Gereja Tanpa Kuasa: Apakah Roh Kudus Masih Hadir di Tengah Kita? - Khotbah Kristen
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gereja Tanpa Kuasa: Apakah Roh Kudus Masih Hadir di Tengah Kita?

Gereja Tanpa Kuasa: Apakah Roh Kudus Masih Hadir di Tengah Kita? ~ Landasan firman Tuhan untuk tema gereja tanpa kuasa: apakah Roh Kudus masih hadir di tengah kita? Diambil dari surat rasul Paulus kepada Timotius. Demikianlah sabda Tuhan, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya” (2 Timotius 3:5).

Saudara yang dikasihi Tuhan, Ada satu pertanyaan yang cukup mengguncang dan layak kita renungkan bersama: Apakah gereja masa kini masih memiliki kuasa ilahi seperti yang dikerjakan dalam Kisah Para Rasul? Atau… jangan-jangan kita sedang menjadi bagian dari generasi gereja yang megah secara tampilan, sibuk secara program, ramai secara jumlah, tapi hampa secara rohani? Apakah Roh Kudus masih benar-benar hadir dan bekerja di tengah gereja, atau kita hanya mengandalkan sistem, acara, dan teknologi—tapi kehilangan kuasa dari atas?

Paulus sudah menubuatkan kondisi seperti ini dalam suratnya kepada Timotius. Dia mengatakan bahwa di akhir zaman akan muncul orang-orang yang memiliki “bentuk ibadah lahiriah,” tetapi “memungkiri kuasanya.” Artinya, mereka terlihat rohani, tampak rajin beribadah, bahkan mungkin mengucapkan banyak hal yang benar—tapi tidak ada kehidupan rohani yang sejati. Ibadahnya hanya ritual, bukan relasi. Tidak ada api. Tidak ada urapan. Tidak ada pertobatan. Tidak ada kuasa yang mengubahkan.

Hari ini kita menghadapi realitas yang mengkhawatirkan. Banyak gereja dibangun besar-besaran, dilengkapi dengan layar LED, sound system mutakhir, bahkan tim media yang profesional. Tapi ketika orang masuk dan keluar dari ibadah, tidak ada transformasi. Tidak ada perjumpaan dengan Tuhan yang sejati. Gereja menjadi pusat aktivitas sosial, pusat budaya, bahkan pusat hiburan rohani—tapi bukan lagi pusat kehadiran Allah.

Padahal, jika kita kembali pada gereja mula-mula di Kisah Para Rasul, kita melihat gambaran yang sangat berbeda. Mereka tidak punya gedung megah, tidak punya lighting spektakuler, tidak punya sosial media atau aplikasi gereja. Tapi mereka punya satu hal yang membuat dunia gentar: kuasa Roh Kudus.

Dalam Kisah Para Rasul 4, kita baca bahwa ketika mereka berdoa, tempat itu guncang. Roh Kudus turun. Mereka memberitakan Firman Allah dengan keberanian. Tanda-tanda heran dan mujizat terjadi. Hati orang bertobat. Jemaat saling mengasihi dan berbagi. Itu semua bukan karena liturgi mereka keren—tetapi karena hadirat Tuhan benar-benar nyata di tengah mereka.

Tapi bagaimana dengan gereja hari ini? Apakah masih ada kesadaran akan kehadiran Roh Kudus di tengah ibadah kita? Atau kita sudah begitu sibuk merancang acara, sampai kita lupa mencari wajah Tuhan? Apakah kita datang ke gereja untuk menyembah dalam roh dan kebenaran, atau sekadar ingin mendengar musik bagus dan khotbah motivasional?

Yang menyedihkan, kita mulai melihat gejala bahwa banyak gereja mengurangi intensitas pemberitaan salib. Topik tentang pertobatan, kekudusan, dan pengorbanan mulai digantikan dengan tema-tema ringan yang lebih laku dikonsumsi publik. Pendeta menjadi motivator, bukan lagi nabi. Gereja menjadi panggung, bukan altar. Firman Tuhan dipotong sesuai selera audiens. Dan Roh Kudus—yang seharusnya menjadi pusat kehidupan gereja—malah terpinggirkan.

