Penghalang Transformasi Iman
Penghalang transformasi iman ~ Apabila kita sudah sungguh-sungguh
berusaha untuk memahami suatu kebenaran dan juga berusaha untuk
mempraktekkannya, hal apakah yang menjadi kendala bagi kita untuk menjadikan
kebenaran tersebut sebagai suatu gaya hidup dalam kehidupan kita? Mengapa sering
lebih mudah bagi kita untuk memahami suatu kebenaran daripada mempraktekkan
kebenaran tersebut? Bahkan terlebih sering lebih mudah kita untuk mengajarkan
kebenaran tersebut namun gagal dalam melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk itu mari kita melihat satu perikop dari Lukas 24:14-33, yaitu
peristiwa di jalan ke Emaus. Dua orang murid Yesus bercakap-cakap sepanjang
jalan Yerusalem-Emaus, membicarakan tentang kematian Tuhan mereka, sementara
pada saat yang sama Yesus sendiri ada di samping mereka dan ikut
berbincang-bincang dengan mereka, namun mereka tidak dapat mengenalinya,
sehingga Yesus sendiri mengecam “Hai kamu orang bodoh, …lamban…tidak percaya”.
Perikop ini menarik karena Yesus mengecam murid-murid-Nya sendiri yang telah belajar dari sang Master Teacher selama kurang lebih tiga tahun, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dilakukan Yesus, dan mendengar dari mulutNya sendiri nubuatan-nubuatan tentang kematian dan kebangkitanNya.
Baca juga:
Namun ketika saatnya datang, mereka gagal untuk memahami apa yang harus
terjadi pada Yesus dan mengalami tekanan dalam hidup mereka. Yesus sendiri
kemudian menjelaskan kembali berdasarkan kitab suci apa yang sesungguhnya
terjadi, dan barulah murid-murid itu mengerti dan terbuka mata mereka.
Apa yang dapat kita pelajari di sini? Tidak peduli berapa lama kita
sudah belajar, tidak peduli pada tingkatan apa kita sedang belajar, tidak
peduli dengan siapa kita belajar – masih mungkin ada penghalang-penghalang
internal dalam diri kita sendiri yang menghalangi kita untuk Belajar.
Hal ini menjelaskan mengapa sering kita sebagai orang yang sudah
bertahun-tahun percaya sulit untuk menerapkan kebenaran Firman Tuhan. Wajar
jika ada orang yang bertahun-tahun belajar teologia di perguruan tinggi
sehingga mendapat banyak gelar, namun gagal dalam penerapan sederhana di
kehidupan nyata. Tidak aneh bila hamba-hamba Tuhan yang sudah bertahun-tahun
mengajar dan berkotbah namun ketika krisis datang tidak dapat mempraktekkan apa
yang dikotbahkan tersebut.
Hal apakah yang dapat menghalangi kita sungguh-sungguh Belajar? Kembali
ke perikop di atas kita bisa melihat beberapa penghalang dari diri murid-murid
Yesus:
1. Pengharapan
yang salah (ay. 21)
Murid-murid Yesus berharap agar Yesus menjadi Raja mereka saat itu dan
membebaskan Israel. Karenanya mereka sangat kecewa ketika tahu Yesus mati dan
menggagalkan harapan mereka.Para murid
sudah belajar banyak tentang nubuatan penderitaan Mesias, namun karena mereka
memimpikan Mesias sebagai Pembebas, mereka tidak sungguh-sungguh memahami
pengajaran Yesus. Sering terjadi pengharapan kita yang salah menghalangi kita
untuk Belajar, karena pikiran kita akan dipengaruhi oleh pengharapan itu dan
bukannya kebenaran.
2. Emosi
Negatif (ay. 17b).
Pengharapan yang gagal membuat para murid menjadi kecewa dan sedih.
Kesedihan tersebut menghalangi mereka untuk melihat bahwa Yesus sendiri ada di
depan mereka. Emosi negatif membuat para murid lari tunggang langgang ketakutan
dan meninggalkan Yesus. Emosi negatif membuat Petrus berbohong karena ia takut
ditangkap. Perasaan-perasaan negatif akan menghalangi kita untuk
sungguh-sungguh Belajar karena hati kita akan dikuasai oleh emosi yang negatif
tersebut dan menghalangi kita untuk menyerap kebenaran itu dengan maksimal.
3. Pemahaman
yang kurang lengkap (ay. 18).
Mulanya mereka menganggap diri mereka lebih tahu daripada Yesus karena
mereka merasa memiliki informasi yang tidak diketahui oleh Yesus. Namun sebenarnya
ini hanyalah sepenggai informasi yang belum lengkap. Barulah ketika Yesus
melengkapi pemahaman mereka dengan pengajaran Musa dan para nabi, mereka pun
mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Mesias mereka.
Sering terjadi kita
diberi informasi atau konsep yang belum cukup lengkap atau matang, sehingga
kita tidak berhasil dalam mempraktekkannya. Singkatnya, sering penghalang kita dalam Belajar Transformatif ini
adalah kondisi internal kita sendiri, yang menghalangi kita untuk mendapatkan
masukan baru, merenungkannya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Post a Comment for "Penghalang Transformasi Iman"