Cinta Damai Membawa Berkat
Cinta damai membawa berkat ~ Landasan firman Tuhan untuk tema cinta damai membawa berkat, diambil dari kitab Kejadian 26:12-31. Beberapa menegaskan demikian : "Kemudian Ishak mengadakan perjamuan bagi mereja, lalu mereka makan dan minum. Keesokan harinya pagi-pagi bersumpah-sumpahan mereka. Kemudian Ishak melepaskan mereka, dan mereka meninggalkan dia dgn damai" - (Kejadian 26:30-31).
Meskipun ia disakiti dan tersingkirkan, Ishak tetap bersedia berdamai dengan orang-orang yang memusuhinya. Ishak berdamai dengan orang-orang yang memusuhinya, terbentuk dari tiga sifat Ishak, yaitu :
1. Ishak adalah pribadi yang patuh - (Kej.26:24-29).
Lalu pada malam itu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hamba-Ku itu."
Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN. Ia memasang kemahnya di situ, lalu hamba-hambanya menggali sumur di situ.
Datanglah Abimelekh dari Gerar mendapatkannya, bersama-sama dengan Ahuzat, sahabatnya, dan Pikhol, kepala pasukannya.
Tetapi kata Ishak kepada mereka: "Mengapa kamu datang mendapatkan aku? Bukankah kamu benci kepadaku, dan telah menyuruh aku keluar dari tanahmu?"
Jawab mereka: "Kami telah melihat sendiri, bahwa TUHAN menyertai engkau; sebab itu kami berkata: baiklah kita mengadakan sumpah setia, antara kami dan engkau; dan baiklah kami mengikat perjanjian dengan engkau,
bahwa engkau tidak akan berbuat jahat kepada kami, seperti kami tidak mengganggu engkau, dan seperti kami semata-mata berbuat baik kepadamu dan membiarkan engkau pergi dengan damai; bukankah engkau sekarang yang diberkati TUHAN."
Sikap patuh Ishak sudah ia miliki sejak masih muda saat ayahnya (Abraham) akan mempersembahkan dirinya, Ishak tetap patuh. Perdamaian antara Ishak dan orang-orang Filistin akibat kepatuhan Ishak pada perintah Tuhan dan ajaran orang tuanya (Abraham). Abraham mengajarkan Ishak untuk berdamai meskipun berada diposisi yang tidak bersalah. Dan Ishak patuh pada ajaran orangtuanya untuk hidup berdamai. Tanpa kepatuhan tidak mungkin tercapai sebuah perdamaian.
2. Ishak adalah pribadi yang mengalah - (Kej 26:15-21).
Segala sumur, yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, oleh hamba-hamba ayahnya itu, telah ditutup oleh orang Filistin dan ditimbun dengan tanah.
Lalu kata Abimelekh kepada Ishak: "Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa daripada kami."
Jadi pergilah Ishak dari situ dan berkemahlah ia di lembah Gerar, dan ia menetap di situ.
Kemudian Ishak menggali kembali sumur-sumur yang digali dalam zaman Abraham, ayahnya, dan yang telah ditutup oleh orang Filistin sesudah Abraham mati; disebutkannyalah nama sumur-sumur itu menurut nama-nama yang telah diberikan oleh ayahnya.
Ketika hamba-hamba Ishak menggali di lembah itu, mereka mendapati di situ mata air yang berbual-bual airnya.
Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka: "Air ini kepunyaan kami." Dan Ishak menamai sumur itu Esek, karena mereka bertengkar dengan dia di sana.
Kemudian mereka menggali sumur lain, dan mereka bertengkar juga tentang itu. Maka Ishak menamai sumur itu Sitna.
Dengan sikap mengalah salah satu pihak, diharapkan konflik bisa selesai dan terciptalah perdamaian antara pihak-pihak yang sempat bertikai.
3. Ishak adalah pribadi yang memaafkan - (Kej.26:30-31).
Kemudian Ishak mengadakan perjamuan bagi mereka, lalu mereka makan dan minum. Keesokan harinya pagi-pagi bersumpah-sumpahanlah mereka. Kemudian Ishak melepas mereka, dan mereka meninggalkan dia dengan damai.
Ishak benar-benar menyambut kesepakatan damai dengan Abimelekh, dan Ishak dengan sungguh-sungguh memaafkan peristiwa yang menimpanya di masa yang lalu, demi tercapainya perdamaian.
Ishak adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang memenangkan perdamaian dalam pergumulan hidupnya. Meskipun Ishak tidak melakukan kesalahan, ia memilih mengalah demi terciptanya perdamaian. Meskipun Ishak memiliki “kekuatan” yang lebih besar, ia tidak menggunakannya untuk membalas kejahatan dan memilih membuat kesepakatan damai.
"Mari kita belajar bahwa setiap orang berhak diperlakukan adil dan manusiawi. Jangan berlaku diskriminatif terhadap orang yg berbeda agama, suku dan ras dgn kita". Jauhi sikap iri hati dan cemburu atas keberhasilan orang lain. Dan tetaplah mengusahakan perdamaian dalam kehidupan ini.
Post a Comment for "Cinta Damai Membawa Berkat"