Translate

Berkarya Dalam Iman, Kasih Dan Pengharapan

Berkarya dalam iman, kasih dan pangharapan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema berkarya dalam iman, kasih dan pengharapan, diambil dari 1 Tesalonika 1:1-10. Baru saja kita menikmati ibadah onsite di gereja, memasuki bulan Februari kita terpaksa meniadakan ibadah onsite dan kembali melaksanakan ibadah secara online. Ini semua mengingat perkembangan virus Covid-19 varian Omicron yang sangat cepat perkembangannya. Di perkirakan akhir bulan ini kita akan mengalami gelombang ketiga pandemi Covid 19. Seorang dokter berkata bahwa kalau dahulu varian Delta itu akan menulari 7 dari 10 anggota keluarga, tetapi Omricron akan menulari 10 dari 10 anggota keluarga. Artinya memang penyebarannya sangat cepat. Orang yang dahulu sudah terkena covid, bisa terkena kembali, sebab variannya memang beda. Sungguh, sangat cepat perkembangannya. Yang kita takutkan selain daripada kesehatan dan situasi ekonomi yang memburuk adalah kehidupan persekutuan dan komunitas yang mulai merenggang berjarak. Telah dan makin terjadi perubahan yang besar dalam pola interaksi kehidupan bersama secara makro maupun mikro. Taruhlah kalau dulu jenis pekerjaan dan interaksi sosial masih mengandalkan perjumpaan dalam skala besar, maka sekarang makin mengecil dan bisa dilakukan di rumah tanpa pertemuan langsung. Ini terjadi di dunia pekerjaan, pendidikan, hiburan termasuk juga gereja. Sementara dalam kehidupan persekutuan bergereja kita dikuatirkan ikatan kebersamaan umat akan merenggang, karena kita tidak bisa berkumpul seperti dulu lagi.
Saudara, Lalu apa yang harus kita lakukan dalam keadaan yang demikian ini? Mari kita belajar dari jemaat di Tesalonika. Mungkin ada beberapa kemiripan situasi yang bisa kita pelajari, khususnya berkaitan dengan keterbatasan dan pembatasan dalam bersekutu. Jemaat Tesalonika adalah jemaat bentukan rasul Paulus dan Silas saat dia pergi ke Tesalonika (Kis 17:1-9). Rasul Paulus pada hari Sabat masuk ke rumah ibadat orang Yahudi lalu menerangkan bagian bagian Kitab Suci (dan berdiskusi) mengenai siapa Mesias. Beberapa orang Yahudi menjadi tertarik dan bahkan banyak orang Yunani yang mendengar kabar baik tentang Injil Yesus Kristus dan bertobat serta memberi janji setia pada Tuhan Yesus. Sekitar 1 bulan banyak orang yang mulai percaya dan bersemangat untuk mempelajari Kitab Suci. Tetapi orang-orang Yahudi garis keras menjadi iri dan tidak suka. Mereka kemudian bersekongkol dengan petualang pasar untuk membuat kekacauan. Tujuannya adalah menghadapkan Paulus dan Silas ke sidang rakyat untuk dirajam batu. Paulus dan Silas terpaksa meninggalkan umat di Tesalonika dengan hati sedih. Orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias terjanji itu kini mengalami fitnah dan aniaya. Mereka tidak bisa lagi bebas bertemu dan bersekutu. Mereka harus bersembunyi karena kalau bertemu dan bersekutu akan dilaporkan sebagai orang-orang yang hendak makar karena mengajarkan dan menyembah Yesus sebagai raja. Sebagian dari mereka memang ditangkap dan dianiaya dengan sangat hebat. Itulah sebabnya Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Tesalonika, setelah Paulus mendapat kabar dari Timotius bahwa jemaat disana bukan saja dalam keadaan baik, namun justru berkembang dalam tekanan dan penganiayaan. Justru dalam keadaan terbatas dan dibatasi mereka malah berkembang militan. Lewat suratnya, rasul Paulus memberi pujian dan menyatakan kebanggaannya. Pertanyaannya kok bisa ya? Bukankah mereka baru satu bulan saja mendengarkan