Mewaspadai Penggunaan Gelar Akademik Yang Didapat Dengan Cara Ilegal
Mewaspadai Penggunaan Gelar Akademik yang Didapat dengan Cara Ilegal ~ Dalam dunia pelayanan Kristen, gelar akademik sering dipandang sebagai simbol kredibilitas teologis dan integritas intelektual. Namun, maraknya kasus penggunaan gelar palsu atau ilegal, termasuk dari lembaga yang tidak diakui atau tanpa proses akademik yang sah, merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan.
Ini bukan hanya mencederai etika ilmiah, tetapi juga menodai kesaksian gereja di mata publik. Oleh karena itu, penting bagi umat Tuhan untuk bersikap waspada dan kritis terhadap penyalahgunaan gelar akademik demi menjaga kemurnian pelayanan dan kejujuran dalam tubuh Kristus.
Bagian I: Kejujuran sebagai Cerminan Karakter
Kristiani
Firman Tuhan menegaskan, “Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong, dan janganlah kamu berlaku curang seorang terhadap sesamanya” (Imamat 19:11).
Penggunaan gelar akademik ilegal adalah bentuk kebohongan yang terselubung. Meskipun terlihat seperti pencapaian pribadi, kenyataannya tindakan ini menipu publik dan mempermalukan Injil yang seharusnya dijunjung tinggi.
Pdt. Dr. Eka Darmaputra menyatakan, “Etika Kristen menuntut kejujuran bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam representasi diri di depan umum. Mengklaim apa yang bukan hak kita adalah pelanggaran serius terhadap prinsip kasih dan kebenaran.”
Gelar yang diperoleh secara sah mencerminkan perjuangan, proses akademik, dan integritas moral seseorang. Sebaliknya, gelar ilegal mencerminkan kerakusan akan pengakuan tanpa kualifikasi. Dalam konteks pelayanan gereja, ini berbahaya karena memperlihatkan bahwa seseorang lebih mengutamakan pencitraan dibanding panggilan sejati.
Aplikasi:
Setiap pelayan Tuhan
dipanggil untuk menjadi teladan dalam integritas. Ketika gelar disalahgunakan,
yang rusak bukan hanya reputasi pribadi, tapi juga kepercayaan umat kepada
institusi gereja.
Bagian II: Pemimpin yang Dipanggil, Bukan
Dimanipulasi
Firman Tuhan, “Janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru, sebab kamu tahu bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” (Yakobus 3:1).
Posisi sebagai pemimpin rohani, apalagi dengan embel-embel akademik, membawa tanggung jawab besar. Dalam gereja, gelar sering dikaitkan dengan otoritas ajaran. Maka, menggunakan gelar tanpa kompetensi teologis yang benar adalah tindakan manipulatif yang bisa menyesatkan umat.
Menurut Dr. Stephen Tong, “Pemimpin rohani harus memiliki otoritas berdasarkan panggilan Tuhan dan kemampuan yang diuji, bukan dari gelar tempelan atau kehormatan kosong yang dicari demi status.”
Lembaga pendidikan teologi yang sah menjalankan proses akademik yang ketat, mulai dari seleksi masuk, kurikulum berbasis Alkitab, bimbingan dosen ahli, hingga proses evaluasi yang objektif. Gelar yang didapat tanpa proses ini, misalnya hanya membayar atau membeli dari lembaga abal-abal, mencerminkan penghinaan terhadap seluruh sistem pendidikan Kristen yang kredibel.
Aplikasi:
Gereja dan sinode harus berhati-hati mengangkat pemimpin. Validasi terhadap latar belakang
akademik calon pemimpin bukan hanya soal administrasi, tetapi soal perlindungan
iman jemaat agar tidak dipimpin oleh orang yang salah.
Bagian
III: Kesaksian Gereja di Tengah Dunia yang Kritikal
Firman Tuhan, “Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).
Di era digital, segala sesuatu dapat diperiksa dengan mudah: nama kampus, status akreditasi, dan rekam jejak seseorang. Ketika publik mengetahui bahwa seorang pendeta atau dosen teologi menggunakan gelar ilegal, maka bukan hanya dia yang tercoreng, tetapi seluruh tubuh Kristus yang ikut menanggung malu. Dunia sedang mencari integritas. Gereja seharusnya menjadi terang, bukan bayangan.
Dr. Andreas A. Yewangoe menulis, “Gereja sebagai komunitas sakral harus menjaga integritasnya, termasuk dalam aspek akademik. Sekali gereja menjadi tempat manipulasi, maka kepercayaan publik akan sirna.”
Banyak kritik muncul terhadap gereja modern yang dianggap terlalu menonjolkan pencitraan dibanding isi. Salah satunya adalah penggunaan gelar akademik untuk memperoleh pengaruh atau posisi. Hal ini bertolak belakang dengan panggilan kekudusan dan kerendahan hati dalam Kristus.
Aplikasi:
Solusi praktisnya
adalah gereja harus: Melakukan verifikasi terhadap gelar yang diklaim para
pemimpinnya. Mendorong proses akademik yang benar lewat institusi yang
terakreditasi. Menghukum secara etis dan spiritual mereka yang terbukti memakai
gelar ilegal.
Penutup: Gelar Tidak Menjamin Pengurapan
Gelar akademik tidak menjamin kualitas rohani seseorang. Pengurapan Tuhan jauh melampaui gelar di belakang nama. Namun, ketika seseorang menyalahgunakan gelar, ia telah merusak bukan hanya kredibilitas diri tetapi juga kesaksian Kristus yang hidup. Pelayanan sejati lahir dari panggilan, bukan pencitraan. Ijazah bisa dipalsukan, tapi integritas dan karakter di hadapan Tuhan—tidak bisa dimanipulasi.
Post a Comment for "Mewaspadai Penggunaan Gelar Akademik Yang Didapat Dengan Cara Ilegal"