Bahaya Keputusaasan Hidup Part 2 - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahaya Keputusaasan Hidup Part 2

Bahaya keputusasaan hidup ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tentang bahaya keputusasaan hidup diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, yaitu dalam 2 Korintus 4:16-18. Ada banyak faktor yang membuat banyak orang mengalami keputusasaan hidup. Misalnya masalah rumah tangga, masalah ekonomi, masalah sakit-penyakit. Pemicu keputusasaan hidup juga beragam. Reaksi terhadap keputusasaan hidup juga beragam.

Suatu penelitian tentang ikan besar dalam aquarium dan ikan kecil dalam kaca. Ikan besar ingin melahap ikan-ikan kecil itu, tetapi karena ikan-ikan kecil itu dalam kaca sulit baginya untuk menaklukkan. Setiap kali ikan besar itu menghampiri mangsanya, setiap kali itu pula ia menabrak dinding kaca pembatas. Namun karena rasa lapar, ikan besar kembali mencoba dan terus mencoba hingga akhirnya ikan besar itu menjadi tawar hati dan berhenti berjuang.

Beberapa jam kemudian, penelitian dilanjutkan. Kotak kaca dibuka dan ikan-ikan kecil dikeluarkan sehingga ikan-ikan kecil bebas berenang. Tidak ada lagi penghalang antara ikan besar dan ikan-ikan kecil. Di luar dugaan, ikan-ikan kecil itu secara leluasa berenang di sekitar ikan besar tanpa ada rasa takut. Tidak hanya itu, ikan-ikan berani mendekat sambil menyentuh sirip, insang atau ekor ikan besar. Anehnya, ikan besar tetap saja diam, padahal ia dapat dengan mudah menyantap ikan-ikan kecil tersebut.

Kesimpulan penelitian rupanya ikan besar tampaknya telah menjadi “tawar hati” sehingga beranggapan semua usaha yang dilakukannya selalu mendatangkan kegagalan.


Tawar hati adalah racun yang sangat membahayakan bagi kelangsungan makhluk hidup. Kita tidak akan lagi bersemangat kalau sudah tawar hati. Pekerjaan dan pelayanan yang dilakukan dengan hati yang tawar, tidak akan menciptakan etos dan hasil kerja yang maksimal. Maraknya kasus bunuh diri atau membunuh orang lain kerap disebabkan faktor tawar hati atau patah hati.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana supaya kita tidak tawar hati dalam mengiring dan melayani Tuhan?” Berdasarkan firman Tuhan dalam 2 Korintus 4:16-18, maka ada beberapa hal penting yang harus kita lakukan, yaitu:

Dua, berorientasi kepada kumuliaan – 2 Korintus 4:17.
Rasul Paulus menulis: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”.
Persepsi kita terhadap penderitaan dalam hidup menentukan akhir dari penderitaan. Cara pikir, cara pandang dan cara kita bereaksi terhadap penderitaan berpengaruh besar terhadap hasil akhir yang akan kita dapatkan.

Perhatikan perkataan rasul Paulus: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini,...”. Benarkah bahwa rasul Paulu memiliki penderitaan yang ringan? Baca 2 Korintus 11:23-27:
11:23 Apakah mereka pelayan Kristus? -- aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.
11:24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, 
11:25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 
11:26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.
11:27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.

Berdasarkan catatan tentang seluruh derita yang dialami oleh Paulus sebenarnya sudah cukup baginya untuk tawar hati, putus asa dan menyerah dalam hidupnya. Tetapi Paulus memiliki cara pikir, cara pandang dan cara bereaksi yang benar terhadap semua penderitaan itu. Itu semua hanya penderitaan ringan.

Kata “penderitaan” dalam bahasa Yunani menggunakan kata “thlipsis”. Kata “thlipsis” artinya: “penganiayaan, penindasan, kesusahan, dan kesesakan”.   

Selanjutnya perhatikan pernyataan Paulus: “...penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami”. Kata “melebihi segala-galanya” dalam bahasa Yunani menggunakan kata “hooperbolay”. Kata “hoperbolay” artinya: “Jalan yang jauh lebih baik dari yang lainnya”.

Jadi rasul Paulus ingin menegaskan bahwa: penderitaan yang dialami merupakan jalan yang jauh lebih baik dari yang lainnya untuk membawa dia kepada kemuliaan kekal. Darimana Paulus mendapatkan pemahaman ini? Dari Yesus yang disalib. Yesus mau menderita secara hina di kayu salib – Filipi 2:8-11. Dahulu kala dalam sejarah, salib adalah lambang dari kehinaan dan kejahatan. Namun, karena Yesus pernah ada disalib itu, maka salib menjadi simbol kemuliaan, simbol mahkota, simbol kemenangan dan simbol berkat bagi kita.    

Bersambung...!

Post a Comment for "Bahaya Keputusaasan Hidup Part 2"