Injil ? Dan mereka juga tidak didampingi atau digembalakan oleh rasul Paulus dan Silas saat-saat kesulitan menghadang. Kok bisa mereka tetap setia bahkan bertumbuh walaupun kesempatan untuk berkumpul dan beribadah itu terbatas, karena mereka diawasi dan dilarang. Kok bisa mereka malah bertumbuh dan bahkan menjadi teladan bagi jemaat-jemaat lain yang ada di wilayah Makedonia dan Akhaya. Apa yang menjadikan jemaat ini begitu istimewa? Ada 4 alasan mengapa jemaat di Tesalonika itu justru berkembang di masa-masa terbatas dan sulit: Pertama, ini adalah pekerjaan Allah. Rasul Paulus berkata : "Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu" (I Tes 1:4). Ya, mereka dikasihi dan dipilih oleh Allah. Sehingga pekerjaan Allah tidak bisa dibatasi oleh tekanan maupun keterbatasan. Kita jadi teringat akan apa yang terjadi pada orang-orang di Niniwe saat Yunus diutus Allah kesana. Yunus ogah ogahan, ia sekedarnya saja menyerukan pertobatan sambil berharap bahwa Allah tetap akan memberikan hukuman kepada orang-orang Niniwe. Tetapi apa yang terjadi? Allah ternyata mengasihi dan memilih orang-orang Niniwe untuk diselamatkan. Sehingga dengan mudahnya hati mereka bertobat dan berbalik dari jalannya yang jahat dan diselamatkan. Kok bisa? Ya bisa! Kalau Allah sudah menetapkan pilihan dan menyatakan kasih-Nya maka perubahan hanyalah masalah waktu. Kedua, iman yang aktif. Ya, pekerjaan Allah bersambut dengan pekerjaan iman. Orang-orang percaya di Tesalonika mendapati bahwa kepercayaan (agama) itu bukan sekedar rutinitas ritual yang harus kumpul di satu tempat. Itu tentu baik jika memungkinkan, tetapi jika tidak memungkinkan maka janganlah kepercayaan menjadi luntur dan iman menjadi suam hanya oleh karena pembatasan dan tekanan. Mereka mengerjakan iman secara aktif dalam lapangan kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, dalam pekerjaan dan bahkan dalam keteladanan hidup bersama. Iman yang dihidupi adalah iman yang aktif sebagai ekspresi pekerjaan Roh Kudus didalam hidup mereka. Sebab Injil yang diberitakan bukan hanya dengan kata-kata saja, tetapi dengan kekuatan oleh Roh Kudus (ayat 5). Ketiga, kasih yang lebih. Mereka mempraktekkan Firman dengan tindakan kasih yang lebih. Dalam kesusahan mereka justru saling berbagi kasih. Dan dalam berbagi itulah mereka merasakan begitu nyata kasih Tuhan yang ditambah-tambahkan bagi hidup mereka (1 Tes 3:12). Rasul Paulus bahkan menyatakan bahwa mereka itu belajar kasih langsung dari Allah, sehingga tidak perlu lagi diajari. Katanya : "Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah" (1 Tes 4:9). Keempat, pengharapan yang pasti. Mereka mempunyai pengharapan yang sangat kuat akan kedatangan Tuhan Yesus. Pengharapan inilah yang membuat mereka bertekun untuk hidup kudus. Mereka percaya bukan saja pada parusia atau kedatangan Kristus yang kedua kali, tetapi juga pada kepastian keselamatan saat ini. Jika toh seandainya mereka saat ini mati karena iman percaya mereka, maka mereka punya jaminan keselamatan di dalam Allah Bapa. "Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia" (1 Tes 4:14). Inilah keyakinan iman dan pengharapan yang membuat mereka tak takut akan apapun juga, bahkan makin bergiat dalam iman dan persekutuan. Mereka menjadi jemaat yang bersukacita, berdoa dan bersyukur senantiasa (1 Tes 5:16-18). Sungguh kita perlu belajar banyak dari jemaat Tesalonika yang dalam keterbatasan dan pembatasan justru iman, kasih dan pengharapan mereka bertambah-tambah.

Post a Comment for "Berkarya Dalam Iman, Kasih Dan Pengharapan"