Ketua Sinode atau Ketua Sindikat? Skandal di Balik Dana Hibah Gereja - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketua Sinode atau Ketua Sindikat? Skandal di Balik Dana Hibah Gereja

Ketua Sinode atau Ketua Sindikat? Skandal di Balik Dana Hibah Gereja ~ Dunia kekristenan Indonesia tergocang dan tercoreng karena ulah oknum ketua sinode atau bisa dibilang “ketua sindikat”. Dia menggarong dana hibah yang digelontorkan oleh pemerintah untuk kepentingan pelayanan kepada umat dan dunia. Yah... “Kejahatan yang terorganisir dengan baik dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.

Ketika Mimbar Tercemar Uang

Gereja adalah tempat kudus, tempat umat menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Tapi apa jadinya ketika para penjaga kebenaran justru jadi pelaku kebusukan? Ketika ketua sinode, figur tertinggi dalam kepemimpinan gereja, ustru terlibat dalam korupsi dana hibah, bukan hanya gereja yang terluka, tapi juga hati Kristus yang dilukai.

Ini bukan sekadar isu internal. Ini adalah skandal yang memalukan tubuh Kristus, dan masyarakat pun kini bertanya: siapa yang bisa dipercaya? Yang lebih menyakitkan, banyak gereja kecil yang tak tersentuh dana tersebut, justru digunakan sebagai alat legitimasi pengajuan hibah fiktif.

Dana Hibah: Berkat dari Negara atau Batu Sandungan?

Pemerintah memberikan dana hibah keagamaan untuk membangun tempat ibadah, melayani masyarakat, dan memperkuat harmoni sosial. Tapi di tangan pemimpin gereja yang tak bertanggung jawab, berkat ini berubah jadi jebakan moral.

Alih-alih digunakan untuk memberdayakan jemaat, dana hibah diperebutkan, dimanipulasi, dan disedot oleh elite gereja. Laporan pertanggungjawaban dipalsukan. Proposal kegiatan disusun fiktif. Dan nama-nama gereja kecil dipakai sebagai alat, tanpa mereka pernah tahu atau menerima sepeserpun dana tersebut.

Ini bukan hanya pelanggaran administratif. Ini adalah penodaan terhadap kepercayaan umat.

Ketua Sinode atau Ketua Sindikat?

Dalam salah satu laporan investigatif (yang identitasnya kami rahasiakan), seorang ketua sinode diketahui menggunakan yayasan pribadi untuk mengalirkan dana hibah miliaran rupiah. Kegiatan yang dilaporkan dalam LPJ tidak pernah terjadi. Bukti digital menunjukkan tanda tangan gembala gereja dipalsukan.

Modus umum yang terjadi:

1.    Pengajuan dana hibah melalui yayasan boneka.

2.    Penggunaan gereja-gereja kecil sebagai tameng administrative.

3.    Kegiatan fiktif seperti seminar, pelatihan, atau pembangunan ulang.

4.    Mark-up dana pembangunan gereja.

5.    Ancaman mutasi, isolasi, atau pemecatan bagi pengurus yang menolak bekerja sama

Semuanya dibungkus rapi atas nama “pelayanan gereja.” Tapi di balik liturgi, ada mafia. Di balik dokumen, ada sindikat.

Refleksi Teologis: Integritas dalam Krisis

Yesus pernah berkata: “Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun” (Matius 21:13). Pernyataan Yesus ini terasa nyata hari ini. Gereja yang seharusnya tempat pertobatan malah jadi markas transaksi. Pemimpin yang seharusnya menuntun domba malah jadi serigala berbulu domba.

John Stott menulis, “Pemimpin Kristen tidak dipanggil untuk menjadi populer, tetapi untuk menjadi benar. Tidak untuk memperkaya diri, tetapi untuk melayani dengan rendah hati” (The Contemporary Christian, 1992: 127).

Korupsi adalah bentuk penghinaan terhadap Tuhan. Dan ketika dosa ini terjadi di dalam gereja, dosanya menjadi dua kali lipat: menghancurkan tubuh Kristus dari dalam, dan mencoreng nama Tuhan di mata dunia.

Gereja Harus Bangkit Melawan Budaya Diam

Skandal ini bukan hanya mencoreng nama sinode tertentu, tapi mempermalukan seluruh tubuh Kristus. Gereja harus berhenti membungkam suara-suara kenabian. Sudah terlalu lama kita menyembah struktur lebih daripada menyembah Tuhan.

Langkah konkret yang harus dilakukan:

1.    Audit internal yang independen dan transparan.

2.    Pendidikan etika pelayanan dan pengelolaan dana.

3.    Penguatan sistem checks and balances dalam sinode.

4.    Pelaporan publik terkait penggunaan dana hibah.

5.    Pemberdayaan jemaat untuk ikut mengawasi.

Gereja, Bangun dan Bertobat!

Pemimpin yang korup bukan hanya merusak struktur gereja, tapi juga mencuri kemuliaan Tuhan. Gereja yang diam adalah gereja yang gagal menjalankan fungsi kenabiannya.

Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dan garam, bukan bunglon dan tikus. Mari kita bangun! Tegur dalam kasih, pulihkan dengan keberanian, dan tuntun gereja menuju pertobatan kolektif.

Kini saatnya kita bertanya dan bersuara: Apakah kita masih dipimpin oleh seorang ketua sinode atau telah dikuasai oleh ketua sindikat?

Post a Comment for "Ketua Sinode atau Ketua Sindikat? Skandal di Balik Dana Hibah Gereja"