Dampak Ijazah Palsu Terhadap Pelayanan Hamba Tuhan dan Gereja - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dampak Ijazah Palsu Terhadap Pelayanan Hamba Tuhan dan Gereja

Dampak Ijazah Palsu Terhadap Pelayanan Hamba Tuhan dan Gereja ~ Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai penggunaan ijazah palsu atau gelar akademik yang tidak sah kembali mencuat ke permukaan publik. Secara khusus kasus yang menimpa presiden RI ke 7 Republik Indonesia yang dituduh mengantongi ijazah palsu alias tidak asli. Tuduhan ini dipublis ke publik sehingga menghebohkan dunia akademik. Publik menaruh perhatian yang cukup besar terhadap kasus tersebut. Dan saat ini sudah sampai ke ranah hukum.

Ijazah palsu adalah dokumen akademik yang dipalsukan atau diperoleh tanpa proses pendidikan yang sah. Ketika seorang hamba Tuhan menggunakan ijazah palsu untuk mengukuhkan otoritasnya, hal itu bukan sekadar pelanggaran etika atau hukum, tetapi juga kejatuhan moral dan spiritual yang memiliki dampak serius bagi tubuh Kristus, yakni Gereja. Artikel ini membahas tiga dampak utama dari penggunaan ijazah palsu dalam konteks pelayanan gereja: kerusakan integritas pribadi, hilangnya kepercayaan jemaat, dan penghinaan terhadap panggilan Ilahi.

1. Kerusakan Integritas Pribadi dalam Pelayanan

“Orang yang dapat dipercaya dalam perkara kecil dapat dipercaya juga dalam perkara besar, dan orang yang tidak benar dalam perkara kecil tidak benar juga dalam perkara besar.” – Lukas 16:10

Integritas adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang pelayan Tuhan. Ketika seorang hamba Tuhan memalsukan ijazah untuk mendapatkan pengakuan atau posisi tertentu, ia telah memilih jalan yang menipu—bahkan jika niat awalnya adalah untuk "mempermudah" proses pelayanan.

Ijazah palsu menunjukkan bahwa orang tersebut lebih mementingkan penampilan akademik daripada pertumbuhan rohani dan proses pembentukan karakter yang jujur dan setia. Ini merupakan bentuk kompromi yang berbahaya karena bisa menjadi pintu masuk bagi kompromi-kompromi lainnya.

Dr. Stephen Arterburn, seorang konselor Kristen dan penulis buku Every Man's Battle, menekankan bahwa “integritas adalah garis bawah dari semua pengaruh spiritual. Ketika pemimpin kehilangan integritas, mereka bukan hanya kehilangan respek manusia, tetapi juga urapan dari Tuhan.” Dalam konteks ini, penggunaan ijazah palsu menjadi pelanggaran terhadap integritas yang pada akhirnya meruntuhkan kekuatan kesaksian seseorang. Lebih jauh, dalam banyak kasus, kerusakan ini tidak terjadi dalam sekejap, tetapi perlahan merusak kesaksian dan karakter seorang hamba Tuhan, seiring waktu.

2. Hilangnya Kepercayaan Jemaat dan Komunitas

“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.” – Efesus 4:25

Gereja adalah tubuh Kristus yang dibangun atas dasar kasih, kepercayaan, dan kebenaran. Ketika seorang pelayan menggunakan ijazah palsu, ia menghancurkan salah satu fondasi utama pelayanan: kepercayaan. Jemaat mempercayakan bimbingan rohani kepada seseorang yang mereka anggap memiliki otoritas dan kompetensi—baik secara rohani maupun akademik.

Ketika kebohongan ini terbongkar, jemaat tidak hanya kehilangan kepercayaan pada individu tersebut, tapi juga mulai meragukan struktur gereja secara keseluruhan. Ini berpotensi menimbulkan luka kolektif, kekecewaan spiritual, bahkan menjauhkan jemaat dari Tuhan.

Dr. John Stott, teolog injili terkemuka dari Inggris, pernah berkata:
“The greatest hindrance to the advance of the gospel worldwide is the failure of the church to live as the new society of Jesus Christ”.
Dalam konteks ini, kebohongan dan manipulasi akademik mencoreng kesaksian Gereja di mata publik. Dunia luar melihat gereja sebagai lembaga yang tidak lebih baik daripada institusi duniawi yang korup, padahal Gereja dipanggil menjadi terang dan garam dunia.

Kepercayaan yang rusak sulit dibangun kembali. Lebih buruk lagi, para pelayan Tuhan yang jujur ikut terkena dampaknya. Kecurigaan merembet ke mana-mana, menciptakan budaya sinis yang membekukan pertumbuhan rohani.

3. Penghinaan terhadap Panggilan Ilahi dan Otoritas Rohani

“Jangan kamu menganggap rendah karunia Allah yang diberikan kepadamu” (1 Timotius 4:14). Panggilan untuk menjadi hamba Tuhan bukan berdasarkan ijazah, tetapi berdasarkan panggilan ilahi dan pengakuan komunitas rohani. Ketika seseorang memalsukan ijazah demi memperoleh posisi dalam pelayanan, ia sebenarnya sedang merendahkan panggilan Tuhan dan menggantikannya dengan kredensial buatan manusia.

Gelar akademik bukanlah alat utama dalam pelayanan; kasih, kesetiaan, dan pengurapan Roh Kudus jauh lebih penting. Ijazah palsu menunjukkan bahwa seseorang lebih percaya pada sistem dunia daripada kuasa Tuhan dalam membentuk dan memanggil pelayan-Nya.

Dallas Willard, seorang filsuf dan teolog Kristen, menekankan bahwa pelayanan Kristen seharusnya lahir dari transformasi batiniah, bukan semata pengakuan eksternal. Ia menulis, “Kingdom work is not done by credentials, but by character.”

Menggunakan ijazah palsu adalah bentuk penolakan terhadap pekerjaan pembentukan karakter yang Tuhan ingin lakukan dalam kehidupan seorang hamba-Nya. Ini menunjukkan ketidaksabaran, ketidakpercayaan, dan kadang juga kesombongan rohani.

Ketika hamba Tuhan merusak makna panggilan itu sendiri, maka yang terjadi bukan hanya kesalahan personal, tapi juga pemberontakan terhadap sistem kerajaan Allah.

Ijazah palsu bukan hanya persoalan hukum atau etika; ia adalah serangan langsung terhadap integritas pribadi, kepercayaan komunitas, dan otoritas panggilan Ilahi. Seorang pelayan Tuhan dipanggil untuk hidup dalam kebenaran—bukan sekadar menyampaikan kebenaran.

Bahkan jika seseorang mampu “melayani” dengan ijazah palsu dan berhasil secara organisasi, hal itu bukan keberhasilan sejati. Ukuran pelayanan bukan seberapa besar jemaat atau seberapa tinggi gelar, tetapi seberapa taat dan benar di hadapan Tuhan. “Hendaklah kamu menjadi teladan dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4:12).

Pelayanan yang murni dan sejati akan selalu dilandasi oleh kejujuran. Jika Tuhan memang memanggil, maka Dia juga yang akan membuka jalan. Kita tidak perlu memalsukan apa yang Tuhan bisa berikan secara sah dan berlimpah.

Post a Comment for "Dampak Ijazah Palsu Terhadap Pelayanan Hamba Tuhan dan Gereja"