Kristen KTP: Pengikut Kristus atau Cuma Penggemar?
Kristen KTP: Pengikut Kristus atau Cuma Penggemar? ~ Landasan firman Tuhan untuk tema Kristen KTP: pengikut Kristus atau Cuma penggemar?, diambil dari Injil Matius. Demikianlah sabda Tuhan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21).
Pendahuluan: Realita yang
Menampar
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Kita hidup di zaman ketika status "Kristen" sangat mudah disandang.
Cukup dengan mencantumkan satu kolom di KTP, kita langsung dianggap umat
Kristiani. Tapi mari kita
jujur—apakah kekristenan kita hanya sebatas formalitas administratif? Apakah
iman kita hanya sekadar simbol budaya, bukan gaya hidup? Hari ini, kita harus
berani bertanya: Apakah saya ini benar-benar pengikut Kristus, atau cuma
penggemar Yesus?
Kita sering merasa aman karena "sudah Kristen sejak lahir", atau karena aktif pelayanan, bahkan karena kita dikenal sebagai orang gereja. Tapi Yesus sendiri dengan tegas berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!” Pernyataan ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga menggetarkan jiwa. Mengapa? Karena ternyata ada orang-orang yang terlihat religius, terdengar saleh, tapi tetap ditolak masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kenapa? Karena mereka tidak melakukan kehendak Bapa.
Kekristenan bukan soal penampilan luar, tapi soal ketaatan hati. Kekristenan bukan sekadar deklarasi, tapi dedikasi. Kekristenan bukan tentang hadir di gereja, tapi hidup sebagai gereja.
Yesus Tidak Mencari Fans, Tapi Pengikut
Yesus tidak pernah memanggil orang untuk sekadar jadi penonton. Dia tidak datang ke dunia untuk membentuk komunitas pengagum. Dia memanggil kita untuk menjadi murid. Murid yang ikut Dia, yang belajar dari-Nya, dan yang hidup seperti Dia.
Kalau kita perhatikan Injil, kita akan lihat bahwa banyak orang pada
masa Yesus sangat tertarik mengikuti-Nya. Mereka kagum dengan ajaran-Nya,
takjub dengan mukjizat-Nya, dan mengikuti-Nya dari kota ke kota. Tapi ketika
Yesus mulai berbicara tentang menyangkal diri dan memikul salib, banyak dari
mereka mundur perlahan.
Yesus tidak menjanjikan popularitas. Dia menawarkan salib.
Dia tidak menjanjikan kenyamanan. Dia memanggil kita untuk mengosongkan diri.
Dalam Yohanes 6:66, dikatakan bahwa banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti-Nya, setelah mendengar ajaran yang keras. Mengapa? Karena mereka ingin Yesus versi “berkat”, tapi tidak sanggup menerima Yesus versi “pengorbanan”. Mereka penggemar, bukan pengikut.
Hari ini, banyak orang juga suka Yesus yang memberi berkat, menyembuhkan, menolong, dan memulihkan. Tapi ketika Yesus mulai menyentuh area dosa, kesombongan, kerakusan, atau gaya hidup yang tidak kudus, banyak orang mulai menghindar. Mereka ingin Yesus sebagai penyelamat, tapi menolak Dia sebagai Tuhan.
Kristen KTP: Identitas Tanpa
Inti
Fenomena “Kristen KTP” bukanlah istilah baru. Ini adalah istilah yang menggambarkan orang yang secara administratif terdaftar sebagai Kristen, tapi secara spiritual tidak punya relasi yang hidup dengan Kristus. Ini adalah mereka yang namanya tercantum di database gereja, tapi hidupnya tidak mencerminkan Injil.
Kita mungkin dibaptis, diberkati, bahkan dimakamkan secara Kristen—tapi itu tidak berarti kita dikenal oleh Tuhan. Tuhan tidak mencari statistik gerejawi. Dia mencari buah. Dalam Matius 7:16, Yesus berkata, "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka."
Jadi pertanyaannya bukan “Apa agamamu?”, tapi “Apa buah hidupmu?”. Apakah kita benar-benar mencintai Firman Tuhan? Apakah kita berjalan dalam pertobatan? Apakah hidup kita mencerminkan karakter Kristus, kasih, kesabaran, kemurahan, penguasaan diri? Atau justru kita hidup sama seperti dunia: penuh iri hati, fitnah, egois, dan munafik?
Kekristenan yang sejati bukan soal kehadiran kita di gereja hari Minggu, tapi soal kehadiran Kristus dalam hidup kita setiap hari. Jangan puas dengan iman yang minimalis. Jangan bangga hanya karena aktif di organisasi, kalau hati kita jauh dari hadirat Tuhan.
