Translate

Keluarga Dalam Perspektif Alkitab

Keluarga dalam perspektif Alkitab ~ Kehadiran keluarga di bumi ini merupakan gagasan, ide dan karya nyata Allah. Dalam frame tersebut, dapat dimengerti dan dipahami bahwa keluarga menjadi segala-galanya bagi Allah. Dikatakan demikian, karena Allah tidak dapat bersekutu dan berkomunikasi dengan ciptaan-Nya yang lain. Hanya dengan keluarga sajalah yang tepat dimana Allah dapat bersekutu dan berkomunikasi.

Pada sisi lain, dari pernyataan di atas dapat juga dikatakan bahwa Allah menjadi segala-galanya bagi keluarga. Apa lagi setelah keluarga pertama (Adam dan Hawa red) gagal untuk menaati perintah Allah, semakin menegaskan bahwa Allah menjadi segala-galanya bagi keluarga. Tanpa Allah, mustahil keluarga bisa eksis menjalani hidup di bumi yang sudah jatuh ke dalam dosa.

Merujuk kepada pemaparan di atas, kita memahami bahwa sesungguhnya Allah sendiri yang menetapkan landasan bagi keberlangsungan hidup dalam keluarga. Hal ini dapat ditemukan dalam pernyataan langsung dari Allah yang ditulis oleh nabi Musa demikian: “Tidak bail, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” – Kejadian 2:18.


Allah memberkati keluarga.
Pemberkatan nikah kudus yang paling awal menurut catatan Alkitab itu dilakukan oleh Allah secara langsung. Allah memberkati keluarga pertama melalui bersatunya Adam dan Hawa. Penyatuan ini menurut catatan Alkitab disebut sebagai “satu daging” atau “dua menjadi satu”. Nabi Musa menulis: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keudanya menjadi satu daging” – Kejadian 2:24. Anda juga dapat membaca dalam Perjanjian Baru sebagai ayat parallel yaitu dalam Injil Matius 19:6.

Pertanyaan penting yang patut diajukan ialah: “Apa fungsi keluarga dalam perspektif Alkitab?” Berdasarkan ajaran Alkitab, maka ada beberapa fungsi keluarga, yaitu:

1. Sebagai pengelola alam semesta.
Nabi Musa terkait dengan fungsi keluarga sebagai pengelola alam semesta, menulis demikian: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” – Kejadian 1:28. Berdasarkan bagian firman Allah tersebut, maka ada beberapa hal penting yang menjadi peran utama manusia, yaitu: pertama, kepada manusia diberi kuasa untuk melipat-gandakan keturunan; kedua, kepada manusia diberi kuasa untuk mengelola alam semesta demi kesejahteraan hidupnya dan generasi selanjutnya; ketiga, kepada manusia diberi kuasa untuk menguasai wilayah yang berair, wilayah udara dan wilayah daratan. Dengan demikian, peran keluarga sangat kompleks dan komprehensif.

2. Sebagai lembaga pendidikan pertama dan terutama.
Nabi Musa terkait dengan fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan terutama, menulis demikian: “Dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu” – Ulangan 6:4-9.

3. Sebagai wadah mengaktualisasikan kasih.
Rasul Paulus terkait dengan fungsi keluarga sebagai wadah mengaktualisasikan kasih, menulis: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” – Efesus 5:22-33.


Berdasarkan penjelasan di atas, maka keluarga dalam perspektif Alkitab memiliki landasan utama yang ditetapkan oleh sendiri supaya keluarga hidup di dalamnya. Kemudian, keluarga memiliki beberapa fungsi utama, yaitu: pertama, keluarga sebagai pengelola utama alam semesta; kedua, keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan terutama di mana nilai-nilai kebenaran Allah diajarkan dan diimplementasikan di dalam totalitas hidup keluarga; ketiga, keluarga sebagai wadah mengaktualisasikan kasih, baik kasih kepada Allah Tritunggal secara vertikal maupun kasih kepada sesama anggota keluarga secara internal serta kasih kepada sesama dan lingkungan secara horisontal.