Translate

Keluarga Sebagai Komunitas Saleh

Keluarga sebagai komunitas saleh ~ Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘keluarga’ diartikan sebagai: “Satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat; keluarga yang hanya terdiri atas suami, istri (suami atau istri) dan anak; keluarga inti”. Dari pengertian tersebut, maka keluarga dapat dikatakan sebagai komunitas terkecil di dalam suatu masyarakat. Sebagai komunitas terkecil dalam suatu masyarakat, keluarga memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Dikatakan demikian, karena bila keluarga itu sehat, maka masyarakat juga sehat, bila masyarakat sehat, maka negara juga akan sehat, bila negara sehat maka dunia akan sehat. Tetapi sebaliknya, jika keluarga tidak sehat, maka masyarakat juga tidak akan sehat, jika masyarakat tidak sehat, maka negara juga tidak akan sehat, bila negara tidak sehat, maka dunia juga tidak akan sehat.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga harus menjadi komunitas yang saleh. Dalam konteks ini, maka peranan gereja sangat penting untuk mendorong setiap keluarga supaya hidup berdasarkan nilai-nilai kebenaran firman Allah.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana supaya keluarga bisa menjadi komunitas yang saleh?” Berdasarkan ajaran Alkitab, supaya keluarga bisa menjadi komunitas yang saleh, yaitu:


1. Keluarga harus percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Tuhan Yesus Kristus harus menjadi fokus dan pusat hidup keluarga secara total. Ini harus menjadi landasan utama sebuah keluarga Kristen. Tanpa landasan tersebut, maka sangat sulit bagi keluarga Kristen untuk menjadi komunitas yang saleh. Mengapa? Karena setiap anggota (suami, istri dan anak-anak) adalah individu-individu yang sudah berdosa. Natur dosa ini berpotensi untuk membuat keluarga tidak menjadi komunitas saleh.

Itu sebabnya, sangat penting bagi setiap anggota keluarga untuk memiliki relasi pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Penulis Injil Yohanes menulis: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” – Yohanes 1:12. Keluarga harus menjadi komunitas keselamatan. Oleh karena itu, keluarga Kristen menjadi tempat di mana anggota-anggota keluarga harus membangun persekutuan dan perjumpaan dengan Allah.

2. Keluarga harus bertumbuh dalam cinta kasih.
Keluarga sebagai komunitas saleh ditandai dengan tumbuhnya cinta kasih yang besar baik secara vertikal yaitu cinta kasih kepada Allah dan secara horisontal yaitu cinta kasih kepada sesama keluarga (internal) dan kepada sesama secara luas (eksternal). Dengan demikian, keluarga sebagai komunitas cintah kasih tidak egois, tidak mementingkan dirinya sendiri. Tetapi keluarga sebagai komunitas cinta kasih harus peduli atau care kepada sesama dan di lingkungan hidup.

Tuhan Yesus Kristus ketika ditanya oleh seorang ahli Taurat terkait dengan hukum yang terutama dalam hukum Taurat, memberikan penjelasan demikian: “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” – Matius 22:34-40.

3. Keluarga harus menjadi tempat kehidupan.
Hari-hari ini kepada kita diperlihatkan bagaimana keluarga-keluarga baik keluarga pada umumnya maupun keluarga Kristen yang bukan menjadi komunitas kehidupan tetapi menjadi keluarga yang mematikan. Ditandai dengan suami membunuh istri, ayah memperkosa anaknya, istri membunuh suaminya, ibu membuang anaknya. Dan masih banyak lagi tindakan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga.

Oleh karena itu, supaya keluarga bisa menjadi komunitas yang memberi kehidupan, maka suami, istri dan anak-anak serta anggota keluarga lain harus terlibat dan melibatkan diri dalam semua aktivitas atau kegiatan untuk saling memberikan dan menerima secara terus-menerus dan segala yang mereka miliki tidak hanya untuk kepentingan pribadi.

Dokter Lukas terkait dengan keluarga-keluarga yang menjadi tempat kehidupan, menulis demikian: “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing” – Kisah Para Rasul 2:44-45.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Allah mendesain dan menghadirkan keluarga di bumi ini untuk menjadi komunitas yang saleh. Namun, karena dosa membuat keluarga-keluarga menjadi komunitas yang tidak lagi sesuai dengan rancangan semula Allah. Kendati demikian, Allah berjanji untuk mengembalikan keluarga untuk menjadi komunitas yang saleh. Upaya Allah untuk mewujudkan hal itu digenapi di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Kristuslah keluarga bisa menjadi komunitas yang saleh. Ditandai dengan: pertama, keluarga harus percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi; kedua, keluarga harus bertumbuh dalam cinta kasih; ketiga, keluarga harus menjadi tempat kehidupan.