Iman yang Kosong: Bahaya
Kemunafikan Rohani
Saudaraku, salah satu bahaya terbesar dalam
kekristenan modern adalah hidup dalam kemunafikan rohani. Kita tahu cara
berkata "Haleluya", kita tahu kapan harus angkat tangan, kita tahu
bahasa-bahasa rohani, tapi hati kita kosong dari kasih Tuhan.
Kita tampil religius di depan
orang, tapi di rumah kasar.
Kita kutip ayat di media sosial, tapi diam-diam simpan dosa yang disembunyikan.
Inilah yang Yesus hadapi ketika berurusan dengan orang Farisi. Mereka tampak sangat kudus dari luar, tapi Yesus berkata, mereka seperti kuburan yang dilabur putih—bersih di luar, busuk di dalam (Matius 23:27).
Yesus tidak pernah tertipu oleh penampilan luar. Dia melihat hati. Dan Dia masih melihat hati sampai hari ini. Jangan menipu diri sendiri dengan merasa "baik-baik saja" hanya karena orang lain menganggap kita rohani. Yang penting bukan apa kata jemaat atau pendeta, tapi apa kata Tuhan. Hari penghakiman bukan soal reputasi, tapi realitas.
Tuhan Tidak Terkesan dengan
Ibadah, Tapi dengan Ketaatan
Yesus tidak tertarik pada bentuk ibadah kita kalau
tidak disertai hati yang taat. Matius 15:8 berkata: “Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.”
Berapa banyak dari kita yang rajin menyanyi di gereja, tapi hidup dalam kepahitan? Berapa banyak dari kita yang rajin melayani, tapi diam-diam menyimpan dosa?
Tuhan lebih peduli pada hati kita daripada performa luar kita. Lebih baik hidup sederhana tapi taat, daripada tampil rohani tapi penuh kepura-puraan. Tuhan tidak mencari kesempurnaan, tapi Dia menghargai pertobatan yang jujur. Dia menghormati hati yang remuk, bukan citra diri yang mulus.
Pertobatan Sejati: Kunci Mengikut Kristus
Pertobatan bukan hanya perasaan bersalah. Pertobatan adalah perubahan arah. Dari yang dulu mencintai dosa, menjadi membenci dosa. Dari yang dulu hidup seenaknya, menjadi hidup dalam ketaatan. Dari yang dulu mengikuti keinginan dunia, menjadi mengikuti kehendak Allah.
Saudaraku, kita tidak bisa mengejar dunia dan mengejar Tuhan pada saat yang sama. Kita harus pilih: Tuhan atau ego kita? Salib atau kenyamanan? Kebenaran atau kompromi?
Yesus tidak pernah bilang ikut Dia itu mudah. Tapi Dia janjikan satu hal: hidup yang sejati. Hidup yang berbuah. Hidup yang berdampak kekal. Kita mungkin kehilangan dunia, tapi kita mendapatkan Kerajaan Surga.
Evaluasi Diri: Apakah Aku
Pengikut Sejati?
Mari kita berhenti sejenak dan merenung: Apakah saya benar-benar mengenal Tuhan, atau saya hanya tahu tentang Dia? Apakah saya datang ke gereja karena cinta, atau karena kebiasaan? Apakah hidup saya menjadi terang dan garam, atau justru batu sandungan?
Jika jawaban kita jujur dan ternyata kita belum sungguh-sungguh ikut Kristus—hari ini adalah hari pertobatan. Hari ini adalah hari pembaruan komitmen. Kita nggak bisa ubah masa lalu, tapi kita bisa pilih untuk hidup benar mulai hari ini. Yesus tidak memanggil kita untuk menjadi sempurna langsung, tapi Dia memanggil kita untuk setia mengikuti Dia hari demi hari.
Penutup: Dari Kristen KTP
Menjadi Murid Kristus Sejati
Saudaraku, jangan puas jadi Kristen KTP. Jangan
bangga hanya karena kita ada di gereja. Jadilah pengikut Kristus yang sejati.
Jadilah orang yang dikenal surga, bukan hanya dikenal oleh tetangga.
Tuhan tidak tertarik pada jumlah
pengagum. Dia sedang membangun tentara murid. Dunia tidak butuh lebih banyak
orang yang tahu tentang Yesus. Dunia butuh lebih banyak orang yang hidup
seperti Yesus.
Hari ini, Tuhan memanggilmu untuk keluar dari zona nyaman. Untuk meninggalkan iman yang suam-suam kuku. Untuk bangkit menjadi terang di tengah kegelapan. Bukan hanya di gereja, tapi di rumah, kampus, kantor, dan media sosial. Bukan hanya di mimbar, tapi juga di keseharian.
Yesus sedang mengetuk pintu hati kita. Bukan untuk ditonton, tapi untuk diikuti. Bukan untuk dikagumi, tapi untuk ditaati. Maukah kita menjawab panggilan itu? Amin.
Post a Comment for "Kristen KTP: Pengikut Kristus atau Cuma Penggemar?"