Hidup Yang Menjadi Persembahan Syukur
Hidup Yang Menjadi Persembahan Syukur ~ Landasan firman Tuhan untuk tema hidup yang menjadi persembahan syukur diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Roma. Demikianlah sabda Tuhan, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).
Bacaan Alkitab Setahun: Efesus 1-3
Seorang misionaris tua bercerita bahwa ketika ia masih muda, ia pernah menyaksikan seorang wanita sederhana di sebuah desa terpencil membawa seikat padi terbaik yang ia miliki ke gereja sebagai persembahan syukur. Ketika ditanya mengapa ia memberikan bagian yang paling bernilai, ia berkata, “Tuhan telah memberikan hidup kepada saya setiap hari. Ini hanyalah cara saya berkata terima kasih, meski sangat kecil.”
Misionaris itu kemudian menyadari bahwa ucapan syukur terbesar bukanlah jumlah persembahan, tetapi hati yang rela menyerahkan yang terbaik bagi Tuhan sebagai tanda kasih dan ketaatan.
Roma 12:1 mengajak kita melihat bahwa hidup orang percaya bukan hanya tentang melakukan beberapa tindakan rohani, tetapi menyerahkan seluruh hidup sebagai persembahan syukur kepada Allah. Kata “persembahkan” dalam teks Yunani memakai kata parastēsai yang berarti “menyerahkan sepenuhnya,” bukan sebagian. Paulus menekankan bahwa panggilan hidup Kristen didasari oleh “kemurahan Tuhan” artinya respon syukur terhadap kasih karunia yang telah menyelamatkan kita.
Persembahan syukur bukan hanya berupa materi, waktu, atau pelayanan, tetapi seluruh keberadaan kita. Paulus menyebutnya “persembahan yang hidup” bukan korban mati seperti dalam Perjanjian Lama, tetapi hidup yang terus menerus dipakai Tuhan. Hidup demikian ditandai oleh kekudusan, integritas, dan kerinduan untuk berkenan kepada Allah.
Syukur sejati tidak hanya terucap di bibir, tetapi terlihat dalam pilihan-pilihan hidup setiap hari: cara kita bekerja, cara kita mengasihi keluarga, cara kita melayani jemaat, cara kita menghadapi penderitaan, bahkan cara kita memperlakukan orang lain.
Ketika hidup kita menjadi persembahan syukur, kita sedang mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan layak kembali kepada Allah. Syukur mengubah cara kita melihat hidup—dari sekadar mengejar kenyamanan diri menjadi hidup untuk kemuliaan Tuhan. Di tengah dunia yang sering menekankan kepuasan diri, orang percaya dipanggil untuk hidup berbeda: hidup yang menyerahkan diri, bukan mempertahankan diri; hidup yang memberi, bukan hanya menerima; hidup yang taat, bukan hanya menuntut.
Syukur bukan sekadar perasaan, tetapi keputusan harian untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup. Ketika kita memilih untuk hidup demikian, kita sedang mempersembahkan ibadah yang sejati kepada-Nya, ibadah yang tidak terbatas pada gedung gereja, melainkan berlangsung setiap hari di mana pun kita berada. Kiranya kita hidup bukan hanya untuk bersyukur, tetapi sebagai syukur.
Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih atas kemurahan-Mu yang begitu besar dalam hidup kami. Ajari kami untuk mempersembahkan hidup kami sebagai ucapan syukur yang nyata, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi melalui tindakan dan sikap hati setiap hari. Kuduskan hidup kami agar layak berkenan kepada-Mu. Tolong kami agar selalu ingat bahwa hidup kami adalah milik-Mu dan harus dipakai untuk memuliakan-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.🙏
Post a Comment for "Hidup Yang Menjadi Persembahan Syukur"