Padahal, tanpa Roh Kudus, gereja hanya jadi organisasi religius biasa. Ibadah tanpa Roh Kudus adalah pertunjukan kosong. Pelayanan tanpa Roh Kudus adalah aktivitas tanpa dampak. Khotbah tanpa Roh Kudus adalah retorika kosong yang tidak menembus hati. Gereja bisa tetap eksis secara institusional, tapi secara rohani bisa sudah mati. Itulah yang terjadi di Sardis, gereja yang Yesus kritik dalam Wahyu 3:1, “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati.”

Bro, ini saatnya kita kembali merenung: apakah kita sebagai tubuh Kristus masih haus akan kehadiran Roh Kudus? Apakah gereja masih menyediakan ruang bagi-Nya bekerja? Atau kita hanya sibuk dengan script, rundown, dan performance yang dirancang manusia?

Kalau gereja mau kembali pada kuasa semula, kita harus kembali kepada dasar yang sejati. Kita perlu kembali kepada doa yang sungguh-sungguh, penyembahan yang tulus, khotbah yang berani menegur dosa, dan hati yang terbuka untuk dipimpin Roh Kudus. Bukan lagi soal siapa yang tampil, tapi siapa yang hadir—yaitu Tuhan sendiri.

Jangan bangga dengan gereja yang ramai kalau hati jemaat kosong. Jangan puas dengan gereja yang besar kalau tidak ada pertobatan sejati. Jangan kagum dengan pencapaian manusia kalau tidak ada jejak Roh Kudus di dalamnya.

Mungkin gereja kita sudah punya semua yang dibutuhkan secara manusia: dana, tim, manajemen, branding. Tapi tanpa Roh Kudus, semuanya hanyalah mesin yang bergerak tanpa arah ilahi.

Hari ini Tuhan memanggil gereja-Nya kembali ke sumber kuasa—yaitu Roh Kudus. Bukan sekadar teori pneumatologi di kelas teologi, tapi kehadiran nyata-Nya dalam setiap aspek kehidupan gereja. Kita harus belajar berkata, “Roh Kudus, ambil alih. Tanpa Engkau, kami tidak sanggup. Kami tidak mau tampil mengesankan, kami ingin hadir dalam kehadiran-Mu.”

Itulah panggilan gereja yang sejati. Bukan untuk tampil, tapi untuk berserah. Bukan untuk memukau, tapi untuk menyembah. Dan saat Roh Kudus hadir, maka kuasa Allah bekerja. Hati yang keras menjadi lembut. Yang hancur dipulihkan. Yang mati dibangkitkan. Yang tawar semangatnya dihidupkan kembali.

Jadi bro, jangan biarkan gereja kita jadi simbol tanpa substansi. Jangan sampai Roh Kudus berkata seperti yang Ia katakan pada gereja Laodikia, “Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk…” karena gereja itu telah menutup pintu bagi Dia yang seharusnya jadi Tuan rumah.

Hari ini, biarlah gereja kembali kepada panggilan semula: menjadi tempat di mana Tuhan hadir dan berdaulat. Bukan sekadar tempat ramai manusia, tapi tempat di mana langit menyentuh bumi.

Kalau kita rindu kuasa yang sama seperti Kisah Para Rasul, kita harus kembali hidup seperti mereka: dalam doa, puasa, kekudusan, persekutuan sejati, dan ketaatan penuh kepada Roh Kudus. Bukan tampil religius di luar, tapi kosong di dalam. Karena kalau Roh Kudus sungguh hadir, dunia akan tahu dan gereja akan berdampak. Amin.



Post a Comment for "Gereja Tanpa Kuasa: Apakah Roh Kudus Masih Hadir di Tengah Kita?"