Mengapa Harus Membeli Kebenaran ?
Mengapa Harus Membeli Kebenaran ? ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mengapa harus membeli kebenaran, diambil dari kitab Amsal. Demikianlah sabda Tuhan, “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya, demikian juga hikmat, didikan dan pengertian” (Amsal 23:23).
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh kompromi, kebenaran menjadi sesuatu yang langka dan mahal. Banyak orang memilih jalan pintas, lebih menyukai kenyamanan daripada kebenaran. Di tengah arus zaman yang mengaburkan batas antara benar dan salah, firman Tuhan dalam Amsal 23:23 menyerukan satu tindakan radikal: “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya.” Ini bukan seruan biasa—ini panggilan untuk menginvestasikan hidup kita kepada sesuatu yang kekal, bukan sekadar informasi, tapi hidup yang dilandaskan pada kebenaran ilahi.
Pertanyaan penting yang perlu diajukan ialah, mengapa kita harus “membeli” kebenaran? Mari kita gali jawabannya dalam tiga bagian utama berikut ini.
Satu, Karena Kebenaran Itu Bernilai Kekal
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Kebenaran bukanlah sekadar ide atau pendapat manusia, melainkan berasal dari Allah sendiri. Kebenaran adalah karakter Allah yang dinyatakan melalui firman-Nya. Itulah sebabnya kebenaran memiliki nilai kekal, tidak berubah oleh budaya, tren, atau zaman.
Kata “belilah” dalam Amsal 23:23 menunjukkan bahwa kebenaran bukan sesuatu yang didapat secara gratis. Ia memerlukan komitmen, pengorbanan, dan kerinduan yang mendalam. Orang yang mengejar kebenaran harus siap membayar harga—entah itu popularitas, kenyamanan, atau bahkan relasi.
John Stott mengatakan, “Kebenaran itu tidak pernah murah; ia mahal, sebab ia menuntut ketaatan total kepada Kristus yang adalah Kebenaran itu sendiri.”¹
Dengan kata lain, mengejar kebenaran bukan sekadar mengumpulkan data teologis, tetapi menjalani hidup yang dikuduskan oleh firman Tuhan. Kita tidak bisa mengklaim hidup dalam kebenaran jika hidup kita tidak dibentuk olehnya.
Implikasi praktisnya: Kita belajar firman bukan sekadar untuk tahu, tetapi untuk diubah. Kita membeli kebenaran karena kita tahu bahwa yang kekal lebih penting daripada yang fana.
Dua,
Karena Kebenaran Itu Membebaskan dan Memurnikan
“Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32). Kebenaran yang sejati bukan hanya menginformasikan, tetapi mengtransformasi. Yesus sendiri berkata bahwa kebenaran akan memerdekakan. Artinya, tanpa kebenaran, manusia hidup dalam penipuan, perbudakan dosa, dan kebingungan moral.
Dalam konteks ini, membeli kebenaran berarti membiarkan hidup kita diubahkan oleh terang firman Allah. Dunia menawarkan banyak “kebenaran palsu” yang membius hati—relativisme, hedonisme, dan konsumerisme. Tapi kebenaran firman Tuhan menyucikan dan menyadarkan kita akan realitas kekal.
Billy Graham pernah menulis, “Kebenaran dalam Kristus bukan hanya membawa pencerahan, tapi juga pembersihan—dari segala dusta yang mengikat manusia.”²
Ini artinya, membeli kebenaran adalah sebuah keputusan untuk tidak lagi diperbudak oleh kepalsuan, melainkan hidup dalam kebebasan anak-anak Allah.
Praktiknya: kita memelihara waktu teduh pribadi, terlibat dalam pemuridan, dan berani berkata “tidak” pada kompromi. Karena kita tahu: lebih baik hidup dalam kebenaran yang menyakitkan daripada dalam kebohongan yang nyaman.
Tiga, Karena Kebenaran Adalah Dasar Hidup
yang Berkenan kepada Allah
“TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? [...] yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang berkata benar dengan segenap hatinya” (Mazmur 15:1-2).
Kebenaran bukan sekadar jalan menuju pengetahuan, tapi jalan hidup orang benar. Tanpa kebenaran, tidak ada kesalehan sejati. Tuhan mencari umat yang berintegritas, bukan hanya tahu banyak ayat, tapi hidup dalam kesesuaian dengan kebenaran-Nya.
Dalam dunia yang menawarkan banyak “diskon moral”—kompromi untuk sukses, pengkhianatan demi kedudukan—umat Tuhan dipanggil untuk tidak menjual kebenaran, apapun harganya.
Stanley Hauerwas, menegaskan, “Integritas Kristen diuji bukan pada saat semuanya baik-baik saja, tapi saat kebenaran bertentangan dengan kepentingan pribadi. Di situlah kekudusan diuji.”³
Amsal 23:23 memberi dua tindakan: “belilah kebenaran” dan “jangan menjualnya.” Ini bukan nasihat pasif, tapi ajakan aktif untuk memegang teguh prinsip kekal—meskipun harus menghadapi kesendirian atau penderitaan.
Penerapan nyata: Di tempat kerja, kita jujur meskipun orang lain korup. Di komunitas, kita berkata benar meski tidak populer. Dalam pelayanan, kita mengajar firman secara lurus, bukan menyenangkan telinga. Karena hanya orang yang hidup dalam kebenaran yang dapat berdiri di hadapan Tuhan dengan hati nurani murni dan diterima dalam hadirat-Nya.
Mengapa harus membeli kebenaran? Karena itu investasi yang kekal. Karena kebenaran memerdekakan. Karena itu fondasi hidup yang berkenan kepada Allah. Dunia boleh berubah, nilai boleh bergeser, tapi kebenaran Tuhan tetap selama-lamanya.
Ingatlah seruan Amsal: “Belilah kebenaran dan jangan menjualnya.” Jangan menjualnya demi kenyamanan. Jangan menjualnya demi popularitas. Jangan menjualnya demi harta atau jabatan. Pegang teguh kebenaran, dan biarlah hidup kita jadi kesaksian yang hidup tentang siapa Yesus itu—Kebenaran yang Hidup (Yohanes 14:6).
¹
John Stott, The Contemporary Christian, (Jakarta: Literatur Perkantas, 2004),
hlm. 131.
² Billy Graham, Kebenaran Abadi, (Bandung: Gandum Mas, 2002), hlm. 89.
³ Stanley Hauerwas, Karakter Kristen dan Masyarakat Modern, (Yogyakarta:
Kanisius, 2015), hlm. 54.
Post a Comment for "Mengapa Harus Membeli Kebenaran ?"