Translate

Tetap Damai Di Tengah Krisis Kehidupan

Tetap damai di tengah krisis kehidupan ~ Satu hal yang memantik refleksi saya dalam suasana Natal tahun adalah sebuah lukisan yang dibuat oleh Norman Rockwell pada tahun 1943 yang diberi judul “Freedom From Fear”. Di lukisan ini terlihat sepasang suami isteri berdiri dan memandang dua anak mereka yang sedang pulas tertidur dengan damai. Sang ayah memegang sebuah koran yang terlipat. Tak persis apa isi beritanya, tetapi terlihat jelas di headline koran itu tertulis “Bombings dan Horror.” Lukisan ini sangat kuat berbicara bagi saya, dan saya berharap juga bagi anda, ketika Natal dirayakan tahun ini di tengah situasi pandemic yang belum sepenuhnya mereda. Pandemi Covid-19 selama dua tahun ini berkembang laksana horror yang membayangi seluruh langgam hidup kita. Virus Covid-19 bermutasi dari satu varian ke varian lainnya. Sekarang kita telah mendengar berkembangnya varian baru yang dinamakan Omicron. Kondisi ini merubah banyak hal dalam keseharian kita, dan kita dipaksa beradaptasi dengan semua perubahan itu. Seringkali kita kewalahan dengan beragam perubahan yang bergerak cepat. Entah itu kondisi Kesehatan, relasi-relasi sosial kemasyarakatan, situasi rumah tangga, status pekerjaan kita, dan hal-hal lainnya. Selain Pandemi Covid-19, nurani kita juga digerus oleh berita-berita mengenai bencana alam maupun bencana sosial yang terjadi sepanjang tahun di berbagai wilayah negeri ini. Dalam seluruh situasi ini, lukisan Rockwell mengadegankan makna yang sangat luar biasa. Seorang ayah yang berdiri memegang koran, dengan berita-berita yang mencemaskan dan menakutkan, dihadapkan secara paradox dengan kedamaian yang tergambar dari wajah anak-anak mereka yang sedang tidur pulas. Saya membayangkan Maria dan Yusuf mungkin merasakan hal serupa, memandang bayi Yesus yang pulas terlelap dalam damai, sementara kondisi di sekitar mereka penuh dengan berbagai hal yang menggelisahkan.
Saya sering merasa bersalah karena menilai perdamaian terlalu sempit, sebagai kondisi tanpa konflik, penderitaan dan kegaduhan. Damai kerap salah dimengerti sebagai situasi dimana segala yang saya butuhkan telah terpenuhi, makan, minum, pekerjaan, karier, keluarga, dan sebagainya. Lukisan Rockwell mengingatkan satu hal yang mendasar dalam iman Kristen, bahwa kita tetap dimungkinkan untuk mengenal dan mengalami kedamaian dan kebaikan Tuhan, bahkan ketika kita dihadapkan pada dunia yang sedang terluka oleh wabah, ketidak-adilan, bencana, konflik dan perpecahan. Alkitab berbicara tentang makna damai yang tak terdistorsi oleh pemahaman kita yang terbatas. Kedamaian sejati menuntut kita untuk melepaskan gagasan palsu bahwa kita memegang kendali, tanpa bersandar pada kedaulatan Tuhan. Tentang hal ini, Mazmur 85: 9-14 melukiskan dengan indah. Dalam Mazmur 85, Pemazmur menggambarkan kedamaian sejati: “Aku akan mendengarkan apa yang akan difirmankan Allah, Tuhan; Dia menjanjikan kedamaian bagi umat-Nya… kedamaian dimana Cinta dan kesetiaan bertemu bersama; kebenaran dan damai saling berciuman.” Ada kepenuhan damai Allah, Shalom yang tidak boleh kita lewatkan. Pemahaman mengenai damai yang sejati ini memberi bagi kita sebuah spirit yang kuat untuk tetap bertahan dan bermegah dalam sukacita, bahkan ketika kita berada dalam situasi-situasi berat, kecemasan, bahkan horror di sekitar kita. Itulah yang disampaikan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 11-21-30 bahwa ia dapat tetap bermegah di dalam kelemahannya karena ia bergantung pada kasih karunia dan kekuatan Allah. Pemahaman yang tepat mengenai makna damai yang sejati di dalam Tuhan tidak saja memampukan kita untuk membangun ketahanan iman di tengah dunia yang terluka dan menderita, tetapi juga memampukan kita mengalirkan energi positif yang kita miliki kepada orang lain, untuk sama-sama hidup dan bertumbuh dalam damai. Hidup bersama dalam damai adalah tentang saling menerima perbedaan, mampu mendengarkan, merasakan, menghargai dan menghormati orang lain berdasarkan pengakuan bahwa kita semua berdiri di dalam kerapuhan sebagai manusia, namun Allah berinisiatif menghampiri, melebur di tengah kerapuhan kita, lalu menggendong kita dalam cinta agungnya yang mendatangkan damai sejahtera. Kedamaian sejati dalam hidup bersama akan mungkin diperjuangkan ketika kita pertama-tama membiarkan membiarkan Tuhan memeluk kita, ketika kita menerima kasih karunia-Nya, dan ketika kita membiarkan Dia mencintai kita. Ini tidak berarti bahwa kita mengecilkan ketidakadilan, keberdosaan, atau rasa sakit dan ketakutan, tetapi bahwa di tengah seluruh situasi yang mencemaskan itu, kita tetap dapat menyatakan dengan gembira bahwa Allah yang adil dan damai sangat memperhatikan kita sehingga Dia mengutus Putra-Nya kepada kita di palungan yang rendah. Damai…damai…damai, malak sorgawi menyanyikannya dan malaikat mewartakannya, adalah kedamaian sesungguhnya yang bermula dari inisiatif Allah. Kasih agung Allah di dalam Kristus yang menghampiri kita di tengah situasi apapun yang kita sedang alami. Kita telah melewati berbagai peristiwa dan badai besar, hari-hari yang mungkin tersulit dalam kehidupan kita sebagai pribadi, sebagai keluarga, sebagai masyarakat dan bangsa. Seperti figure ayah dalam lukisan Rockwell yang memegang koran dengan headline berita yang mencemaskan, begitu juga kita saat ini. Mungkin sehari-hari HP kita mewartakan kekhawatiran, kecemasan, terror yang menakutkan. Namun percaylah, kedamaian masih bisa kita temukan ketika kita memahaminya secara tepat, dan membuka diri untuk dihampiri olehnya, kedamaian sejati dalam tindakan solider Allah yang tengah menyapa kita melalui peristiwa Natal Kristus. Selamat menyongsong Natal dengan penuh damai dan sukacita! Pdt. Jacklevyn Manuputty

Post a Comment for "Tetap Damai Di Tengah Krisis Kehidupan"