Translate

Never Give Up Part 2

Never give up ~ Landasan firman Tuhan untuk tema never give up, diambil dari kitab Amsal 24:16. Demikian firman Tuhan : "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana". Kedua, vision. Orang tidak mudah menyerah apabila memiliki visi atau tujuan hidup yang jelas, entahkan itu berangkat dari keinginan yang kuat untuk mengubah keadaan ataukah itu datangnya dari Tuhan. Sebagai orang Kristen kita meyakini bahwa visi itu datangnya dari Tuhan. Berangkatnya bisa saja dari kesulitan atau penderitaan, tetapi ujungnya adalah perwujudan sejarahnya Tuhan yang dinyatakan dalam dan melalui kita. Ambil contoh Yusuf. Mimpi yang Tuhan tanamkan kepadanya bisa saja membawa kepujian dan kejayaan dirinya sendiri. Namun jika dilihat dalam frame yang lebih besar, kita bisa menyaksikan bahwa mimpi dan visi yang dinyatakan kepada Yusuf adalah dalam rangka penyelamatan keluarga Israel, dari paceklik dan kebinasaan.
Penderitaan demi penderitaan yang dialami sejak mudanya justru menjadi proses khusus untuk menjadikan Yusuf menjadi orang kepercayaan Firaun nomor satu pada waktu itu. Itulah sebabnya refleksi Yusuf atas saudara saudaranya sungguh mencengangkan: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar" - (Kejadian 50:20). Nah, visi seperti inilah yang ditangkap oleh Ciputra dan dijadikan kekuatan pendorongnya yang (seolah) tak ada matinya. Katanya: "saya menyimpan impian untuk menjadi orang yang mampu keluar dari kemiskinan, dari keterbelakangan. Saya jelas miskin. Tapi saya tak mau menempatkan diri saya sebagai pecundang yang takut bermimpi. Mama sudah menyatakan sanggup membiayai sekolah saya sampai SMA di Menado. Bagi saya itu kesempatan emas. TUHAN pasti memberi jalan agar saya bisa merentangkan pagi impian selanjutnya. Impian pasti." Dan itu dikerjakan oleh Ciputra melalui latihan 2 keahliannya di sekolah, yakni matematika dan berlari. Ya...ia sangat menonjol dalam pelajaran matematika dan sangat cepat dalam berlari. Saat ayahnya diculik tentara penjajah Jepang, Ciputra dan ibunya berpindah ke desa Popaya, Bumbulan untuk mengolah kebun demi bisa hidup. Dan Ciputra mulai ikut berburu babi dengan anjing anjingnya. Kaki tanpa alas, menembus hutan untuk berlari memburu babi. Kemampuan berlari ini terus dikembangkannya saat ia harus sekolah SMP di Gorontalo meninggalkan ibunya di desa. Setiap pagi ia bangun pagi dan berlari sambil mengingat pesan ayahnya dahulu : "jika kamu ingin sukses kau tak perlu melawan orang lain. Cukup kau taklukkan diri sendiri." Berlari menjadi pilihan Ciputra untuk menaklukkan diri sendiri. Pukul 4.30 dia sudah berlari menapaki ruas ruas jalan di Gorontalo. Ia berlari terus sampai nafasnya tersengal sengal dan tak kuat lagi. Setiap hari ia menambah jarak. Ambisinya cuma satu yakni mengukir prestasi. Sebab prestasi bisa membuat orang dipandang dan dihormati. Di sekolah ia mulai menjadi bahan pembicaraan, si Cina itu larinya cepat sekali. Setiap kali ada lomba lari dia menjadi pemenangnya. Hingga ia berpindah ke Menado saat sekolah SMA, Ciputra terus berlari. Hingga tahun 1951 dia diminta pemerintah daerah Menado untuk menjadi salah satu altet lari kontingen Sulawesi Utara dalam PON ke 2 di lapangan Ikada Jakarta. Saudara, Ada tiga hal yang mengiring visi (mimpi) Ciputra untuk melewati hidup yang sulit dengan semangat positif, yakni cinta pada keluarga, iman kepada Kristus yang mengubah hidupnya dan kerja keras untuk selalu mengalahkan dirinya sendiri. Batapa indahnya perpaduan kekuatan kasih dari orang tua, paggilan iman yang diuji oleh aneka kesulitan dan peristiwa, serta kerja keras untuk menaklukkan sisi sisi lemah diri sendiri yang mudah mencari