Puasa Yang Benar Menurut Nabi Yesaya
Puasa yang benar menurut
nabi Yesaya – Nabi Yesaya dalam pimpinan Roh Kudus memasukan topik tentang
puasa dalam tulisannya. Tentu Allah melalui Roh Kudus memimpin nabi Yesaya menulis
tentang topik puasa ini memiliki tujuan utama, yaitu untuk memberitahukan
kepada kita tentang puasa yang benar dan puasa yang salah. Nabi Yesaya dalam pasal 58
menjelaskan dua cara berpuasa yang berbeda. Kendatipun namanya sama yaitu
puasa, namun dalam prakteknya ada perbedaan yang signifikan. Dua cara puasa
yang berbeda ini dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini.
1.
Cara puasa yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Yesaya 58:3-5 menjelaskan
tentang jenis puasa yang ditolak oleh Tuhan. Dengan kata lain, aktivitas puasa
yang dilakukan dalam bagian itu menjijikan bagi Tuhan. Karena itu puasa yang
dilakukan tidak dikenan oleh Tuhan.Yesaya menggambarkan jenis puasa yang tidak
dapat diterima oleh Tuhan/berpuasa yang salah.
Kesalahannya terletak pada
motivasi dan sikap-sikap keliru dari orang-orang yang berpuasa itu sendiri.
Bagi orang-orang yang digambarkan di sini, puasa tidak lebih dari pada suatu
upacara agama. Inilah puasa yang dilakukan oleh kaum Farisi pada zaman Yesus.
Tidak ada penyesalan dan kerendahan hati yang sungguh-sungguh.
Mereka tetap meneruskan semua urusan duniawi mereka dan tetap bersikap serakah, mementingkan diri, sombong, dan senang menindas orang kecil (ayat 3-4). Ungkapan menundukkan kepala seperti gelagah (ayat 5), tepat sekali untuk menggambarkan bentuk ibadah dan cara-cara berdoa yang hingga kini masih dipraktikkan para penganut agama Yahudi Ortodoks. Mereka menunduk-nundukkan kepala mereka ke depan sambil mengucapkan berulang-ulang doa-doa hafalan, yang mereka sendiri tidak paham artinya.
Mereka tetap meneruskan semua urusan duniawi mereka dan tetap bersikap serakah, mementingkan diri, sombong, dan senang menindas orang kecil (ayat 3-4). Ungkapan menundukkan kepala seperti gelagah (ayat 5), tepat sekali untuk menggambarkan bentuk ibadah dan cara-cara berdoa yang hingga kini masih dipraktikkan para penganut agama Yahudi Ortodoks. Mereka menunduk-nundukkan kepala mereka ke depan sambil mengucapkan berulang-ulang doa-doa hafalan, yang mereka sendiri tidak paham artinya.
2.
Cara puasa yang berkenan kepada Tuhan.
Dalam Yesaya 58:6-12, nabi
Yesaya menjelaskan tentang cara puasa yang dikehendaki oleh Tuhan. Pada ayat 6,
Yesaya menggambarkan motivasi di balik puasa: "membuka belenggu-belenggu
kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk... memerdekakan orang yang teraniaya dan
mematahkan kuk".
Belenggu ini dapat dilepaskan jika umat Tuhan, terutama para pemimpin, menaati seruan Tuhan untuk berpuasa dan berdoa. Pada ayat 7, Yesaya menggambarkan sikap-sikap terhadap sesama manusia, terutama terhadap orang miskin dan orang tertindas, yang merupakan bagian dari bentuk puasa yang berkenan kepada Tuhan. Puasa semacam itu harus disertai perbuatan, kebajikan yang tulus, dan penuh kasih terhadap sesama manusia, terutama mereka yang membutuhkan bantuan materi dan keuangan.
