Dampak Roh Kudus Mendiami Hidup Kita
Dampak Roh Kudus mendiami hidup kita – Dalam perspektif doktrin
tritunggal, Roh Kudus adalah Allah. Sebagai Allah, tentu Roh Kudus memiliki
kuasa, otoritas, dan kedaulatan yang sama dengan Allah Bapa dan Tuhan Yesus
Kristus. Esensi, hakikat dan kesetaraan Allah Roh Kudus selalu dibicarakan oleh
para penulis Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Roh Kudus diutus oleh Bapa didasarkan atas nama Tuhan Yesus. Tentang hal itu, Tuhan Yesus menegaskan demikian: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” – Yohanes 14:26.
Tugas Roh Kudus yang diutus oleh Bapa dalam nama Tuhan Yesus ialah untuk mengajar dan mengingatkan para murid akan semua hal yang sudah dikatakan, diajarkan dan disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Itulah dampak Roh Kudus mendiami hidup kita sebagai pengikut Kristus.
Dampak Roh Kudus mendiami hidup kita dan para murid sudah terjadi, sehingga kita bisa memiliki Alkitab itu karena bantuan Roh Kudus yang diberikan kepada para murid yang olehnya para murid bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada mereka dan mereka menuangkan dalam tulisan-tulisan mereka di dalam bimbingan, arahan, tuntunan dan pimpina Roh Kudus.
Roh Kudus diutus oleh Bapa didasarkan atas nama Tuhan Yesus. Tentang hal itu, Tuhan Yesus menegaskan demikian: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” – Yohanes 14:26.
Tugas Roh Kudus yang diutus oleh Bapa dalam nama Tuhan Yesus ialah untuk mengajar dan mengingatkan para murid akan semua hal yang sudah dikatakan, diajarkan dan disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada mereka. Itulah dampak Roh Kudus mendiami hidup kita sebagai pengikut Kristus.
Dampak Roh Kudus mendiami hidup kita dan para murid sudah terjadi, sehingga kita bisa memiliki Alkitab itu karena bantuan Roh Kudus yang diberikan kepada para murid yang olehnya para murid bisa mengingat segala sesuatu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada mereka dan mereka menuangkan dalam tulisan-tulisan mereka di dalam bimbingan, arahan, tuntunan dan pimpina Roh Kudus.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di kota Korintus menulis
demikian: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah
diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinaskan bait Allah, maka Allah akan
membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu” –
1 Korintus 3:16-17. Di sini rasul Paulus menegaskan kepada jemaat di
kota Korintus dan juga tentunya bagi kita, yaitu bahwa tubuh kita ini adalah
bait Roh Kudus, rumah bagi Roh Kudus, tempat tinggal atau tempat kediaman Allah.
Berkaitan dengan tubuh manusia, ajaran dalam filsafat Yunani kuno
mengatakan bahwa tubuh manusia memiliki nilai yang rendah. Ada ungkapan yang
mengatakan: “Tubuh manusia adalah penjara jiwa. Karena jiwa itu baik, sedangkan
tubuh jahat, maka kita harus berusaha melepaskan jiwa dari tubuh”.
Epictitus berkata: “Hal yang terpenting adalah jiwa manusia; tubuh hanya materi yang tidak
penting”.
Dalam perspektif teologi, ajaran dan pandangan semacam itu adalah sesat. Mengapa dikatakan sesat? Karena pandangan dan ajaran tersebut memojokkan Allah sebagai Pencipta yang Mahabaik yang telah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia – Kejadian 1:26-27.
Selain memojokkan Allah sebagai Pencipta manusia, juga ajaran dan pandangan yang mengatajan tubuh manusia itu jahat akan menghina dan merendahkanpengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib yang menebus manusia secara total.
Untuk menghantam ajaran dan pandangan yang salah terhadap tubuh manusia, rasul Paulus mengatakan: tidak tahukah kamu, bahwa “tubuhmu adalah bait Roh Kudus?”. Latar belakang dari pernyataan Paulus ini adalah karena orang-orang Kristen yang ada di kota Korintus sudah dipengaruhi oleh ajaran dan pandangan yang sesat terhadap tubuh manusia, sehingga orang-orang Kristen di kota Korintus mengabaikan kekudusan tubuh sebagai tempat kediaman Allah, bait Allah yang kudus.
