Keluarga Yang Berkenan Kepada Tuhan
Keluarga
yang berkenan kepada Tuhan – Sejak keluarga pertama yaitu keluarga Adam dan
Hawa jatuh ke dalam dosa dan semenjak keluarga tersebut diusir keluar dari
taman Eden serta dari hadapan Tuhan, maka sejak itu pula hidup keluarga tidak
lagi berkenan kepada Tuhan. Perjalanan kehidupan keluarga semakin terpuruk dan
jahat di mata Allah sebagaimana di catat dalam kitab Kejadian 6.
Intinya ialah Allah terpisah dari keluarga dan keluarga tidak lagi berkenan kepada Tuhan. Klimaks dari murka Allah pada zaman Nuh ialah Allah menghukum dunia dengan air bah sebagaimana dicatat dalam kitab Kejadian 7-8. Kendati demikian, ada keluarga yang berkenan kepada Tuhan, yaitu keluarga Nuh. Berkenannya keluarga Nuh dihadapan Tuhan bukan karena keluarga ini baik, tetapi keluarga Nuh mendapat kasih karunia Tuhan.
Hanya keluarga Nuh yang diselamatkan oleh Allah dari bencana air bah yang menenggelamkan bumi serta menelan korban jiwa yang besar. Kita melihat bahwa Allah sesungguhnya tetap memakai keluarga untuk menjadi mitra-Nya untuk rencana penyelamatan manusia berdosa. Karena itu, Allah tidak memusnahkan semua keluarga oleh air bah kendatipun Allah bisa melakukannya. Keluarga yang berkenan kepada Tuhan, tentu memiliki ciri yang bisa kita temukan. Alkitab menjelaskan secara terbuka dan proporsional tentang keluarga yang berkenan kepada Tuhan dan juga keluarga yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Intinya ialah Allah terpisah dari keluarga dan keluarga tidak lagi berkenan kepada Tuhan. Klimaks dari murka Allah pada zaman Nuh ialah Allah menghukum dunia dengan air bah sebagaimana dicatat dalam kitab Kejadian 7-8. Kendati demikian, ada keluarga yang berkenan kepada Tuhan, yaitu keluarga Nuh. Berkenannya keluarga Nuh dihadapan Tuhan bukan karena keluarga ini baik, tetapi keluarga Nuh mendapat kasih karunia Tuhan.
Hanya keluarga Nuh yang diselamatkan oleh Allah dari bencana air bah yang menenggelamkan bumi serta menelan korban jiwa yang besar. Kita melihat bahwa Allah sesungguhnya tetap memakai keluarga untuk menjadi mitra-Nya untuk rencana penyelamatan manusia berdosa. Karena itu, Allah tidak memusnahkan semua keluarga oleh air bah kendatipun Allah bisa melakukannya. Keluarga yang berkenan kepada Tuhan, tentu memiliki ciri yang bisa kita temukan. Alkitab menjelaskan secara terbuka dan proporsional tentang keluarga yang berkenan kepada Tuhan dan juga keluarga yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Dalam kitab
Yosua, kita juga melihat sepak terjang hidup keluarga dari bangsa Israel yang
notabene adalah umat pilihan Allah. Salah satu keluarga yang kita mau lihat
sepak terjang kehidupan keluarganya yaitu keluarga Yosua. Kisah tentang Yosua
merupakan salah satu kisah penting yang diabadikan oleh Alkitab untuk menjadi
contoh bagaimana keluarga yang berkenan kepada Tuhan itu? Berikut beberapa ciri
keluarga yang berkenan kepada Tuhan.
1. Keluarga yang memiliki pendirian.
Tantangan, pergumulan, masalah dan penderitaan semakin hari semakin berat. Tawaran-tawaran yang menggiurkan yang ditawarkan oleh dunia ini menggoda keluarga untuk menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Daya tarik jabatan, harta dan kekuasaan menambah panjang pergumulan yang dihadapi oleh keluarga. Ditambah lagi dengan kejahatan yang dari hari ke harai terus memperlihatkan eskalase yang begitu tinggi, tekanan dan beban hidup ekonomi yang begitu berat melengkapi ujian hidup keluarga Kristen.
Di tengah situasi
dan kondisi kehidupan dengan kompleksitas masalah seperti yang dikemukakan di
atas, keluarga-keluarga Kristen hidup dan mempertaruhkan iman, kasih dan
pengharapannya kepada Tuhan. Hanya keluarga Kristen yang memiliki pendirian
yang teguhlah yang akan keluar sebagai emas murni. Itulah tujuan dari setiap
ujian yang dihadapi oleh keluarga Kristen. rasul Petrus dalam suratnya menulis
tentang hal itu demikian: “Maksud semuanya
itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya
dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya” – 1 Petrus 1:7.
