Hidup Orang Percaya Menurut Tuhan
Hidup orang percaya menurut Tuhan –
Berdasarkan Roma 12:2, rasul Paulus memberi dua perintah yang dikhususkan bagi
orang percaya. Kedua perintah itu berkaitan dengan hidup orang percaya, yaitu:
pertama, orang percaya jangan hidup serupa dengan dunia ini; kedua, orang percaya
harus berubah oleh pembaharuan budinya. Jika
hidup orang percaya mengikuti kedua perintah itu, maka ada implikasi logis yang
terjadi, yaitu: pertama, kita dapat membedakan mana kehendak Allah; kedua kita
tahu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Itulah hidup orang percaya menurut Tuhan.
Hidup orang percaya di akhir
zaman ini bukanlah semakin gampang, namun faktanya justru semakin sulit dan
terjepit serta terhambat atau dihambat. Namun, hal yang harus kita perhatikan
adalah semakin kita dihambat semakin kita merambat karena ada Roh Kudus yang
bekerja di dalam hati kita.
Pertanyaan penting yang
harus diajukan ialah: “Bagaimanakah hidup orang percaya berdasarkan Roma 12:2?
Menurut firman Tuhan yang ditulis oleh rasul Paulus, hidup orang percaya harus
ditandai dengan:
1.
Jangan serupa dengan dunia ini.
Apa yang dimaksudkan dengan “jangan
hidup serupa dengan dunia ini?” Maksudnya ialah supaya kita jangan mengikuti
norma-norma dunia ini yang bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Tingkah
laku yang sering kita jumpai seperti minum-minuman keras, pesta pora, main
kartu judi, pornografi, seks bebas (free sex), dan lain sebagainya adalah
gejala norma-norma dunia yang melanggar perintah Tuhan.
2.
Jangan hidup sesuai dengan pandangan dunia ini.
Apa saja pandangan dunia
yang tidak boleh kita ikuti? Pertama, pikiran dan cara hidup secular.
Secular dalam bahasa Latin (dari kata saeculum) yang artinya ‘zaman’. Paulus
memakai kata dalam bahasa Yunani untuk hal yang sama. artinya, jangan menjadi
seperti zaman ini, jangan memiliki pikiran yang disesuaikan dengan sistem dunia
sehingga kita tertarik pada hal-hal itu. Namun, kata yang dipakai di sini
adalah menjadi secular, yang sama halnya dengan berlawanan dengan rohani – 2 Korintus
4:4. Pada setiap zaman, hal-hal yang dominan bisa membuat identitas hidup orang
percaya bisa menjadi kabur, tidak jelas dan penuh kompromi. Kedua,
pikiran dan cara hidup terfokus kepada humanis. Humanis adalah satu
sikap berpikir yang memberikan tekanan pada kepentingan utama untuk
kemanusiaan, yang menolak Tuhan. Humnisme memfokuskan dan menilai segala
sesuatu berdasarkan referensi pemikiran manusia dan bukan firman Tuhan. Itu sebabnya
jauh sebelum rasul Paulus menulis hal itu, penulis Amsal sudah menasehati
supaya jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5) karena pengertian
manusia itu terbatas, tidak lengkap dan berdosa. Ketiga, pikiran dan cara hidup
dikuasai relativisme. Relativisme berpendapat bahwa segala sesuatu
tidak ada yang absolute/mutlak dan segala sesuatu adalah relative. Nilai dan
stabdar tidak ada artinya. Kebenaranmu adalah baik untuk dirimu sama seperti
kebenaran saya adalah baik untuk saya. Tidak ada nilai seorang pun yang lebih
baik daripada yang lain. Itu sebabnya dapat dikatakan bahwa tidak ada
nilai-nilai yang mutlak baik dan benar. “Sebab oleh karena mereka tidak
mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan
kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah –
Roma 10:3. Keempat, pikiran dan cara hidup materialism. Gaya hidup orang
berfokus pada materi duniawi, bersenang-senang. Hidup untuk diri sendiri dan
membuatnya menjadi yang terbaik sekarang – Lukas 17:27. Hidup dinilai dan
diukur berdasarkan materi bukan lagi diukur berdasarkan kebenaran firman
Tuhan. Jadi, kesimpulannya ialah “Jangan
hidup menjadi serupa dengan dunia ini adalah tidak ikut cara/norma/dunia yang secular,
humanism, relativisme dan materialism.