Mereka mengotori bait Allah (tubuh – red) dengan perbuatan-perbuatan daging yang sarat dengan kejahatan, sehingga hal itu merendahkan nilai penebusan Yesus yang menebus manusia seutuhnya termasuk tubuh manusia.
Dalam perspektif teologi, ajaran dan pandangan semacam itu adalah sesat. Mengapa dikatakan sesat? Karena pandangan dan ajaran tersebut memojokkan Allah sebagai Pencipta yang Mahabaik yang telah menciptakan manusia serupa dan segambar dengan Dia – Kejadian 1:26-27.
Selain memojokkan Allah sebagai Pencipta manusia, juga ajaran dan pandangan yang mengatajan tubuh manusia itu jahat akan menghina dan merendahkanpengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib yang menebus manusia secara total.
Untuk menghantam ajaran dan pandangan yang salah terhadap tubuh manusia, rasul Paulus mengatakan: tidak tahukah kamu, bahwa “tubuhmu adalah bait Roh Kudus?”. Latar belakang dari pernyataan Paulus ini adalah karena orang-orang Kristen yang ada di kota Korintus sudah dipengaruhi oleh ajaran dan pandangan yang sesat terhadap tubuh manusia, sehingga orang-orang Kristen di kota Korintus mengabaikan kekudusan tubuh sebagai tempat kediaman Allah, bait Allah yang kudus.
Mereka mengotori bait Allah (tubuh – red) dengan perbuatan-perbuatan daging yang sarat dengan kejahatan, sehingga hal itu merendahkan nilai penebusan Yesus yang menebus manusia seutuhnya termasuk tubuh manusia.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa saja dampak dari Roh
Kudus mendiami hidup kita?” Ada beberapa dampak ketika Roh Kudus mendiami hidup
kita, yaitu:
1. Hidup kita penuh dengan buah-buah Roh
Kudus.
Dampak pertama dari Roh Kudus mendiami hidup kita ialah hidup kita penuh
dengan buah-buah Roh Kudus. Apa saja buah-buah Roh Kudus itu? Rasul Paulus
dalam suratnya kepada jemaat di kota Galatia menulis tentang buah-buah Roh
demikian: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada
hukum yang menentang hal-hal itu” – Galatia 5:22-23.
Buah Roh meliputi:
1) "Kasih" (Yun. agape) yaitu, memperhatikan dan mencari yang
terbaik bagi orang lain tanpa alasan pamrih – Roma 5:5; 1 Kor. 13:1-13; Efesus
5:2; Kolose 3:14.2) "Sukacita" (Yun. chara) yaitu, perasaan senang
yang berlandaskan kasih, kasih karunia, berkat, janji, dan kehadiran Allah yang
dimiliki orang yang percaya pada Kristus – Mazmur 119:16; 2 Kor. 6:10; 12:9; 1
Petrus 1:8.
3) "Damai sejahtera" (Yun. eirene) yaitu, ketenangan hati dan pikiran yang berlandaskan pengetahuan bahwa semua beres di antara orang percaya dengan Bapanya di sorga – Roma 15:33; Filipi 4:7; 1 Tesalonika 5:23; Ibrani 13:20. 4) "Kesabaran" (Yun. makrothumia) yaitu, ketabahan, panjang sabar, tidak mudah marah atau putus asa – Efesus 4:2; 2 Timotius 3:10; Ibrani 12:1.
5) "Kemurahan" (Yun. chrestotes) yaitu, tidak mau menyakiti orang lain atau menyebabkan penderitaan – Efesus 4:32; Kolose 3:12; 1 Petrus 2:3. 6) "Kebaikan" (Yun. agathosune) yaitu, bergairah akan kebenaran dan keadilan serta membenci kejahatan; dapat terungkap dalam perbuatan baik – Lukas 7:37-50 atau dalam menegur dan memperbaiki kejahatan – Matius 21:12-13.
7) "Kesetiaan" (Yun. pistis) yaitu, kesetiaan yang teguh dan kokoh terhadap orang yang telah dipersatukan dengan kita oleh janji, komitmen, sifat layak dipercayai dan kejujuran – Matius 23:23; Roma 3:3; 1 Timotius 6:12; 2 Timotius 2:2; 4:7; Titus 2:10.
