Penyembahan Yang BenarSeperti Orang Majus
Penyembahan Yang BenarSeperti Orang Majus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema penyembahan yang benar seperti orang Majus, diambil dari Injil Matius. Demikianlah sabda Tuhan, “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan kepada-Nya persembahan-persembahan, yaitu emas, kemenyan dan mur” (Matius 2:11).
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Yohanes 1-3
Seorang relawan gereja pernah bercerita tentang pengalamannya melayani di daerah bencana. Ia datang bukan sebagai pembicara, bukan juga sebagai donatur besar. Ia hanya membawa tenaga, waktu, dan hati yang rindu melayani. Di tengah keterbatasan, ia tidur di lantai, makan seadanya, dan membantu warga tanpa pamrih.
Ketika
ditanya mengapa ia mau melakukan semua itu, jawabannya sederhana: “Saya datang
bukan untuk dilihat orang, tapi untuk menyembah Tuhan lewat apa yang saya
miliki.” Di sanalah ia belajar bahwa penyembahan sejati tidak selalu terjadi di
gedung megah, melainkan dalam penyerahan hidup yang tulus.
Kisah orang Majus dalam Matius 2:11 memperlihatkan esensi penyembahan yang benar. Mereka datang dari jauh, menempuh perjalanan panjang, bukan untuk mencari hiburan rohani, melainkan untuk menyembah Sang Raja. Saat mereka berjumpa dengan Yesus, respons pertama mereka adalah sujud menyembah. Penyembahan sejati selalu dimulai dari pengakuan akan siapa Yesus sebenarnya: Raja, Juruselamat, dan Tuhan atas hidup manusia.
Orang Majus juga mengajarkan bahwa penyembahan menuntut pengorbanan. Mereka mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, bukan sisa, bukan yang murah, tetapi yang berharga. Ini menunjukkan bahwa penyembahan bukan sekadar kata-kata atau ritual, melainkan tindakan memberi yang terbaik bagi Tuhan. Dalam konteks hidup kita hari ini, persembahan itu bisa berupa waktu, talenta, integritas, dan ketaatan, bukan hanya materi.
Selain itu, penyembahan orang Majus bersifat personal dan penuh kerendahan hati. Mereka tidak mempersoalkan bahwa Yesus hanyalah seorang bayi di rumah sederhana. Iman mereka menembus penampilan luar dan melihat kemuliaan ilahi di balik kesederhanaan. Penyembahan yang benar tidak bergantung pada situasi ideal, musik yang sempurna, atau suasana yang nyaman. Penyembahan sejati lahir dari hati yang mengenal dan mengasihi Tuhan.
Melalui kisah ini, kita diajak untuk mengevaluasi penyembahan kita. Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang sungguh-sungguh, atau hanya rutinitas? Apakah kita bersedia memberikan yang terbaik, atau sekadar yang tersisa? Orang Majus mengingatkan kita bahwa penyembahan sejati selalu melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Kristus.
Doa:
Tuhan Yesus, ajar kami menyembah Engkau dengan benar, bukan hanya dengan bibir,
tetapi dengan hidup kami. Kami rindu datang kepada-Mu dengan hati yang rendah,
iman yang tulus, dan persembahan yang terbaik. Tolong kami agar setiap langkah
hidup kami menjadi penyembahan yang berkenan kepada-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus
kami berdoa. Amin.🙏

Post a Comment for "Penyembahan Yang BenarSeperti Orang Majus"