Rahasia Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga
Baca juga: Miliki Tujuan Hidup Yang Pasti.
Selain Allah menjumpai manusia secara universal, Allah juga menjumpai manusia secara spesial atau istimewa. Secara istimewa umat-Nya dijumpai di dalam keluarga. Ayub menegaskan demikian: "Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung, dan Kauperhatikan, dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji setiap saat?" - Ayub 7:17-18. Allah memandang kita sebagai mulia, terhormat dan berharga. Karena kita ini berharga, maka Allah memperhatikan kita, mendatangi kita. Selain itu, Allah juga menguji kita. Ujian biasanya datang dari yang levelnya lebih tinggi dari kita dengan tujuan agar kita naik tingkat. Jikalau ujian itu datangnya dari Tuhan, maka tujuannya adalah untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Baca juga: Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga.
Pertanyaan penting untuk diajukan ialah apa rahasia berjumpa dengan Allah dalam keluarga? Berikut beberapa rahasia berjumpa dengan Allah dalam keluarga.
1. Percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Banyak keluarga yang mengaku sebagai keluarga Kristen, tetapi mereka Kristen hanya karena lahir, besar, hidup dan berkeluarga dalam komunitas Kristen. Itu sebabnya secara rohani mereka tidak mengalami atau tidak berjumpa dengan Allah dalam keluarga. Dampaknya hidup keluarga mereka tidak menyenangkan Allah. Cenderung mengikuti keinginan daging dan hawa nafsu duniawi. Tidak menjadi contoh yang baik dalam area sosialnya.
Baca juga: Keluarga Tempat Allah Menjumpai Umat-Nya.
Keluarga (ayah, ibu, anak - red) bisa berjumpa dengan Allah hanya apabila mereka sudah percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Implikasi rohaninya ialah Allah berkenan menjumpai keluarga. Dalam tataran spiritual inilah terjadi perjumpaan antara Allah dengan umat-Nya. Imamat 26:12 menegaskan: "Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku". Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam ayat ini, yaitu:
Pertama, kehadiran Allah dalam keluarga. "Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu". Tentu Allah hadir bukan hanya sekedar hadir. Ia hadir untuk memberkati keluarga, memulihkan keluarga dan bukti bahwa Ia mengasihi keluarga.
Kedua, penguasaan Allah atas keluarga. "...Aku akan menjadi Allahmu..." menunjuk kepada otoritas, kekuasaan dan kedaulatan Allah atas dan di dalam keluarga. Keluarga harus menyerahkan diri secara total dalam kepemimpinan Allah. Keluarga yang teosentris atau yang berpusat pada Allah. Totalitas keluarga terpusat dan terfokus kepada Allah. Ada penguasaan Allah sepenuhnya atas keluarga.
Ketiga, kepemilikkan Allah terhadap keluarga. "...dan kamu akan menjadi umat-Ku" menunjuk kepada keluarga sebagai milik Allah. Keluarga sebagai milik Allah, maka Allah bertanggungjawab atas keluarga. Apapun yang terjadi atas keluarga, Allah pasti memberikan perlindungan, penjagaan, pertolongan dan pembelaan atas umat milik-Nya.
Dengan demikian, Allah bisa berjumpa dengan keluarga dan keluarga bisa berjumpa dengan Allah itu karena ada ikatan spiritual yang tidak bisa diputuskan oleh kuasa apa dan siapapun. Ikatan spiritual itu ditandai dengan percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Tidak ada yang dapat memisahkan Allah dengan umat-Nya. Rasul Paulus menulis demikian: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?... Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" - Roma 8:35, 38-39. Jaminan ini hanya diperuntukkan bagi keluarga yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
2. Bertobat dari segala dosa dan kejahatannya.
Apakah yang dimaksud dengan bertobat itu? Dalam Perjanjian Lama, kata "bertobat" dari bhs. Ibrani "SYUV", artinya: "Berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada TINDAKAN berbalik dari DOSA kepada Allah". Sedangkan dalam Perjanjian Baru, kata "bertobat" dari bhs. Yunani "Metanoia" dan "Metanoeo", artinya: "PERUBAHAN HATI, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, perbuatan dan pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, berbalik dari DOSA kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya". Baca juga artikel ini: Keluarga Tempat Allah Menjumpai UmatNya. Baca juga artikel ini: Bagaimana Membangun Keluarga Yang Tangguh.
Allah bisa berjumpa dengan keluarga dan keluarga bisa berjumpa dengan Allah dalam keluarga, bila keluarga bertobat dari segala dosa dan kejahatannya. Penulis kitab 2 Tawarikh menulis tentang hal itu demikian, "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka. Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini. Sekarang telah Kupilih dan Kukuduskan rumah ini, supaya nama-Ku tinggal di situ untuk selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa" - 2 Tawarikh 7:14-16.