3.
Berubahlah oleh pembaharuan budimu.
Satu-satunya cara kita
membuktikan fiman Tuhan merupakan kebenaran adalah jika kita mengubah cara
berpikir kita. Memang kebanyakan orang sulit untuk berubah. Mengapa? Ada
beberapa alasan, yaitu: Pertama, perubahan itu tidak selalu
menyenangkan. Anda akan mengetahui langsung hal itu dengan sebuah
latihan kecil. Contoh untuk menuliskan nama anda dengan menggunakan tangan yang
tidak biasanya anda gunakan. Misalnya, anda biasanya menggunakan tangan kanan
untuk menulis nama anda, nah sekarang coba tulis nama anda dengan tangan kiri. Hal
itu tnetu sangat tidak nyaman. Kedua, perubahan adalah sebuah proses yang penuh
pengorbanan. Untuk itu diperlukan waktu, ketekunan dan kesabaran. Itu bukan
sesuatu yang instan. Terkadang baru bertahuntahun kemudian kita bisa
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Ketiga, perubahan bisa menjadi sumber
konflik baru. Itu lazim terjadi dalam sebuah organisasi yang mengadakan
perubahan besar-besaran, yang pada akhirnya berdampak pada berbagai segi
kehidupan organisasi, misalnya PHK atau ketidakpuasan akibat mutasi kerja,
pasokan listrik terbatas, atau jam kerja yang berubah..
Kendati pun kebanyakan orang
yang membenci perubahan, perubahan adalah sumber kemajuan. Dalam bukunya, pakar
kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell menyatakan bahwa ada enam langkah yang bisa
mengubah hidup manusia. (1) Kita harus mengubah cara berpikir kita. Mengubah cara
berpikir akan mengubah keyakinan kita; (2) jika keyakinan kita berubah, harapan
kita pun akan berubah; (3) jika harapan kita berubah, sikap kita pun berubah;
(4) jika sikap berubah, perilaku kita pun berubah (5) jika perilaku kita
berubah, kinerja kita pun berubah, (6) jika kinerja kita berubah, hidup kita
pun akan berubah.
4.
Hasil perubahan pikiran.
Perubahan pikiran atau budi
selalu mengarah kepada produktifitas. Dan produktifitas di sini mengacu kepada
suatu pengetahuan yang memampukan kita secara tajam bisa membedakan mana
kehendak Allah (keinginan Roh) dan mana keinginan daging. Apa yang dimaksudkan
dengan kehendak Allah? Alkitab memberikan penjelasan akurat tentang kehendak
Allah, yaitu: Pertama, kehendak Allah = taurat Allah. Daud menyejajarkan
Taurat-Mu dengan kehendak-Mu dalam Mazmur 40:9. Jadi, di dalam hukum Allah itu
ada kehendak-Nya – Roma 2:18. Kedua, kehendak Allah = segala sesuatu yang
Allah inginkan. Contohnya: Allah menghendaki supaya semua orang selamat
– Yohanes 6:39; 2 Petrus 3:9. Itu tidak berarti bahwa semua orang akan selamat,
tetapi hanya bahwa Allah menghendaki semua orang selamat. Ketiga, kehendak Allah = segala
sesuatu yang diijinkan terjadi. Memang, banyak yang terjadi di dunia
ini yang bertentangan dengan kehendak Allah yang sempurna (misalnya, dosa,
nafsu, keserakahan, kekerasan, kebencian, kejahatan dan kekerasan hati). Namun,
Dia mengizinkan kejahatan itu berlangsung untuk sementara waktu. Sering kesulitan
dan kejahatan yang menimpa kehidupan seseorang itu diizinkan oleh Allah – 1 Petrus
3:17. Pengalaman Ayub adalah sebuah conta nyata. Keempat, kehendak Allah = baik,
berkenan dan sempurna – Yeremia 29:11: “Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”; Roma 12:2: “Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna; 2
Korintus 7:10: ” Sebab dukacita menurut kehendak Allah
menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan
disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian’;
Ibrani 11:6: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan
kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh
mencari Dia.”; Yakobus 1:17: “Setiap pemberian yang baik dan
setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala
terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran”. Baca juga bahan khotbah Kristen ini: CARA MENGHADAPI PENDERITAAN DALAM HIDUP.
Post a Comment for "Hidup Orang Percaya Menurut Tuhan"