Translate

Cara membangun Optimisme Yang Alkitabiah

Cara Membangun Optimisme Yang Alkitabiah. Pengalaman kegagalan masa lalu acap kali menghambat seseorang untuk melangkah lebih maju dalam hidupnya. Biasanya ada trauma yang tersimpan dalam hardisk jiwa dan batin seseorang, sehingga menghambatnya menuju kehidupan yang lebih baik, lebih sukses dan lebih bahagia. Ia tidak mau bangkit dan mencoba lagi karena pikirnya toh akan gagal lagi.

Tidak demikian dengan orang yang optimis dalam hidup. Pesimisme mengerdilkan kapasitas hidup kita. Namun, optimism memperbesar ruang untuk berharap kepada pribadi yang besar, yakni Tuhan pencipta semesta alam.

Apa itu optimism?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefinisikan kata optimis sebagai “orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal”. Jadi, optimis ialah orang yang mampu melihat peluang di dalam dan di balik setiap hal yang terjadi dalam hidupnya. Ia memiliki perspektif positif yang berbeda dari orang lain. Ia memiliki pikiran terbuka open mind terhadap segala hal. Dan ia selalu memiliki pengharapan yang teguh kepada Tuhan bahwa bersama Dia, ia cakap menanggung segala sesuatu. Dalam diri seseorang yang optimis selalu tersimpan energy untuk berharap. Dengan demikian, ia sukar untuk berputus asa karena memiliki keyakinan yang pasti bahwa dalam genggaman-Nya semua indah. Baca juga bahan khotbah kristen ini: SENJATA JITU MENGALAHKAN MASALAH HIDUP.

Cara Membangun Optimisme Yang Alkitabiah
Sikap otpimis dalam diri seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya. Sikap optimis ini harus dibangun dalam diri seseorang. Dan sebagai orang percaya, kita harus membangun optimism kita berlandaskan firman Tuhan atau Alkitab.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ilaha, “Bagaimana cara membangun optimisme yang alkitabiah itu? Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan, yaitu:

1. Jadikan anugerah Allah sebagai fondasinya.
Optimisme dalam perspektif Kristen tidak dibangun berdasarkan kekuatan manusia dan mengandalkan manusia. Cara demikian, ditentang keras oleh Tuhan. Melalui nabi Yeremia, Tuhan menegaskan demikian: “Beginilah firman TUHAN: “Terkutulah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” – Yeremia 17:5. Orang yang mengandalkan manusia dan kekuantannya dikutuk oleh Tuhan.

New age movement menggemakan optimisme yang mengandalkan kekuatan manusia. Menurut new age movement, manusia dengan kekuatan diri, yakni kekuatan pikiran, dapat mencapai keinginannya. Tentu, pemahaman semacam itu tidak sejalan dengan firman Tuhan di atas. Pencapaian manusia bukan karena ia hebat, melainkan karena anugerah Allah. Bagi orang percaya, prestasi dalam bentuk apapun semata-mata karena anugerah bukan karena usaha dan kehebatan manusia. Baca juga bahan khotbah kristen ini: CARA BEBAS DARI AKAR PAHIT.

Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah terbesar yang tak terbantahkan. Allah Bapa mengutus putra-Nya untuk menyelamatkan manusia. Keselamatan tersebut menjamin kita yang percaya untuk mengalami kehidupan kekal. Kepastian keselamatan bukan mudah-mudahan, melainkan pasti menjadi kenyataan asal pusat iman kepada Kristus. Karena itu, membangun pemahaman bahwa anugerah Allah menjadi dasar dalam segala aspek kehidupan membuat kita tidak sombong.

Anugerah Allah menjadi landasan untuk membangun pengharapan yang pasti. Oleh sebab itu, jika anugerah Allah tersedia bagi kita, tentu tidak ada alasan kuat untuk pesimis menjalani hidup. Oleh anugerah-Nya kita bisa mencapai puncak  tertinggi dalam hidup di dunia ini.

2. Jadikan firman Tuhan sebagai peraturannya.
Pemazmur menulis demikian: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam” – Mazmur 1:1-2. Nasehat manusia, dan sistem dunia ini akan membawa hidup kita kepada kehancuran. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengandalkan dan mengikuti petunjuk dan jalan-jalan yang ditawarkan oleh dunia ini.

Namun, sebagai orang percaya  kita berpengharapan karena ada landasan hukum yang pasti. Landasannya adalah firman Tuhan. Firman Tuhan mengajarkan untuk berharap kepada Tuhan, karena itu kita tunduk dan melakukan hal itu. Ketika kita melakukan firman dengan setia, kekuatan yang empunya firman akan menopang kita.

Bagaimana bisa membangunsikap optimis di tengah karut-marut kehidupan yang semakin berat? Bukankah fakta sosial dan ekonomi menunjukkan bahwa zaman kian berat dan menekan. Ya, fakta kehidupan memang demikian adanya. Tidak bisa dihindari.

Carl F. Gauss, seorang filsuf, pernah menuliskan bahwa tindakan Tuhan berada di luar kemampuan manusia yang terbatas. Saya sependapat dengan Gauss, karena memang Tuhan memiliki cara yang ajaib untuk menolong kita umat-Nya dalam menjalani hidup di dunia ini. Sejarah suci Alkitab memuat tindakan-tindakan besar dan ajaib yang Allah lakukan dalam sepanjang sejarah.


Tindakan yang sama akan terus dikerjakan oleh Allah hingga hari ini dan sampai masa yang akan datang. Bagaimana kita percaya akan hal itu? Jelas sekali karena Tuhan yang bertindak dalam sejarah adalah Tuhan yang dipercaya sekarang. Jika Tuhannya sama, apakah ada alasan kuat untuk tidak percaya kepada-Nya? Optimisme adalah seni berharap dan pengharapa itu pasti. Baca juga bahan khotbah kristen: SYARAT PERSEMBAHAN DALAM AGAMA KRISTEN.
    

Post a Comment for "Cara membangun Optimisme Yang Alkitabiah"