Ada empat prinsip penting yang ditegaskan oleh Allah dalam catatan penulis kitab Tawarikh di atas. Keempat prinsip penting itu ialah sebagai berikut:
Pertama, keluarga harus merendahkan diri. Maknanya ialah bahwa umat Allah dalam hal ini keluarga harus menyadari kegagalannya, menunjukkan kesedihan atas dosa-dosanya dan memperbaharui sikap hati dan komitmen hidupnya untuk melakukan kehendak Allah. Merendahkan diri di hadapan Allah dan firman-Nya yang tertulis berarti mengakui kekeringan dan kemiskinan rohani keluarganya.
Kedua, keluarga harus berdoa senantiasa. Maknanya ialah bahwa umat Allah dalam hal ini keluarga harus berseru dengan sungguh-sungguh kepada Allah memohon kemurahan-Nya, dan harus sepenuhnya bergantung kepada Allah dan percaya bahwa Allah akan turun tangan ketika keluarga itu angkat tangan. Doa itu harus sungguh-sungguh dan tidak berkeputusan sampai Allah menjawab dari sorga. Dengan kata lain, jangan berhenti berdoa sampai Allah memberkati hidup keluarga kita.
Ketiga, keluarga mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Maknanya ialah bahwa umat Allah dalam hal ini keluarga harus dengan tekun berbalik kepada Allah dengan segenap hati dan mendambakan kehadiran Allah dan bukan hanya sekedar ingin luput dari kemalangan. "Dalam keluarga sebaiknya, sebaiknya firman Allah dibacakan dan doa diajarkan. Sebagai tanggapan atas firman-Nya, seluruh anggota keluarga bersama-sama menyampaikan doa kepada Allah, baik yang berupa pujian, ucapan syukur, tobat maupun permohonan. Dengan demikian, keluarga bukan hanya menjadi rumah pendidikan, tetapi juga sekolah doa dan imam bagi anak-anak".
Keempat, keluarga harus berbalik dari jalan-jalannya yang jahat. Maknanya ialah bahwa umat Allah dalam hal ini keluarga harus secara serius dan sepenuh hati bertobat dari segala perbuatan jahat yang dilakukan dalam keluarga. Ada sikap hati dan komitmen yang kuat dari semua elemen keluarga untuk bertobat dari cari hidup yang sia-sia, berdosa dan tidak mempermuliakan Tuhan. Keluarga harus bertobat dari semua bentuk penyembahan berhala yang menjijikkan bagi Tuhan. Meninggalkan cara hidup kompromi dengan sistem dunia yang jahat dan cara hidup duniawi, hedonis, komsumtif dan pesta-pora serta korupsi. Lalu menghampiri Allah untuk menerima pengampunan dosa, menerima kemurahan Allah dan dikuduskan kembali oleh darah anak domba.
3. Bertumbuh dalam pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah bukan bersifat logika atau teori. Namun, pengenalan akan Allah berbicara tentang hubungan pribadi. Semakin kita akrab dengan Allah semakin kita mengenal Dia. Semakin kita mengenal Allah, semakin bertumbuh hidup rohani kita. Semakin bertumbuh hidup rohani kita, semakin dewasa iman kita.
Untuk bisa mengenal Allah, dibutuhkan sebuah proses sepanjang hidup. Materi pembelajarannya ialah totalitas pengalaman kehidupan. Entah pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang menyakitkan. Kita harus masuk ke dalam sekolah kehidupan yang kurikulumnya didesain oleh Allah sendiri untuk kita ikuti.
Nabi Hosea dalam ilham Roh Kudus, menulis demikian, "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" - Hosea 4:6a. Keluarga akan binasa bila tidak mengenal Allahnya. Oleh karena itu, supaya keluarga tidak binasa harus mengenal Allah. Proses belajar di sini terjadi. Pengetahuan kita bisa bertambah dan iman kita pun bertumbuh, melalui pembacaan firman Tuhan setiap hari, berdoa, bersekutu, membangun mesbah keluarga, setia beribadah, melayani Tuhan dalam komunitas tubuh Kristus.
Rasul Paulus menulis berkaitan dengan pertumbuhan rohani, demikian, "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu, hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia, dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur" - Kolose 2:6-7.
Berjumpa dengan Allah dalam keluarga sangat terbuka bila keluarga terus bertumbuh dalam pengenalan akan Dia. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose bahwa keluarga bisa bertumbuh bila hidup keluarga tetap di dalam Kristus, berakar di dalam Kristus, dibangun di atas Kristus, semakin teguh dalam iman dan hati melimpah dengan syukur.
Baca juga: Dampak Mengucap Syukur Senantiasa.
Post a Comment for "Rahasia Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga"