempuan, menulis: “TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” – Kejadian 2:18. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka isteri yang tadinya menjadi penolong yang sepadan bagi suami, berubah menjadi perong-rong, sehingga membuat suami-suami menjadi takut kepadanya.
Tuhan Yesus Kristus melalui pengorbanan-Nya di atas
kayu salib memulihkan dan mengembalikan kembali posisi isteri sebagai penolong yang
sepadan bagi suaminya. Untuk itu apapun kondisi suami saat ini, entah sedang
dalam keterpurukan ataupun dalam kejatuhan, biarlah isteri tetap dapat setia
untuk mendampingi suaminya. Isteri tidak boleh mencemooh, menjelekkan atau
bahkan meninggalkan suami, jika sedang dalam keadaan yang buruk.
Isteri harus ingat bahwa dalam keadaan susah maupun senang, dia harus senantiasa menjadi pendamping dan penolong bagi suaminya. Biarlah isteri tetap dapat men-support suaminya jika sedang menjalani masalah dan keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan tetap bergandengan tangan, maka ada kekuatan yang akan menyertai rumah tangga kita untuk dapat menghadapi masalah yang ada. Sehingga pada akhirnya nanti suami dan isteri dapat meraih kemenangan secara bersama-sama di hadapan Tuhan. Haleluya!
Isteri harus ingat bahwa dalam keadaan susah maupun senang, dia harus senantiasa menjadi pendamping dan penolong bagi suaminya. Biarlah isteri tetap dapat men-support suaminya jika sedang menjalani masalah dan keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan tetap bergandengan tangan, maka ada kekuatan yang akan menyertai rumah tangga kita untuk dapat menghadapi masalah yang ada. Sehingga pada akhirnya nanti suami dan isteri dapat meraih kemenangan secara bersama-sama di hadapan Tuhan. Haleluya!