Translate

Kasih Karunia Pondasi Pelayanan Kita

Kasih karunia pondasi pelayanan kita – Kasih karunia merupakan ajaran luhur yang disampaikan dan dilakukan oleh Allah bagi manusia berdosa. Dalam Injil Yohanes ditegaskan demikian: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percayab  kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” – Yohanes 3:16

Allah adalah kasih dan Dia mengasihi kita dengan kasih yang sempurna. Allah membuktikan kasih-Nya kepada kita dengan mengutus Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini untuk menjadi juruselamat bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Berdasarkan hal tersebut, maka kita sebagai umat Allah juga harus menjadikan kasih karunia pondasi pelayanan kita

Dalam kitab Wahyu ditegaskan demikian: Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu:  baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. 


Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 

Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. 

Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: 

Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” – Wahyu 2:1-7

Kita mengetahui bahwa kitab Wahyu ditulis pada saat gereja mula-mula mengalami penganiayaan dan kesulitan. Begitu besarnya tekanan-tekanan yang dihadapi, sehingga seolah-olah gereja nyaris punah dan hampir setiap orang Kristen itu mengalami goncangan iman yang luar biasa. 

Jemaat di kota Efesus mengalami hal itu. Mereka sangat bekerja keras dan melakukan berbagai upaya  untuk mempertahankan eksistensi gereja dalam menghadapi berbagai tekanan. Namun, semua upaya itu belum cukup.


1. Pelayanan bukan sekedar kerja keras.
Tuhan Yesus memberikan pujian dan sekaligus teguran kepada jemaat yang ada di kota Efesus. Mereka dipuji oleh Tuhan Yesus dalam tiga hal yaitu: Pertama, jemaat Efesus telah menunjukkan jerih payah dan ketekunan dalam kehidupan Kriste mereka. Mereka sabar menderita dan tidak mengenal lelah. 

Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah” – Wahyu 2:3. Kedua, mereka tidak dapat berkompromi terhadap orang-orang jahat, yaitu dengan menjalankan disiplin gerejawi terhadap anggota-anggota jemaat yang sesat. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. 

Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul , tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta” – Wahyu 2:2. Ketiga, mereka telah menolak pengajar-pengajar palsu. 

Disiplin yang kuat dan kegigihan pelayanan mereka memang tidak dilupakan oleh Tuhan. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci” – Wahyu 2:6. Namun, semua hal tersebut belumlah cukup.

Ternyata walaupun jemaat Efesus mempunyai banyak sifat-sifat baik, namun Tuhan tetap mencela mereka. Karena mereka justru telah kehilangan sesuatu yang terpenting, yang seharusnya menjadi dasar dari segala tindakan dan pelayanan mereka yakni kasih. 

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” – Wahyu 2:4. Kasih mereka telah menjadi dingin karena mereka tidak lagi mengasihi Tuhan seperti semula. Tanpa kasih, pekerjaan mereka telah kehilangan “roh”-nya sehingga semuanya akan menjadi sia-sia.

Hal yang sama juga kerap terjadi di sepanjang sejarah gereja. Banyak orang merasa ingin “membela” Tuhan, sampai rela membunuh atau menggunakan kuasa-kuasa gelap. Mereka tidak lagi melihat sesama manusia sebagai “jiwa-jiwa” yang dikasihi Tuhan. 

Mereka membenci penyesat-penyesat dan membunuhnya namun tidak melihat bahwa orang-orang berdosapun adalah jiwa-jiwa yang dikasihi Allah. Banyak juga orang melayani Tuhan dengan kemampuan dan kesanggupan mereka tanpa didorong oleh kasih kepada Tuhan tetapi karena sesuatu yang akan didapat karena pelayanan itu. Apa yang mendorong anda melayani Tuhan?


2. Pelayanan menuntut pertobatan.
Perbuatan tanpa kasih adalah dosa. Itu sebabnya Tuhan menyerukan supaya mereka bertobat. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” – Wahyu 2:5

Ada dua hal yang harus mereka lakukan yaitu: Pertama, jemaat Efesus diminta untuk sungguh-sungguh menyadari betapa dalamnya mereka telah jatuh ke dalam perilaku hidup yang tanpa kasih. Kedua, jemaat Efesus diminta untuk bertobat, berpaling dan bangkit dari kejatuhan mereka dan hidup di dalam kasih yang mula-mula.

Hal yang sama juga harus dipertanyakan bagi setiap orang percaya: adakah setiap aktivitas gerejawi dilakukan hanya sebagai rutinitas atau kegiatan menyibukkan diri belaka ataukah memang karena kasih mereka kepada Allah? Karena kesalehan, kesibukkan atau apapun, jika tidak membawa dampak apapun bagi sesama, dan tidak bertujuan akhir untuk memenangkan jiwa bagi Kristus, tidaklah ada gunanya.

Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah terbuai oleh kerajinan, pengorbanan ataupun kesetiaan jemaat Efesus yang tidak didasari oleh kasih, dan karena itu mereka ditegur dengan keras dan dituntut untuk bertobat, supaya kaki dian – yang melambangkan kehadiran Allah – tidak diambil dari mereka. 

Ketiadaan kaki dian akan meniadakan kemungkinan hadirnya Allah di tengah-tengah mereka. “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” – Wahyu 2:5.


3. Pelayanan menuntut ketaatan.
Surat kepada jemaat Efesus ditutup dengan suatu janji kemenangan, apa bila mereka mau mendengar dan mentaati firman Allah yaitu menjadikan kasih sebagai pondasi pelayanan. Kemenangan yang dijanjikan adalah diberi makan dari pohon kehidupan di taman Firdaus; mereka akan diperkenankan untuk menikmati buah kehidupan yaitu berkat-berkat Tuhan.

Apapun yang kita lakukan, kalau itu tidak didasari oleh kasih tidak akan Tuhan perhitungkan. Kalau kita memiliki kasih, maka kita tidak hanya akan melakukan apa yang bisa kita lakukan tetapi juga melakukan apa yang Tuhan perintahkan dalam hidup kita. Dan kalau hari ini kita telah meninggalkan kasih kita yang mula-mula, Allah rindu kita kembali dan bertobat sehingga kita akan menikmati janji-Nya dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Post a Comment for "Kasih Karunia Pondasi Pelayanan Kita"