Waktu Dan Kearifan Hidup
Waktu dan kearifan hidup ~ Landasan firman Tuhan untuk tema waktu dan kearifan hidup, diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di kota Filipi, yaitu Filipi 3:3-16.
Tak terasa kita sudah berada di bulan February tahun 2022, sekaligus merayakan tahun baru Imlek 2573. Kita menyakini tidak ada kebetulan di dunia ini, oleh karenanya kita perlu merenungkan apa hidup dan panggilan hidup kita, melalui refleksi hidup Paulus dalam konteks kitab Filipi, yang merupakan surat ucapan terima kasih yang ditulisnya di balik jeruji penjara.
Dalam surat tersebut, Paulus beberapa kali menyebut pengulangan kata sukacita sekalipun Paulus sedang terpenjara. Sesuatu yang rasanya bertolak belakang, namun itu perasaan yang diungkapkan oleh Paulus. Kita menyakini hal tersebut dapat terjadi karena Paulus memahami betul tujuan perutusannya di muka bumi ini. Dan ia telah menjalaninya dengan baik. Well done!
Saudara, Hidup bukan sekedar menjalani waktu. Dan ukuran hidup juga tidak ditentukan oleh waktu. Walau memang kenyataannya banyak sekali orang yang mengukurkan hidupnya pada ukuran waktu semata. "Wah aku berumur 34 tahun di tahun 2022 ini, tetapi aku belum punya pasangan hidup. Bagaimana ini?" atau "Tahun ini aku memasuki usia 55 tahun, tinggal 5 tahun lagi aku akan pensiun. Bagaimana dengan kebutuhan hidupku nanti?" atau "Proyek ini harus kelar 4 bulan lagi, tetapi belum ada kontraktor yang mau mengerjakannya. Tak ada yang mau ikut tender... bagaimana ini?" dst..dst.
Ya.. kita memang hidup dalam batasan dan ukuran waktu, tetapi hidup kita tidaklah ditentutan oleh ukuran waktunya. Kitalah yang menentukan arahnya, isinya dan hasilnya. Jika hal ini telah kita pahami maka waktu akan menjadi teman akrab dan ukuran yang sangat indah.
Paulus mengetahui alasan hidupnya di dunia ini. Paulus mengerti visi hidupnya. Paulus mengetahui bagaimana hidup yang dijalaninya selaras dengan tugas perutusan-Nya di bumi ini. Hal itulah yang membuat Paulus terus merasakan sukacita, syukur bahkan berkelimpahan dalam menjalani hari harinya. Waktu menjadi teman akrabnya yang membuatnya makin arif dan produktif.
Sebab itu pesannya: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan - (Efesus 5:15-17).
Bagi Paulus ada 3 hal yang harus diperhatikan dengan seksama:
Temukan dan rumuskan dengan seksama. Ini persis nasehat Tuhan Yesus yang menasehati kita bahwa temukan first principle thing. Temukan yang utama (hakiki) dari hidup dan jangan dikaburkan dan dikuatirkan oleh hal hal lain yang bukan utama. Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian (Lukas 12:23).
Kedua, tahu bagaimana mempergunakan waktu dengan arif.
Secara leksikal "arif" itu berarti bijaksana, cerdik, pandai atau paham akan masalah dan punya perspektif yang luas dan briliant untuk mengubah masalah menjadi kekuatan solusi yang baru dan berkelanjutan.
Jika demikian pemahamannya, maka arif itu pasti ada hubungannya dengan karunia hikmat dan marifat yang dianugerahkan Tuhan. Sebagaimana Yusuf, Daniel, Mordekhai, Daud dan orang orang pilihan lainnya, termasuk rasul Paulus. Kearifan itu akan diuji oleh waktu, khususnya waktu waktu yang sulit bukan oleh waktu waktu yang mudah dan meninabobokkan.
Ketiga, usahakan untuk senantiasa mengerti kehendak Tuhan.
Kedua hal diatas yakni hidup dan arif, sangat dipengaruhi oleh pengertian kita akan kehendak Tuhan. Apa kehendak Tuhan dalam hidupku? Mengapa aku ada (disini) dan untuk apa aku ada (diwaktu ini)?
Kehendak Tuhan dalam hidup kita itu personal dan spesifik. Ia tidak bisa di copy paste dan di generalisasi. Kehendak Tuhan kepada Petrus berbeda dengan Yakobus. Yohanes berbeda dengan Paulus. Karena itu tidak bisa diwakilkan apalagi dinihilkan. Setiap kita punya panggilan dan peran peran khusus sesuai dengan rancang bangun kehendak Tuhan.
Ketika kehendaknya kita pahami dengan "bener dan pener" (benar dan tepat), lalu kita kerjakan bagian kita dengan totalitas (head, hand dan heart), maka waktu dan hidup yang kita jalani akan efektif dan efisien. Itulah yang namanya kearifan dalam mempergunakan waktu hidup. Kita tidak takut lagi apakah nanti di usia 35 th akan menikah atau tidak. Kita tidak khawatir apakah nanti setelah pensiun masih ada income atau tidak.... sebab kita tahu persis apa yang menjadi kehendak Tuhan buat kita dan bagaimana kita dengan arif menjalaninya.
