Translate

Iman Yang Kokoh Di Tengah Badai

Iman Yang Kokoh Di Tengah Badai ~ Landasan firman Tuhan untuk tema iman yang kokoh di Tengah badai diambil dari surat Ibrani. Demikian firman Tuhan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1).

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, pada kesempatan ini kita akan merenungkan tema yang sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu “Iman Yang Kokoh Di Tengah Badai”. Firman Tuhan dalam Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Ayat ini menekankan pentingnya iman sebagai fondasi yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan badai kehidupan.

Setiap dari kita pasti pernah atau mungkin sedang mengalami badai dalam hidup, entah itu masalah kesehatan, keuangan, hubungan, atau pergumulan batin. Pertanyaannya adalah, bagaimana kita dapat memiliki iman yang kokoh sehingga kita tidak goyah di tengah badai tersebut?

I. Memahami Definisi Iman yang Kokoh

Pertama, kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan iman yang kokoh. Ibrani 11:1 memberikan definisi yang jelas: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman bukan sekadar perasaan atau harapan kosong, tetapi keyakinan yang teguh akan kebenaran janji-janji Tuhan.

Teolog terkenal, A.W. Tozer, menyatakan, “Iman sejati bukanlah percaya bahwa Allah dapat, tetapi bahwa Allah mau”. Ini berarti iman yang kokoh adalah kepercayaan penuh bahwa Tuhan tidak hanya mampu menolong kita, tetapi Dia juga berkehendak untuk melakukannya.

Dalam Roma 10:17 dikatakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Iman kita bertumbuh melalui interaksi dengan firman Tuhan. Semakin kita mendalami firman-Nya, semakin kuat iman kita.

Selain itu, Yakobus 2:17 menegaskan, “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”. Iman yang kokoh harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Tanpa perbuatan, iman hanyalah konsep tanpa makna.

Karl Barth, seorang teolog Swiss, mengatakan, “Iman adalah perjumpaan antara Tuhan dan manusia di mana Tuhan menjadi subjek yang aktif”. Artinya, iman bukan hanya usaha manusia untuk mencapai Tuhan, tetapi respon kita terhadap inisiatif Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita.

Jadi, iman yang kokoh adalah:

- Keyakinan Penuh: Percaya sepenuhnya pada Tuhan dan janji-janji-Nya.

- Didasari Firman Tuhan: Bertumbuh melalui pendalaman firman.

- Diwujudkan dalam Tindakan: Dibuktikan melalui perbuatan nyata.

- Respon terhadap Tuhan: Menyadari bahwa Tuhan yang terlebih dahulu bertindak.

Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa iman bukanlah sesuatu yang statis, tetapi dinamis dan terus bertumbuh seiring kita berjalan bersama Tuhan.

II. Meneladani Contoh Iman di Tengah Badai

Selanjutnya, mari kita melihat contoh-contoh dari Alkitab tentang orang-orang yang memiliki iman kokoh di tengah badai kehidupan.

1. Ayub

Ayub adalah contoh klasik dari iman yang diuji. Kehilangan harta, keluarga, dan kesehatannya, Ayub tetap setia. Dalam Ayub 1:21 ia berkata, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Meskipun tidak memahami mengapa penderitaan menimpanya, Ayub tidak menyalahkan Tuhan.

C.S. Lewis pernah menulis, “Tuhan berbisik dalam kesenangan kita, berbicara dalam hati nurani kita, tetapi berteriak dalam penderitaan kita; penderitaan adalah megafon-Nya untuk membangunkan dunia yang tuli”. Melalui penderitaan, iman Ayub justru semakin diperteguh.

2. Abraham

Abraham disebut sebagai bapa orang beriman. Dalam Kejadian 22:2, Tuhan memerintahkannya untuk mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan. Dengan iman, Abraham taat tanpa ragu. Ibrani 11:19 menjelaskan bahwa Abraham percaya Tuhan mampu membangkitkan orang dari kematian.

Dietrich Bonhoeffer, teolog Jerman, mengatakan, “Hanya dia yang percaya yang taat, dan hanya dia yang taat yang percaya”. Ketaatan Abraham adalah bukti dari imannya yang kokoh.

3. Rasul Paulus

Paulus menghadapi berbagai penderitaan: dipenjara, dicambuk, dilempari batu, dan kapal karam. Namun, dalam 2 Korintus 4:8-9 ia menulis, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa”. Iman Paulus memberinya kekuatan untuk terus melayani meski dalam kesulitan.