Yosua
dan keluarganya memiliki pendirian yang teguh dan tidak tergoyahkan. Meskipun orang Israel (yang berjumlah lebih kurang 2 juta
orang) akan menyembah berhala, tetapi Yosua sekeluarga (yang hanya beberapa
orang) tidak akan ikut-ikutan. Walaupun Yousa sekeluarga menoritas di
tengah-tengah mayoritas yang hidupnya menyimpang dari kebenaran firman Tuhan,
Yosua sekeluarga tetap tampil beda. Identitas mereka tidak abu-abu tetapi jelas
yaitu hidup mereka hanya mau menyembah kepada Yahweh Elohim – TUHAN Allah yang
hidup dan berkuasa. Fokus ibadah dan penyembahan Yosua sekeluarga hanya kepada
Allah.
Hal itu
dibuktikan oleh Yosua dengan sebuah pernyataan dan sikap iman yang tegas dengan
mengatakan demikian: “Tetapi jika kamu
anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada
siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di
seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” – Yousa 24:15. Sebagai pemimpin Israel, Yosua tidak memaksakan kehendak
rohaninya kepada keluarga-keluarga Israel. Yosua memperhadapkan kepada mereka
sebuah pilihan (choice) dan sebuah
keputusan (decision) untuk
keluarga-keluarga Israel putuskan sendiri berkaitan dengan kehidupan rohani
mereka. Beribadah kepada berhala-berhala atau kepada Yahweh Elohim – TUHAN Allah
itulah hal penting yang diperhadapkan Yosua kepada keluarga-keluarga Israel. Pilihan
dan keputusan ada ditangan setiap keluarga Israel. Pilihan dan keputusan rohani
akan menentukan perjalanan hidup keluarga-keluarga Israel selanjutnya.
Yosua
sekeluarga dan sebagai pemimpin dalam keluarga, ia sudah memilih dan memutuskan
bahwa ia dan seluruh keluarganya hanya mau menyembah, dan menjadikan Yahweh
pusat hidup dan fokus penyembahan satu-satunya dan tidak menyembah kepada allah
yang lain. Yosua mengajarkan kepada kita sebagai keluarga supaya kita memiliki
pendirian rohani yang benar. Jika kita tahu bahwa menyembah berhala, menyembah
kepada roh-roh leluhur adalah salah, maka kita harus tegas untuk tidak terlibat
di dalam praktek-praktek peribadahan yang terlarang itu. Jika kita tahu bahwa
tidak berkenan kepada Tuhan untuk meminta pertolongan kepada para normal, dukun
dan sejenisnya, maka kita tidak usah terlibat dalm praktek-praktek yang
demikian. Milikilah pendirian iman yang kuat kepada Tuhan, walaupun kita
minoritas, tetapi iman kepada Tuhan membuat kita akan keluar sebagai pemenang. Itulah
ciri pertama dari keluarga yang berkenan kepada Tuhan.
2. Keluarga
yang menjaga kesatuan.
Meskipun Yosua adalah pemimpin sebuah bangsa, tetapi dalam keluarga dia tidak bertindak otoriter; dia memiliki sikap egaliter. Dia menjaga dan memperlihatkan kesatuan keluarganya. Kesatuan dalam keluarga Allah tidak hanya kesatuan secara jasmaniah (tidak boleh bercerai), tetapi juga kesatuan secara rohaniah (menjalankan keluarga dalam kebenaran).
Meskipun Yosua adalah pemimpin sebuah bangsa, tetapi dalam keluarga dia tidak bertindak otoriter; dia memiliki sikap egaliter. Dia menjaga dan memperlihatkan kesatuan keluarganya. Kesatuan dalam keluarga Allah tidak hanya kesatuan secara jasmaniah (tidak boleh bercerai), tetapi juga kesatuan secara rohaniah (menjalankan keluarga dalam kebenaran).
Keluarga yang menjaga kesatuan menunjuk kepada
keluarga yang hidup dalam kerukunan, keharmonisan dan selaras dengan firman
Tuhan. Pemazmur mengumandangkan sebuah mazmur yang menjelaskan bahwa
sesungguhnya di kesatuan itu ada berkat, dikatakan demikian: “Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya,
apabila saudara-saudara diam bersama dengan
rukun! Seperti
minyak yang baik di atas kepala meleleh
ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan
berkat, kehidupan untuk selama-lamanya” – Mazmur 133:1-3. Hanya dalam keluarga yang bersatu dan yang menjaga
kesatuan itulah yang akan mengalami pertolongan dan pemberkatan dari Tuhan. Ada
kehidupan di dalamnya dan bukan kematian. Keluarga yang bersatu dan yang
menjaga kesatuanlah yang akan dipakai Tuhan untuk menjadi sarana berkat-Nya
bagi orang lain.
Yosua tahu betul
dampak positif yang dihasilkan ketika keluarga hidup dalam kesatuan. Di sisi
lain, Yosua juga tahu persis dampak negative yang ditimbulkan ketika keluarga
tidak hidup dalam kesatuan. Berdasarkan latar belakang pemahaman yang
demikianlah sehingga Yosua berkomitmen untuk menjaga kesatuan dalam keluarganya.