alasan untuk menyerah. Jika ketiga hal itu bersatu, maka visi akan mengubah wujudnya menjadi prestasi. Ketiga, prestasi. Hal berikutnya yang diperlukan selain hati (passion) dan mimpi (vission) adalah prestasi, bukan sekedar aksi. Dua hari lalu saya melihat ada stiker dibelakang kaca mobil didepan kami yang bertuliskan : "kerja buat ~rutinitas~ kejar mimpi." (kata rutinitasnya di coret). Membaca tulisan tersebut, saya diingatkan bahwa apa yang saya (dan saudara) lakukan atau kerjakan hendaknya bukan sekedar rutinitas yang berulang. Kerja harus melahirkan prestasi sebagai pemenuhan dari mimpi yang membumi. Tanpa prestasi, kita tidak akan pernah bisa dihargai. Itulah sebabnya kepada manusia pertama, Allah memerintahkan untuk bekerja keras, berpeluh keringat untuk mengolah bumi. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Dari pengertian prestasi tersebut, maka pengertian prestasi diri adalah hasil atas usaha yang dilakukan seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan. Karakter orang yang berprestasi adalah mencintai pekerjaan, memiliki inisiatif dan kreatif, pantang menyerah, serta menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Karakter-karakter tersebut menunjukan bahwa untuk meraih prestasi tertentu, dibutuhkan kerja keras. Sayangnya di adat ketimuran, sebagian dari kita itu cenderung enggan dan malu untuk disebut berprestasi. Takut dianggap sombong. Sehingga saat dipuji : "wuah kamu hebat ya," maka kita cepat cepat menjawab: "ah ndak juga, itu kebetulan aja kok." Kita tidak berani dengan tegas seperti Daniel, yang berkata : "Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan!" (Daniel 2:20). Prestasi itu tidak datang tiba tiba, ia adalah hasil kerja keras yang konsisten dan persisten dengan anugerah perkenanan dan pertolongan Tuhan. Tuhan bahkan berkata benih, pekerja dan tanah yang baik itu akan mengahasilkan (prestasi) tigapuluh kali ganda, enampuluh kali ganda atau seratus kali ganda (Matius 13:8). Dan yang menarik Tuhan Yesus juga berkata: "Karena setiap orang yang mempunyai (prestasi), kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya" (Matius 25:29) Pak Ciputra adalah contoh orang yang tahu arti pentingnya prestasi dan ayat dari Matius13:8 dan Matius 25:29. Karena itu dia berkata: "saya harus sukses dan berprestasi. Sebab Tuhan sudah membuktikan dukungannya melalui banyak keajaiban." Ya, Tuhan Yesus telah masuk dalam hatinya sejak ia bertumbuh keras di desa Popaya, makin mengakar kuat saat dia sekolah di Menado. Jika Tuhan telah membawanya pada banyak keajaiban, maka hari kedepan Ia pasti akan menunjukkan lebih banyak tanggungjawab yang lebih besar, sebab kepada yang mempunyai akan makin ditambahkan. Itulah keajaiban Tuhan, keajaiban prestasi. Selepas SMA, Ciputra melihat peluang kebutuhan yang besar akan pembangunan paska kemerdekaan. Karena itu ia bertekad kuliah di ITB Bandung di jurusan arsitektur. Di kota besar, di Jawa, ia harus mengatasi perasaan rendah diri yang bisa melumpuhkan prestasinya. Tetapi tekad dan mimpinya itulah yang kembali menguatkannya. Ia membentuk kelompok belajar bersama dan mulai bekerja sambil kuliah. Ia mulai berjualan batik dan mencari proyek (bangunan). Selanjutnya kita tahu bahwa prestasi demi prestasi membawa Ciputra ke Jakarta mengiringi mimpinya membangun kota, membangun negeri. Membangun Indonesia. Firman Tuhan kembali terbukti bahwa kepada yang mempunyai kepadanya akan dipercayakan karya karya yang lebih besar lagi... sementara kepada yang takut dan bersembunyi, maka talenta yang ada, justru akan diambil dari padanya. Inilah hukum kehidupan ! Hukum Tuhan. Bersambung… !

Post a Comment for "Never Give Up Part 2"