Belenggu ini dapat dilepaskan jika umat Tuhan, terutama para pemimpin, menaati seruan Tuhan untuk berpuasa dan berdoa. Pada ayat 7, Yesaya menggambarkan sikap-sikap terhadap sesama manusia, terutama terhadap orang miskin dan orang tertindas, yang merupakan bagian dari bentuk puasa yang berkenan kepada Tuhan. Puasa semacam itu harus disertai perbuatan, kebajikan yang tulus, dan penuh kasih terhadap sesama manusia, terutama mereka yang membutuhkan bantuan materi dan keuangan.
Sekali lagi, Yesaya
memperingatkan sikap-sikap keliru yang berhubungan dengan puasa yang tidak
berkenan di hadapan Tuhan, kemudian ia membandingkannya dengan sikap kasih yang
sesungguhnya -- "Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu
dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan
kepada orang lapar apa yang kuinginkan sendiri dan
memuaskan hati orang yang
tertindas ...” – Yesaya 58:9-10. Mengenakan kuk, menunjuk-nunjuk orang dengan
jari, dan memfitnah semuanya dapat dirangkum dalam tiga perkataan yaitu
legalisme, kritik, dan kemunafikan.
3.
Berkat dari cara puasa yang berkenan kepada Tuhan.
Lalu, berkat-berkat apa yang
dijanjikan bagi orang-orang yang menjalankan ibadah puasa yang berkenan kepada
Tuhan. Berkat-berkat itu disebutkan secara bertahap dalam ayat 8-12.
Pertama, kesehatan dan
kebenaran. Yesaya menggambarkan berkat-berkat kesehatan
dan kebenaran (kesalahan) --"Dan waktu itulah terangmu akan merekah
seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera, kebenaran menjadi barisan
depanmu dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu". Hal ini selaras dengan
janji yang terdapat dalam Maleakhi 4:2, "Tetapi kamu yang takut akan
nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya
...". Dalam Kitab Maleakhi, menurut konteksnya, ayat-ayat itu menunjukkan
bahwa penggenapannya akan terjadi secara istimewa menjelang akhir zaman.
Kedua, doa akan dikabulkan. Pada
ayat 9, Yesaya menggambarkan berkat lain yang diterima, yaitu semua doa kita
akan terkabul -- "Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan Tuhan akan
menjawab engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata `Inilah
Aku`!" Setiap saat Allah bersedia dipanggil oleh manusia dan siap sedia
untuk mengabulkan setiap permohonan yang diajukan, untuk memenuhi kebutuhan
kita.
Ketiga, hidup menjadi
berhasil. Yesaya juga menggambarkan berkat berupa
tuntunan atau bimbingan yang diberikannya, dan berkat berupa keberhasilan dalam
kehidupan -- "Maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapan akan
seperti rembang tengah hari, Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan
memuaskan hatimu di tanah yang kering dan akan membarui kekuatanmu, engkau akan
seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan."
(Ayat 10-11)
Keempat, terjadi pemulihan. Akhirnya,
Yesaya menggambarkan berkat berupa pemulihan itu sendiri: "Engkau akan
membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad dan akan memperbaiki dasar yang
diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan yang memperbaiki
tembok yang tembus, yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni"
(ayat 12).
Seperti Nabi Yoel, Yesaya juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara berpuasa dan pemulihan yang akan dialami umat Allah. Pasal Kitab Yesaya mengenai berpuasa itu diakhiri dengan kata-kata, "membangun reruntuhan, memperbaiki tembok yang tembus, membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni". Pekerjaan pemulihan ini merupakan rencana dan tujuan Tuhan bagi umat-Nya dewasa ini. Sarana Tuhan untuk melaksanakan semua ini adalah doa dan puasa.
Seperti Nabi Yoel, Yesaya juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara berpuasa dan pemulihan yang akan dialami umat Allah. Pasal Kitab Yesaya mengenai berpuasa itu diakhiri dengan kata-kata, "membangun reruntuhan, memperbaiki tembok yang tembus, membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni". Pekerjaan pemulihan ini merupakan rencana dan tujuan Tuhan bagi umat-Nya dewasa ini. Sarana Tuhan untuk melaksanakan semua ini adalah doa dan puasa.
Post a Comment for "Puasa Yang Benar Menurut Nabi Yesaya"