Translate

Berani Meminta Tentu Harus Berani Juga Memberi

Berani meminta tentu harus berani juga memberi ~ Landasan firman Tuhan untuk tema berani meminta tentu harus berani juga memberi diambi dari kitab Samuel. Demikianlah firman Tuhan: “Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya” – 1 Samuel 1:11. Doa adalah kunci ajaib untuk membuka segala berkat sorgawi yang kita perlukan. Yakobus mengatakan: “Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa” (Yak. 4:2b). Jadi untuk memperoleh sesuatu yang kita pergumulan kita harus berdoa, kita harus meminta kepada Tuhan. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat. 7:7). Itu sebabnya segala masalah dan pergumulan yang kita hadapi selalu ada jalan keluarnya, dan doa adalah jawaban atas segala masalah hidup kita. Hana adalah seorang yang mandul, yang menutup kandungannya adalah Tuhan sendiri (1 Sam. 1:6). Dalam zaman itu perempuan yang mandul dianggap suatu aib, ia menjadi bahan pembicaraan, dibully, diolok dan disindir oleh banyak orang. Itulah yang dialami Hana. Tetapi mengapa pada akhirnya Hana memiliki seorang anak laki-laki, padahal Tuhan sendiri yang menutup kandungannya? Jawabannya adalah karena doa. Doa yang bagaimana yang bisa menggetarkan sorga sehingga mujizat yang ajaib terjadi?
Satu, Berdoa Dengan Hati Yang Benar. Sikap hati kita sangat menentukan apakah doa kita dijawab Tuhan atau tidak. Kalau sikap hati kita benar, pasti doa kita dijawab oleh Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Yakobus bahwa: “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak. 5:16b). Ciri orang yang memiliki hati yang benar adalah tidak menyimpan kepahitan / kebencian. Sekalipun ia dibully, diejek, bahkan disakiti oleh madunya yaitu Penina, ia menghadapi dengan sabar dan bisa mengampuni mereka. Kalau misalnya Hana masih menyimpan kebencian, pasti doanya tidak dijawab oleh Tuhan. Dua, Berdoa Dengan Tekun. Firman Tuhan mencatat bahwa Hana pergi ke rumah Tuhan dan berdoa dari tahun ke tahun (1 Sam. 1:7). Bayangkan Hana berdoa meminta anak kepada Tuhan, dari tahun ke tahun. Tidak instan. Ini berbicara tentang ketekunan. Sekalipun doanya bertahun-tahun belum dijawab Tuhan, ia tidak putus asa. Ia tetap meminta dan terus meminta. Ia percaya kepada waktu Tuhan. Itu juga yang diajarkan oleh Tuhan Yesus bahwa kita harus berdoa dengan tidak jemu-jemu, seperti seorang janda yang menghadap hakim yang lalim (Luk.18:1-8). Tiga, Berdoa Dengan Berani. Hana menyadari bahwa ia mandul dan bahkan yang menutup kandungannya adalah Tuhan sendiri. Artinya kalau Tuhan yang menutup, maka mustahil kalau manusia bisa membukanya, tetapi ia tetap berdoa dan bahkan berdoa dengan berani. Dan tidak tanggung-tanggung, ia berani minta anak laki-laki (1 Sam. 1:11). Itu yang Tuhan inginkan agar kita berani meminta hal-hal yang besar, sebab Allah kita adalah Allah yang Maha Besar. Seperti Yosua, ia berdoa meminta supaya matahari berhenti di atas Gibeon. Dan Tuhan mengabulkannya. Apa yang di doakan Hana dengan berani meminta anak laki-laki, Tuhan pun mengabulkannya. Empat, Berdoa Dengan Percaya. Kalau sampai doanya Hana dikabulkan oleh Tuhan, itu karena ia berdoa dengan iman, ia berdoa dengan percaya. Dan Tuhan menjawab sesuai dengan imannya. Seperti Bartimeus si pengemis buta, ia berani meminta supaya matanya bisa melihat, dan ia percaya bahwa Yesus sanggup melakukannya. Apa yang terjadi? Tuhan Yesus mengatakan: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Mark. 10:52). Itulah Hana, ia memiliki keberanian untuk meminta, dan Tuhan telah mengabulkannya. Namun ia bukan hanya berani meminta saja, tetapi ia juga berani memberi. Hana merelakan untuk memberikan anaknya yang berharga tersebut kepada Tuhan. Dan Tuhan membuat anak tersebut, yaitu Samuel menjadi nabi besar, bahkan dialah yang mengurapi Daud menjadi raja Israel. Orang yang menabur pasti menuai. Itulah yang dialami Hana, setelah ia memberikan anaknya kepada Tuhan, maka Tuhan menggantinya dengan lima anak yang lahir dari rahimnya (1 Sam. 2:21). Bagaimana dengan kita? Mungkin kita telah berani meminta banyak hal kepada Tuhan. Setelah Tuhan memberkati kita, apakah kita juga berani memberikan yang terbaik kepada Tuhan? Apakah kita sudah mengembalikan milik Tuhan? Apakah kita sudah berkorban dengan korban yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan? Kiranya kita yang berani meminta, kita juga harus berani memberi.

Post a Comment for "Berani Meminta Tentu Harus Berani Juga Memberi"