Sementara untuk orang bodoh bin ceroboh yang abai pada kehendak Allah, pandai hanya dalam silat kata dan bermain main dengan waktu...akan dipermalukan seiiring berjalannya waktu...karena karya mangkraknya.
Entah tahun kerbau atau tahun macan, hidup harus punya tujuan, karya dan pengharapan. Tidak ada ceritanya hidup kita berubah drastis hanya karena perubahan tahun dari tahun 2021 ke tahun 2022 atau dari tahun kerbau ke tahun macan. Entah penanggalan apapun yang kita pakai untuk memberi batasan perubahan pada urutan waktu (kronos), tidaklah bermakna apa apa jika tidak ada perubahan pada cara kita mempergunakan waktu (kairos).
Kairos adalah sebuah bentuk waktu yang dapat diartikan seperti kesempatan agar setiap orang dapat mencapai sesuatu yang sangat penting/ mendasar dan diidamkan. Sesuatu yang penting ini yang menjadi dasar pijak hidupnya dan arah visinya.
Kemarin kita telah membahasnya dalam 3 unsur mendasar dari kairos, yakni memahami betul apa itu hidup, waktu dan kehendak Allah (yang berkerja dalam hidup dan waktu). Ketiganya bisa diurai secara terpisah dalam definisi leksikalnya (pengertian bahasanya), tetapi dalam implementasinya (to give practical effect to) tidaklah bisa dilepaskan satu dengan yang lain, seperti mentari dalam perwujudan terang, panas dan energi yang membentuk kehidupan. Yang bisa kita lihat dan rasakan dari mentari adalah keindahan pagi yang membawa energi semangat bagi segenap alam.
Ada pertumbuhan, siklus kehidupan, harapan dan milyaran bahkan unlimited energy yang bergerak membantu kehidupan dalam hangatnya sinar mentari. Itulah kairos! Jika kronos berfungsi membatasi waktu kemunculan mentari dengan istilah pagi, siang dan sore/malam... namun kairos membentangkan kehidupan yang bergerak dalam ragam yang saling berhubungan pun bertentangan; menggairahkan pun menjemukan; menghidupkan pun mematikan. Semua ada dalam sinergitas, dialektikal dan paradoks yang terus menerus (tidak tergantung pada perubahan jam, hari, minggu, bulan ataupun tahun).
Karena itu bagi siapapun yang mau mendalami kehidupan akan sampai pada ujung awal pengertian (walau sangat sangat sedikit) tentang hidup, waktu dan kehendak Allah (yang berkerja didalamnya).
Karena itulah rasul Paulus menasehatkan: "perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan (Efesus 5:15-17).
Apakah kemudian rasul Paulus tahu semua akan rahasia kehidupan dibawah kolong langit ini? Dibawah sinar mentari? Saya rasa tidak! Ia sama seperti kita yang tidak tahu banyak bahkan boleh dibilang tidak tahu apa apa akan hidup dan waktu. Tetapi yang membedakan rasul Paulus dengan kita (baik para ilmuwan maupun awam) adalah cara pendekatan rasul Paulus yang dibalik. Ia tidak memulai pencarian dan pengenalan akan hidup dari mimpinya sendiri, lalu menetapkan rencana pencapaiannya dalam urutan waktu... tetapi ia memulainya dengan mencari tahu apa kehendak Allah dalam hidupnya.
Lalu (baru) menetapkan tujuan hidup (barunya) dalam kehendak Allah tsb. Nah, itu yang membedakan rasul Paulus dengan banyak orang. Banyak orang mengutamakan pencarian apa arti dan makna hidup terlebih dahulu dengan menetapkan dream, vision dan purpose nya terlebih dahulu. Lalu baru menyusun rencana dan agenda waktu pencapaiannya, evaluasi dan resolusi seiring dengan pergantian waktunya (oleh karena itu perubahan waktu dari tahun kerbau ke tahun macan menjadi penting). Lalu bertanya di tahun macan ini nasibku bagaimana ya? Apa ramalan shio ku di tahun ini? Baguskah? Beruntungkah? Atau bahayakah? Dll..
Tetapi rasul Paulus tidak memulai pencarian dan pemaknaan hidupnya dari penetapan mimpi/visi yang lahir dari keinginannya sendiri ataupun yang ditentukan oleh ramalan shio dan pergantian waktu (tahun). Ia mencari kehendak Allah sebagai yang utama dan terutama, baru kemudian menetapkan tujuan dan rencana.
Itulah sebabnya dia berkata : "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh. (Filipi 3:10-16)
Yup.. itulah cara pendekatan Paulus. Alih alih menetapkan tujuan hidup, menyusun rencana matang dalam hitungan waktu, ia mencari dahulu kehendak Allah dalam kepengenalan akan Kristus. Baru setelah itu dia menetapkan tujuan, dan mengerjakan semuanya itu seperti pelari yang bekerjaran dengan waktu. Akibatnya ia menjadi fokus dan tidak mudah diombang ambingkan oleh ramalan waktu dan nasib yang diturunkan dari perubahan tahun ataupun shio. Itulah yang patut kita pikirkan dan renungkan.
Post a Comment for "Waktu Dan Kearifan Hidup"