8) "Kelemahlembutan" (Yun. prautes) yaitu, pengekangan yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian; menggambarkan seorang yang bisa marah pada saat diperlukan dan bisa tunduk dengan rendah hati apabila itu diperlukan – 2 Timotius 2:25; 1 Petrus 3:15; mengenai kelembutan dalam Yesus. 9) "Penguasaan diri" (Yun. egkrateia) yaitu, menguasai keinginan dan nafsu diri sendiri, termasuk kesetiaan terhadap ikrar pernikahan; juga kesucian – 1 Korintus 7:9; 9:25; Titus 1:8; 2:5.
3) "Damai sejahtera" (Yun. eirene) yaitu, ketenangan hati dan pikiran yang berlandaskan pengetahuan bahwa semua beres di antara orang percaya dengan Bapanya di sorga – Roma 15:33; Filipi 4:7; 1 Tesalonika 5:23; Ibrani 13:20. 4) "Kesabaran" (Yun. makrothumia) yaitu, ketabahan, panjang sabar, tidak mudah marah atau putus asa – Efesus 4:2; 2 Timotius 3:10; Ibrani 12:1.
5) "Kemurahan" (Yun. chrestotes) yaitu, tidak mau menyakiti orang lain atau menyebabkan penderitaan – Efesus 4:32; Kolose 3:12; 1 Petrus 2:3. 6) "Kebaikan" (Yun. agathosune) yaitu, bergairah akan kebenaran dan keadilan serta membenci kejahatan; dapat terungkap dalam perbuatan baik – Lukas 7:37-50 atau dalam menegur dan memperbaiki kejahatan – Matius 21:12-13.
7) "Kesetiaan" (Yun. pistis) yaitu, kesetiaan yang teguh dan kokoh terhadap orang yang telah dipersatukan dengan kita oleh janji, komitmen, sifat layak dipercayai dan kejujuran – Matius 23:23; Roma 3:3; 1 Timotius 6:12; 2 Timotius 2:2; 4:7; Titus 2:10.
8) "Kelemahlembutan" (Yun. prautes) yaitu, pengekangan yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian; menggambarkan seorang yang bisa marah pada saat diperlukan dan bisa tunduk dengan rendah hati apabila itu diperlukan – 2 Timotius 2:25; 1 Petrus 3:15; mengenai kelembutan dalam Yesus. 9) "Penguasaan diri" (Yun. egkrateia) yaitu, menguasai keinginan dan nafsu diri sendiri, termasuk kesetiaan terhadap ikrar pernikahan; juga kesucian – 1 Korintus 7:9; 9:25; Titus 1:8; 2:5.
Perkataan Paulus yang terakhir mengenai buah Roh menunjukkan bahwa gaya
hidup seperti ini tidak dibatasi. Orang Kristen dapat, bahkan harus,
mempraktikkan sifat-sifat baik ini berkali-kali; mereka tidak akan menemukan
hukum yang melarang mereka hidup menurut prinsip-prinsip ini. Inilah dampak Roh
Kudus mendiami hidup kita.
2. Hidup kita menjadi tempat kediaman Allah.
Dampak kedua dari Roh Kudus mendiami hidup kita ialah hidup kita menjadi
tempat tinggal, tempat kediaman dan bait kudusnya Allah. 1
Kor 3;16 , mengatakan Roh Allah diam di dalam kamu. Ini luar biasa. Dalam
Perjanjian Lama, Bait Allah merupakan tempat dimana Allah yang MahaTinggi
berjanji untuk menemui umat-Nya Israel. Mereka boleh datang ke bait Allah dan
Allah Maha Tinggi akan menjumpai mereka. Allah yang Mahatinggi tidaklah berdiam
di dalam keempat tembok bangunan bait Allah. Tetapi hanya di tempat khusus
dalam ruangan Mahakudus , disitulah Allah berdiam.
Ketika Salomo selesai mendirikan
rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang diinginkannya, maka TUHAN
menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya seperti Ia sudah menampakkan
diri kepadanya di Gibeon. Firman TUHAN kepadanya: “Telah Kudengar doa dan
permohonanmu yang kausampaikan ke hadapan-Ku; Aku telah menguduskan rumah yang
kaudirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya,
maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa (1 Raja 9:1-3).
Allah berdiam di dalam bait Allah yang dibangun oleh Salomo. Bait Allah yang
dibangun oleh Salomo sudah dihancurkan dan dibangun kembali oleh Herodes.
