Bahaya Keputusasaan Hidup Part 3
Bahaya
keputusasaan hidup ~
Landasan firman Tuhan untuk tema tentang bahaya keputusasaan hidup diambil dari
surat rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, yaitu dalam 2 Korintus 4:16-18. Ada
banyak faktor yang membuat banyak orang mengalami keputusasaan hidup. Misalnya masalah
rumah tangga, masalah ekonomi, masalah sakit-penyakit. Pemicu keputusasaan
hidup juga beragam. Reaksi terhadap keputusasaan hidup juga beragam.
Suatu penelitian tentang
ikan besar dalam aquarium dan ikan kecil dalam kaca. Ikan besar ingin melahap ikan-ikan
kecil itu, tetapi karena ikan-ikan kecil itu dalam kaca sulit baginya untuk
menaklukkan. Setiap kali ikan besar itu menghampiri mangsanya, setiap kali itu
pula ia menabrak dinding kaca pembatas. Namun karena rasa lapar, ikan besar
kembali mencoba dan terus mencoba hingga akhirnya ikan besar itu menjadi tawar
hati dan berhenti berjuang.
Beberapa jam kemudian,
penelitian dilanjutkan. Kotak kaca dibuka dan ikan-ikan kecil dikeluarkan
sehingga ikan-ikan kecil bebas berenang. Tidak ada lagi penghalang antara ikan
besar dan ikan-ikan kecil. Di luar dugaan, ikan-ikan kecil itu secara leluasa
berenang di sekitar ikan besar tanpa ada rasa takut. Tidak hanya itu, ikan-ikan
berani mendekat sambil menyentuh sirip, insang atau ekor ikan besar. Anehnya,
ikan besar tetap saja diam, padahal ia dapat dengan mudah menyantap ikan-ikan
kecil tersebut.
Kesimpulan penelitian
rupanya ikan besar tampaknya telah menjadi “tawar hati” sehingga beranggapan
semua usaha yang dilakukannya selalu mendatangkan kegagalan.
Tawar hati adalah racun yang
sangat membahayakan bagi kelangsungan makhluk hidup. Kita tidak akan lagi
bersemangat kalau sudah tawar hati. Pekerjaan dan pelayanan yang dilakukan
dengan hati yang tawar, tidak akan menciptakan etos dan hasil kerja yang maksimal.
Maraknya kasus bunuh diri atau membunuh orang lain kerap disebabkan faktor
tawar hati atau patah hati.
Pertanyaan penting yang
harus diajukan ialah: “Bagaimana supaya kita tidak tawar hati dalam mengiring
dan melayani Tuhan?” Berdasarkan firman Tuhan dalam 2 Korintus 4:16-18, maka
ada beberapa hal penting yang harus kita lakukan, yaitu:
Tiga, berorientasi kepada nilai yang kekal – 2 Korintus 4:18.
Rasul Paulus
menulis: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak
kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak
kelihatan adalah kekal”.
Rasul Paulus
menegaskan bahwa: “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan,”. Pada umumnya
orang lebih suka memperhatikan yang kelihatan. Misalnya penampilan fisiknya,
aksesorisnya, jabatan, status sosial, kekayaan, penderitaan, masalah,
kesusahan, kesesakan dan lain sebagainya.
Rasul Paulus
tidak mau memfokuskan semua sumber dayanya kepada hal-hal yang kelihatan. Alasannya
adalah semua yang kelihatan itu sementara. Kalau fokus kepada hal yang
sementara pasti akan menariknya jauh dari rencana Tuhan. Dalam Filipi 3:8,
rasul Paulus menulis: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan
akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah
aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus”.
Rasul Paulus
memfokuskan hidupnya atau orientasi hidupnya adalah kepada hal-hal yang tidak
kelihatan. Dia katakan: “...melainkan yang tak kelihatan, karena yang
kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”. Rasul Paulus
memperhatikan yang tidak kelihatan karena kualitas nilainya lebih tinggi dari
apa yang kelihatan. Sorga kelihatan ga? Ga kelihatan tapi kita percaya bahwa
sorga merupakan tujuan akhir dari hidup kita. Mahkota kelihatan ga? Ga
kelihatan, tapi kita beriman bahwa ada mahkota yang disediakan oleh bagi kita
di masa depan oleh Allah.
Rasul Paulus
menulis: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya” – 2 Timotius 4:7-8.
Karena itulah
sehingga rasul Paulus tidak tawar hati dalam mengiring dan melayani Tuhan
Yesus. Orientasi hidupnya bukan kepada penderitaan melainkan kepada kemajuan
manusia batiniah, bukan kepada penderitaan melainkan kepada kemuliaan dan bukan
kepada yang sementara tetapi yang bernilai kekal. Kiranya kita juga memiliki
orientasi hidup seperti rasul Paulus sehingga kita tidak mudah tawar hati dalam
hidup ini. Amin
Post a Comment for "Bahaya Keputusasaan Hidup Part 3"