Charles Spurgeon menyatakan, “Iman yang diuji adalah iman yang dapat dipercaya”. Melalui ujian-ujian ini, Paulus membuktikan bahwa imannya kokoh dan dapat diandalkan.

Dari ketiga contoh ini, kita belajar bahwa iman yang kokoh:

- Tidak Goyah dalam Penderitaan: Seperti Ayub, tetap memuji Tuhan meski dalam kehilangan.

- Taat Tanpa Syarat: Seperti Abraham, taat meski perintah Tuhan tampak sulit.

- Bertekun dalam Pelayanan: Seperti Paulus, terus melayani meski menghadapi berbagai rintangan.

III. Cara Memperkuat Iman di Tengah Kesulitan

Setelah memahami dan meneladani contoh iman yang kokoh, bagaimana kita dapat memperkuat iman kita di tengah badai kehidupan?

1. Berpegang Teguh pada Firman Tuhan

Mazmur 119:105 mengatakan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Firman Tuhan memberikan petunjuk dan pengharapan. Dengan merenungkan firman-Nya setiap hari, kita membangun fondasi iman yang kuat.

John Stott, seorang pengkhotbah dan penulis, menulis, “Tidak ada cara untuk menjadi orang Kristen yang kuat selain melalui firman Tuhan”. Firman Tuhan adalah sumber kekuatan kita.

2. Berdoa dengan Tekun

Filipi 4:6-7 mengingatkan kita untuk tidak khawatir, tetapi menyampaikan segala sesuatu dalam doa. Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan, tempat kita menuangkan isi hati dan menerima damai sejahtera-Nya.

Martin Luther berkata, “Doa bukanlah sekadar mengubah sesuatu, tetapi mengubah kita”. Melalui doa, iman kita diperbarui dan dikuatkan.

3. Bersekutu dengan Sesama Orang Percaya

Ibrani 10:25 menasihati kita untuk tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Komunitas iman membantu kita saling menguatkan dan mendukung.

Dietrich Bonhoeffer juga menekankan pentingnya persekutuan dalam bukunya “Life Together”, ia menulis, “Komunitas Kristen adalah anugerah dari Tuhan, tempat di mana kita dapat saling menanggung beban”.

4. Menghidupi Iman dalam Tindakan

Seperti yang dinyatakan dalam Yakobus 2:17, iman harus disertai perbuatan. Ketika kita mengaplikasikan iman dalam tindakan nyata, melayani, memberi, mengasihi, iman kita semakin kokoh.

William Booth, pendiri Bala Keselamatan, mengatakan, “Tuhan mencintai dengan tindakan, bukan hanya dengan kata-kata; demikian juga iman harus diwujudkan dalam perbuatan”.

5. Mengandalkan Roh Kudus

Roma 8:26 menyatakan, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita”. Roh Kudus adalah penolong yang memampukan kita untuk bertahan dan bertumbuh dalam iman.

A.W. Tozer juga menulis, “Tanpa Roh Kudus, iman kita hanyalah agama; dengan Roh Kudus, iman kita menjadi hidup”. Mengandalkan Roh Kudus memperkuat iman kita melebihi kemampuan manusiawi kita.

6. Mengucap Syukur dalam Segala Hal

1 Tesalonika 5:18 mengajarkan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal”. Sikap syukur membantu kita fokus pada kebaikan Tuhan daripada pada masalah kita.

Henry Nouwen, seorang penulis spiritual, mengatakan, “Syukur adalah disiplin yang secara aktif mengakui kebaikan Tuhan di tengah kesulitan”. Dengan bersyukur, kita memperkuat iman dan pengharapan kita.

Saudara-saudari yang terkasih, badai dalam hidup adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari. Namun, dengan iman yang kokoh, kita dapat menghadapinya tanpa goyah. Mari kita ingat janji Tuhan dalam Yesaya 41:10, “Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau; jangan bimbang, sebab Aku ini Allahmu”.

Dengan memahami definisi iman yang kokoh, meneladani contoh-contoh dari Alkitab, dan menerapkan langkah-langkah praktis untuk memperkuat iman, kita akan mampu berdiri teguh di tengah badai apa pun yang menghadang.

Mari kita berdoa agar Tuhan senantiasa menumbuhkan iman kita, sehingga kita dapat menjadi saksi hidup akan kasih dan kuasa-Nya. Semoga kita semua dapat berkata seperti Paulus dalam 2 Timotius 4:7, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”.

Post a Comment for "Iman Yang Kokoh Di Tengah Badai"