Kesatuan di sini bukan berarti menghilangkan atau menafikan perbedaan dan hak
asasi masing-masing anggota keluarga untuk berpendapat. Yosua memimpin
keluarganya dengan benar dan mengajarkan nilai-nilai positif dan keuntungan
yang diperoleh ketika mereka bersatu. Artinya, mereka bukan saja bersatu secara
fisik, tetapi juga kesatuan hati, kesatuan roh dan kesatuan tujuan serta
kesatuan rohani.
Keluarga Kristen
patut mengikuti cara Yosua memimpin kelurganya untuk hidup dalam kesatuan. Banyak
keluarga Kristen yang terpecah-belah, tidak bersatu dan tidak dalam relasi yang
harmonis. Masing-masing mempertahankan egonya, sehingga keluarga hidup dalam
kebencian dan dendam serta tidak mau mengampuni satu dengan yang lainnya. Secara
teologis, keluarga yang hidup dalam konflik akan kehilangan damai sejahtera,
kehilangan berkat dan tidak bisa menjadi alat berkat bagi orang lain. Oleh karena
itu, bila kita ingin supaya menjadi keluarga yang berkenan kepada Tuhan,
peliharalah kesatuan karena di dalam keluarga yang bersatulah Tuhan
memerintahkan berkat dan kehidupan ke dalam keluarga untuk selama-lamanya.
3. Keluarga
yang melayani Tuhan.
Yosua sekeluarga memilih untuk beribadah (ibdu: to work, to serve) kepada Tuhan.
Konsep penyembahan berhala, manusia menjadi pusat ibadah. Berhala dimunculkan untuk memenuhi keinginan manusia. Itu sebabnya Tuhan sangat murka kepada penyembahan berhala. Karena cara penyembahan demikian mematikan hidup manusia karena terputus dari sumber kehidupan yaitu Allah sendiri. Makanya salah satu perintah Allah dalam sepuluh perintah Tuhan ialah melarang manusia untuk menyembah berhala. Musa menulis perintah Tuhan itu demikian: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” – Keluaran 20:3-5. Penyembahan berhala membuat manusia menyimpang dari kehendak Allah. Penyembahan berhala membuat manusia melayani Iblis dan roh-roh jahat. Penyembahan berhala melukai hati Tuhan. Penyembahan berhala membangkitkan kemarahan Tuhan yang luar biasa.
Yosua sekeluarga memilih untuk beribadah (ibdu: to work, to serve) kepada Tuhan.
Konsep penyembahan berhala, manusia menjadi pusat ibadah. Berhala dimunculkan untuk memenuhi keinginan manusia. Itu sebabnya Tuhan sangat murka kepada penyembahan berhala. Karena cara penyembahan demikian mematikan hidup manusia karena terputus dari sumber kehidupan yaitu Allah sendiri. Makanya salah satu perintah Allah dalam sepuluh perintah Tuhan ialah melarang manusia untuk menyembah berhala. Musa menulis perintah Tuhan itu demikian: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” – Keluaran 20:3-5. Penyembahan berhala membuat manusia menyimpang dari kehendak Allah. Penyembahan berhala membuat manusia melayani Iblis dan roh-roh jahat. Penyembahan berhala melukai hati Tuhan. Penyembahan berhala membangkitkan kemarahan Tuhan yang luar biasa.
Konsep penyembahan yang benar, Tuhan menjadi sentral dalam ibadah. Sosok Tuhan “muncul” bukan untuk memenuhi kemauan manusia, tetapi untuk menerima pengagungan. Tuhan dipuji dan disembah karena Dialah sang khalik, sang pemilik, penguasa tertinggi. Allah adalah pencipta, sumber hidup dan keselamatan manusia berdosa. Karena itu, sudah sepantasnyalah keluarga-keluarga Kristen melayani Dia Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala yang dipertuan.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius
berkaitan penyembahan kepada Tuhan menulis demikian: “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah
keadilan, ibadah, kesetiaan,
kasih, kesabaran dan
kelembutan. Bertandinglah
dalam pertandingan iman
yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil
dan telah engkau ikrarkan ikrar yang
benar di depan banyak saksi. Di
hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan
Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius
Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak
bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang
satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja
di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk
kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak
pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang
kekal! Amin” – 1 Timotius 6:11-16.
Keluarga yang
berkenan kepada Tuhan adalah keluarga yang memiliki pendirian iman yang teguh
di tengah kompleksitas masalah yang dialami dan dihadapi. Keluarga yang
berkenan kepada Tuhan adalah keluarga yang senantiasa berusaha menjaga
kesatuan. Dan keluarga yang berkenan kepada Tuhan adalah keluarga yang
menyerahkan dirinya kepada Tuhan untuk melayani Dia dan hidup bagi-Nya serta
memberikan pengagungan, penghormatan dan pemuliaan hanya kepada Tuhan saja. Baca juga bahan khotbah Kristen ini: BAGAIMAN NERAKA MENURUT ALKITAB?.
Post a Comment for "Keluarga Yang Berkenan Kepada Tuhan"