Kristus Sang Raja yang Berdaulat atas Sejarah
Kristus Sang Raja yang Berdaulat atas Sejarah ~ Landasan firman Tuhan untuk tema Kristus sang raja yang berdaulat atas sejarah, diambil dari kitab Wahyu. Demikianlah sabda Tuhan, “Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: “Mari!” Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan” (Wahyu 6:1-2).
Ketika Yohanes melihat Anak Domba membuka meterai pertama, ia menyaksikan seekor kuda putih dengan penunggang yang membawa panah dan mahkota, lalu pergi sebagai pemenang. Simbol ini sering menimbulkan berbagai tafsiran. Namun, pesan utamanya jelas: sejarah berada di bawah kendali Kristus, Sang Anak Domba yang telah menang. Tema ini mengajarkan gereja untuk hidup dalam pengharapan meski dunia penuh gejolak.
Bagian I – Kristus Membuka Meterai sebagai
Raja yang Berdaulat
“Maka aku melihat: Anak Domba itu
membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu...” (Wahyu 6:1). Meterai hanya bisa dibuka
oleh Anak Domba (Why. 5:5–9). Ini menandakan bahwa Yesus Kristus memiliki
otoritas mutlak atas sejarah dan rencana Allah. Sejarah tidak berjalan acak,
melainkan dipimpin oleh tangan Kristus sendiri.
Aplikasi: Hidup kita tidak ditentukan oleh kekuatan politik, ekonomi, atau kekacauan dunia. Semua dikendalikan oleh Kristus. Orang percaya dapat tenang karena Sang Raja memegang kunci masa depan.
Bagian II – Kuda Putih sebagai Simbol
Kemenangan Injil
“Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah, dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota; lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.” (Wahyu 6:2). Ada yang menafsirkan penunggang kuda putih ini sebagai Kristus (Why. 19:11–16), ada juga yang melihatnya sebagai simbol kekuatan penaklukan. Namun, banyak penafsir Injil menyatakan ini adalah lambang pekerjaan Injil yang membawa kemenangan.
George Eldon Ladd mengatakan, “Kuda putih melambangkan Injil yang menang melalui pemberitaan. Meskipun ada perang, kelaparan, dan maut, Firman Allah tetap maju dan tak terhentikan.” (Ladd, Teologi Perjanjian Baru, 2015, hlm. 432).
Aplikasi: Injil tidak bisa dibatasi oleh penderitaan, politik, atau kuasa gelap. Gereja dipanggil untuk terus mengabarkan kabar baik Kristus, karena kemenangan Injil sudah dijamin.
Bagian III – Kristus Sang Pemenang Memberi
Harapan bagi Gereja
“Dialah yang mengalahkan maut dan
membawa hidup yang tidak dapat binasa.” (2 Timotius 1:10). Pembukaan meterai
pertama mengingatkan bahwa meski sejarah manusia penuh gejolak (meterai
berikutnya: perang, kelaparan, kematian), pada akhirnya kemenangan ada di
tangan Kristus. Inilah
dasar pengharapan gereja.
Yakub Susabda menulis, “Kemenangan Kristus bukan hanya janji eskatologis di masa depan, tetapi realitas yang memberi makna pada kehidupan orang percaya hari ini.” (Susabda, Kemenangan Kristus dan Gereja, 2017, hlm. 145).
Aplikasi: Orang percaya tidak boleh hidup dalam ketakutan menghadapi dunia, sebab kemenangan Kristus adalah kepastian. Gereja dipanggil untuk hidup dengan iman, bukan cemas terhadap masa depan.
Meterai pertama dalam Wahyu 6
menegaskan satu kebenaran penting: Kristus adalah Raja sejarah. Kuda putih menunjukkan kemenangan Injil
yang akan terus melaju. Bagi gereja, ini berarti dua hal: (1) jangan takut
terhadap dunia, sebab Kristus memegang kendali; (2) teruslah setia memberitakan
Injil, sebab kemenangan sudah dijamin.
Post a Comment for "Kristus Sang Raja yang Berdaulat atas Sejarah"