Berdamai Dengan Kelemahan Kita - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berdamai Dengan Kelemahan Kita

Berdamai Dengan Kelemahan Kita ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Krointus. Demikianlah sabda Tuhan, “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9).

Ketika Kekuatan Itu Bukan Jawabannya

Saudara-saudara terkasih, pernahkah Saudara merasa tidak cukup kuat untuk menghadapi pergumulan hidup? Mungkin Saudara sudah berdoa, berpuasa, bahkan menangis dalam keheningan malam, berharap mujizat datang.

Namun, jawaban Tuhan bukan “Ya”, melainkan “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu”. Dalam kelemahan, justru kita menemukan kuasa yang tak berasal dari diri kita—melainkan dari Tuhan. Inilah pengalaman rohani Paulus, dan kiranya menjadi kekuatan kita semua hari ini.

Bagian I: Kasih Karunia Adalah Jawaban Allah atas Kelemahan Kita

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu...” (2 Korintus 12:9a). Kata “cukup” (Ἀρκεῖ / arkeî) dalam bahasa Yunani bukan berarti “pas-pasan”, tetapi memiliki makna “mencukupi secara aktif dan berkelanjutan.” Artinya, kasih karunia Tuhan tidak hanya memenuhi kebutuhan sesaat, melainkan menopang secara terus-menerus, bahkan dalam penderitaan yang berkepanjangan.

Rasul Paulus tidak menerima pengangkatan penderitaan secara langsung, tetapi ia menerima sesuatu yang lebih besar: kasih karunia yang menopang, menghibur, dan menguatkan.

Dr. John Stott pernah menulis, “Kasih karunia Allah bukan hanya pengampunan dosa, tetapi kuasa yang diberikan kepada orang berdosa untuk hidup dalam kekudusan dan ketekunan”.

Dalam konteks ini, kasih karunia bukanlah teori teologis, melainkan energi ilahi yang bekerja dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam penderitaan.

Bagian II: Kelemahan Adalah Tempat Kuasa Kristus Nyata Bekerja

“...sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Korintus 12:9b). Istilah “kuasa-Ku menjadi sempurna” menggunakan kata Yunani teleitai, yang berarti “dibawa kepada kepenuhan atau tujuan.” Kuasa Allah tidak bekerja secara maksimal ketika kita merasa kuat, melainkan ketika kita mengakui ketidakberdayaan.

Di dunia ini, kelemahan dianggap sebagai kegagalan. Namun, dalam Kerajaan Allah, kelemahan adalah kanvas tempat Tuhan melukis karya-Nya yang terbesar.

Seperti lilin yang tidak dapat menyala jika tidak dibakar, demikian juga kuasa Kristus tidak menyala dalam hidup kita sebelum kita rela “dibakar” oleh kelemahan, penderitaan, atau ketidakberdayaan.

Pdt. Stephen Tong mengatakan, “Tuhan memakai orang lemah bukan karena mereka layak, tapi supaya kemuliaan hanya bagi Tuhan, bukan bagi manusia”. Dengan demikian, kelemahan bukanlah hal yang harus disembunyikan, tetapi dinyatakan sebagai medan kuasa Tuhan.

Bagian III: Merayakan Kelemahan Sebagai Bukti Kasih Karunia

“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9c).

Bayangkan, seorang rasul justru bermegah bukan dalam prestasi, tetapi dalam kelemahan. Dalam dunia yang mengagungkan kekuatan, pencapaian, dan kesempurnaan, Rasul Paulus memilih jalan yang berbeda: membanggakan ketidakmampuannya.

Kata “menaungi” (ἐπισκηνώσῃ / episkēnōsē) menggambarkan tenda yang didirikan di atas seseorang—seperti Kemah Suci di Perjanjian Lama. Artinya, ketika kita mengakui kelemahan, kuasa Tuhan berdiam dalam hidup kita dan memayungi kita dari segala arah.

Bagi para pelayan Tuhan, aktivis gereja, bahkan umat biasa, ini menjadi undangan untuk hidup bukan dalam kekuatan sendiri, tetapi dalam penyerahan diri yang total. Kita tidak perlu menutupi kelemahan, karena dalam kelemahan itulah kasih karunia Allah tampil paling kuat.

Pdt. Billy Kristanto menyatakan, “Kelemahan bukan tanda bahwa kita ditinggalkan Tuhan, melainkan pintu bagi kasih karunia Tuhan untuk berkuasa dalam hidup kita”. Paulus tidak menolak realita penderitaan, melainkan memeluknya karena di sanalah ia merasakan pelukan Tuhan yang sesungguhnya.

Kemenangan dalam Kasih Karunia

Saudara-saudari terkasih, ketika doa-doa kita tampaknya tidak dijawab sesuai keinginan, percayalah bahwa Tuhan tidak diam. Dia tidak selalu memberikan jalan keluar instan, tetapi Dia memberikan sesuatu yang lebih berharga: diri-Nya sendiri melalui kasih karunia-Nya.

Jangan menunggu jadi kuat dulu baru dipakai Tuhan. Dalam kelemahanmu saat ini, kasih karunia-Nya sudah cukup. Bahkan lebih dari cukup.

Mari kita hidup bukan dengan semangat dunia yang mengejar kekuatan, tetapi dengan semangat Injil yang merayakan kelemahan sebagai medan kuasa Allah.

Doa Penutup:

Tuhan Yesus, terima kasih karena kasih karunia-Mu cukup bagiku. Ajarku untuk tidak bersandar pada kekuatanku, tetapi hidup dalam kekuatan-Mu. Ketika aku lemah, Engkau kuat. Ketika aku jatuh, kasih-Mu menopangku. Penuhi aku dengan kuasa-Mu, agar hidupku menjadi kesaksian tentang kasih karunia yang bekerja dalam kelemahan. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Post a Comment for "Berdamai Dengan Kelemahan Kita"