Doa Tanpa Iman: Apakah Kita Sedang Berbicara Sendiri?
Doa Tanpa Iman: Apakah Kita Sedang Berbicara Sendiri? ~ Landasan firman Tuhan untuk tema renungan kita hari ini, diambil dari surat Yakobus pasal 1 ayatnya yang ke 6. Beginilah sabda Tuhan bagi kita semua, “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.”
Saudara yang terkasih, Doa adalah salah satu aspek paling dasar dari kehidupan rohani kita. Bahkan orang yang baru kenal Tuhan biasanya mulai dengan doa. Tapi ironisnya, doa juga jadi salah satu aspek paling disalahpahami dalam kekristenan. Kita tahu cara berdoa, kita tahu kapan harus berdoa, bahkan mungkin kita tahu banyak teori tentang doa tapi pertanyaannya adalah: apakah kita benar-benar berdoa dengan iman?.
Banyak orang Kristen yang tahu bagaimana harus berdoa, tapi tidak
percaya pada siapa mereka berdoa. Kita menyampaikan permintaan, tapi
jauh di dalam hati kita sebenarnya ragu, "Apakah Tuhan dengar? Apakah
Tuhan peduli? Apakah ini akan terjadi?"
Kalau kita berdoa tapi tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menjawab, maka kita
tidak sedang berbicara kepada Tuhan, kita sedang berbicara sendiri.
Yakobus menulis dengan sangat tajam: “Hendaklah ia memintanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang.” Kenapa? Karena orang yang bimbang seperti gelombang laut yang tidak punya arah. Tidak stabil. Tidak fokus. Tidak kokoh. Dia datang kepada Tuhan, tapi hatinya masih diombang-ambingkan keraguan.
Saudara, mari kita akui bahwa sering kali doa kita penuh kata-kata, tapi kosong dari keyakinan. Kita berdoa sebagai rutinitas, bukan relasi. Kita berdoa sebagai kebiasaan, bukan kepercayaan. Kita bicara kepada Tuhan, tapi hati kita tidak hadir. Dan ketika kita tidak percaya bahwa Tuhan benar-benar hadir dan mendengar, maka seluruh proses itu jadi formalitas rohani, kita seperti orang berbicara ke tembok.
Ini serius sangat serius sahabatku semuanya. Dikatakan demikian, Karena doa
seharusnya jadi momen paling intim dan paling penuh kuasa dalam hidup orang
percaya. Tapi bagaimana
mungkin kita mengalami kuasa itu kalau kita sendiri tidak yakin akan kuasa-Nya?
Kita pengen jawaban doa, tapi kita bahkan nggak yakin siapa yang kita doakan
itu benar-benar hidup, berdaulat, dan mengasihi kita.
Mari kita lihat, pelajari dan ikuti teladan yang ditinggalkan oleh Yesus. Dalam setiap pelayanan-Nya, Yesus selalu mendorong iman. Ketika Ia menyembuhkan orang, Ia berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Ketika Petrus ragu di atas air, Yesus menegur: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Bahkan ketika Yesus datang ke Nazaret, dikatakan Ia tidak banyak melakukan mujizat karena mereka tidak percaya.
Tuhan kita tidak menanggapi show atau ritual. Ia merespons iman. Dan mari kita jujur, bukankah sering kali kita datang kepada Tuhan dengan daftar panjang permintaan, tapi sedikit sekali kepercayaan? Kita minta kesembuhan, tapi sudah yakin nggak bakal sembuh. Kita minta Tuhan buka jalan, tapi sudah siapkan plan B karena ragu Tuhan akan bertindak. Kita minta pengampunan, tapi tetap hidup dalam rasa bersalah karena tidak percaya bahwa kasih karunia-Nya cukup.
Saudaraku, doa yang tanpa iman bukan hanya sia-sia, itu adalah bentuk
penyangkalan terselubung terhadap karakter Tuhan. Kita bilang Tuhan itu setia,
tapi kita ragu Dia akan menjawab. Kita nyanyi “Tiada yang mustahil bagi-Mu”,
tapi dalam hati kita bilang, “Kecuali kasusku.” Ini bukan soal jumlah
kata dalam doa. Ini soal isi hati di balik doa.
Doa bukan mantra. Bukan juga negosiasi. Doa adalah komunikasi penuh kepercayaan antara anak dan Bapa. Ketika kita berdoa dalam iman, kita tidak hanya meyakini bahwa Tuhan bisa bertindak, tapi bahwa Tuhan akan bertindak sesuai kehendak dan waktu-Nya dan bahwa itu cukup.
Yesus mengajar kita untuk berdoa dengan hati yang percaya. Dalam Markus
11 ayat 24, Ia berkata: “Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu
minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan
diberikan kepadamu.”
Yesus tidak sedang berkata bahwa kita bisa minta apa pun sesuka hati. Tapi Ia
sedang mengajar kita prinsip iman: yaitu percaya bahwa Tuhan itu baik, tahu
yang terbaik, dan akan bertindak sesuai kasih dan rencana-Nya.
Kalau kita berdoa tanpa iman, doa itu kehilangan kekuatannya. Tapi ketika kita berdoa dengan iman, bahkan permohonan terkecil bisa mengguncang surga. Ingat kisah perempuan yang menjamah jubah Yesus? Dia nggak minta panjang lebar. Dia cuma menyentuh. Tapi iman kecilnya menarik kuasa besar dari Tuhan.
Hari ini, kita perlu bertanya pada diri sendiri: apakah saya berdoa dengan percaya, atau cuma basa-basi rohani? Apakah saya benar-benar mengandalkan Tuhan, atau sekadar menjalankan kewajiban? Apakah saya benar-benar percaya bahwa doa saya punya kuasa, atau saya pikir ini hanya formalitas?
Mungkin itulah kenapa banyak orang Kristen kehilangan semangat doa. Karena mereka tidak melihat hasil. Dan mungkin mereka tidak melihat hasil karena mereka tidak membawa iman. Tapi Tuhan tidak panggil kita untuk melihat dulu baru percaya. Iman adalah percaya dulu, lalu melihat.
Jadi, sahabatku semuanya, kalau hari ini hidup doamu terasa kering, mungkin bukan karena Tuhan tidak mendengar tapi karena kamu sendiri sudah kehilangan iman di dalamnya. Kembalilah ke sumber kekuatan. Ambil waktu untuk berdoa bukan hanya dengan kata-kata, tapi dengan keyakinan penuh. Percaya bahwa Tuhan itu nyata, hadir, dan peduli. Bahwa Ia tidak pernah lalai. Dan bahwa setiap doa yang lahir dari iman akan mendapat perhatian dari surga.
Berdoalah, bukan karena itu rutinitas, tapi karena kamu tahu Tuhan mendengar. Berdoalah, bukan dengan ragu, tapi dengan yakin bahwa Dia mampu melakukan jauh lebih banyak dari yang kamu minta atau pikirkan. Dan saat itu terjadi, kamu akan sadar bahwa doa bukan cuma tentang kata-kata, tapi tentang iman yang hidup.
Jangan cuma bicara sendiri. Berbicaralah kepada Tuhan dengan iman. Karena doa tanpa iman hanyalah suara ke langit kosong, tapi doa dengan iman adalah percakapan dengan Pribadi yang sanggup mengubah segalanya. Amin.
Post a Comment for "Doa Tanpa Iman: Apakah Kita Sedang Berbicara Sendiri?"