Di dalam Perjanjian Baru,
tidak lagi dikatakan bahwa Allah berdiam di dalam bait Allah. Bait Allah
sekarang hanya tinggal bangunan saja. Di dalamnya sudah tidak ada upacara
korban. Bait Allah di Yerusalem sekarang hanya menjadi obyek wisata. Lalu Allah
berdiam di mana? Paulus mengatakan, Roh Allah diam di dalam kamu. Allah yang
Mahatinggi berdiam di dalam diri kita. Kita adalah bait-Nya yang kudus. Allah tidaklah
berdiam dalam awan yang tidak terhampiri. Allah tidak lagi tinggal dalam
ruangan sebuah bait Allah, namun Allah tinggal dalam diri saudara.
Saya tidak pernah mendengar
bahwa ada kepercayaan atau agama mengatakan bahwa Allah tinggal di dalam diri
mereka. Namun inilah yang terjadi atas diri kita. Betapa besarnya kuasa yang
diberikan oleh Allah kepada kita. Betapa besarnya anugerah yang Allah berikan.
Tetapi juga betapa besarnya tanggungjawab kita untuk menjaga bait Allah ini,
menjaga kesehatannya, menjaga agar tubuhnya dikuasai oleh Roh Allah, menjaga
agar tidak dipakai untuk berbuat dosa.
Kita bertanggungjawab menjaga secara fisik dan secara spiritual atas bait Alah ini. Karena tubuh kita adalah bait Allah, maka kita bertanggunggjawab menjaga kesehatannya. Jangan dirusak oleh pola hidup yang tidak bertanggungjawab. Orang Kristen yang tidak menjaga kesehatan tubuhnya, berdosa kepada Tuhan. Dosa itu bukan hanya pelanggaran terhadap hukum Allah. Dosa juga adalah ketika kita tahu yang baik dan tidak melakukannya, maka kita berdosa. Pada waktu saudara tahu bahwa tubuhmu adalah bait Allah namun tidak menjaga kesehatannya, maka saudara berdosa. Yakobus dalam suratnya tentang hal itu menulis demikian: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” – Yakobus 4:17.
Kita bertanggungjawab menjaga secara fisik dan secara spiritual atas bait Alah ini. Karena tubuh kita adalah bait Allah, maka kita bertanggunggjawab menjaga kesehatannya. Jangan dirusak oleh pola hidup yang tidak bertanggungjawab. Orang Kristen yang tidak menjaga kesehatan tubuhnya, berdosa kepada Tuhan. Dosa itu bukan hanya pelanggaran terhadap hukum Allah. Dosa juga adalah ketika kita tahu yang baik dan tidak melakukannya, maka kita berdosa. Pada waktu saudara tahu bahwa tubuhmu adalah bait Allah namun tidak menjaga kesehatannya, maka saudara berdosa. Yakobus dalam suratnya tentang hal itu menulis demikian: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” – Yakobus 4:17.
3.
Hidup kita menjadi milik Allah.
Dampak ketiga dari Roh Kudus
mendiami hidup kita ialah hidup kita menjadi milik Allah. Rasul Paulus menulis
tentang hidup kita menjadi milik Allah di dalam suratnya kepada jemaat di kota
Efesus demikian: “Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya iru. Dan Roh Kudus
itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” –
Efesus 1:13-14.
Meterai merupaka tanda bahwa
sebuah perjanjian sah dan kedua belah pihak berkomitmen untuk menjaga dan
mematuhi janji yang sudah diikrarkan yang diikat dengan sebuah sumpah. Meterai Roh
Kudus menunjukkan bahwa tanda kepemilikkan kita atas keselamatan dan anugerah
Allah itu sah, sehingga kita menjadi milik sepenuhnya dari Allah dan bukan lagi
menjadi milik dunia ini. Karena kita ini milik Allah, maka hidup kita yang
digunakan untuk kepentingan Allah dan Kerajaan-Nya serta memuliakan Allah
sepanjang hayat di bumi ini.
Rasul Petrus menulis dalam
suratnya kepada orang-orang Kristen Yahudi yang ada diperantauan, yaitu yang
tersebar di daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia tentang
menjadi milik Allah demikian: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu yang dahulu bukan umat
Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani
tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan” – 1 Petrus 2:9-10. Orang
percaya dipisahkan dari dunia supaya menjadi milik Allah sepenuhnya dan
memberitakan Injil keselamatan demi kemuliaan dan kebesaran-Nya.
Baca juga: CARA MENGALAMI PEMULIHAN RELASI YANG RUSAK.
Baca juga: CARA MENGALAMI PEMULIHAN RELASI YANG RUSAK.
Post a Comment for "Dampak Roh Kudus Mendiami Hidup Kita"