Esensi Iman Kristen Yang Mulai Dibengkokkan
Esensi iman Kristen yang mulai dibengkokkan ~ Kita menjadi sangat terkejut ketika dengan jujur mencoba membandingkan pola pengajaran dan keteladanan kehidupan Kristus dengan apa yang diajarkan dan diteladankan oleh para pemimpin dan elit gereja saat ini. Sebuah foto di sosial media menggambarkannya, seorang “hamba” Tuhan yang dengan latar belakang kursi dan perabotan mewah sedang berbicara, sedang dua foto dibawahnya menunjukkan orang yang bukan hamba Tuhan tetapi sedang menyuapi orang-orang terlantar sebagai wujud hidup meneladani Kristus dalam mewujudkan kasih pada orang-orang lemah dan tersisih dalam karya nyata, bukan kata-kata.
Mengapa ini semua terjadi ? Mengapa gereja dan terutama para pemimpinnya dengan telanjang menunjukkan kehidupan galmournya tanpa malu-malu lagi. Bahkan secara terbuka mengatakan, bila ada orang-orang yang mau menjadi hamba Tuhan dalam keadaan miskin dan teraniaya, maka saya memilih menjadi ”hamba” yang kaya raya dan terkenal, apakah ini salah ? katanya dengan pongah suatu hari. Apakah Tuhan Yesus pernah melarang seseorang kaya raya dan terkenal ? Begitu lanjut argumennya.
Secara pribadi saya tidak mau menunjuk pada seseorang, tetapi ketika Injil Kristus kemudian terus-menerus dibengkokkan dan dihinakan didalam jemaat, maka adalah kewajiban kita semua yang mengasihi Tuhan untuk dengan tegas mewartakan kemurnian dan esensi Injil itu kembali dengan lantang. Berikut esensi Injil yang telah banyak dilupakan orang karena telah dibengkokan oleh elit dan para pemimpin agama.
Kristus datang untuk menyelesaikan masalah utama manusia yaitu dosa, karena upah dosa adalah maut,"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23). Karena akan datang penghakiman itu seperti api yang akan menghanguskan siapapun yang masih terikat oleh dosa dan tidak bertobat,"Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal" (Matius 25:46). Juga,"Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang" (Yudas 1:7). Perhatikan pula, "Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan" (Matius 3:12). Seluruh bumi akan dimurnikan dengan api,"Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap" (2 Petrus 3:10).
Yang sering tidak dimengerti banyak orang adalah siapakah api yang kekal dan tidak terpadamkan itu ? Surat Ibrani 12:29 : “Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan”. Dan inilah yang menjadi keadaan yang tidak akan bisa dihindari semua manusia, bahwa diujung seluruh kehidupan semua manusia akan bertemu dengan Allah, dan sifat Allah adalah api yang kekal dan tidak terpadamkan. Yang akan menghancurkan dan menghanguskan bagi mereka yang hidup dalam dosa, tetapi akan memurnikan bagi mereka yang benar. Lihat 1 Korintus 3:11-15 : “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” Dan saat berhadapan dengan Allah, maka tidak ada seorangpun akan bisa berdalih lagi.
Inilah akhir sebuah kehidupan abadi di neraka, Tuhan Yesus dengan sangat tegas membicarakan tentang neraka yang sudah tertulis dalam Matius 25:41-46 yaitu suatu kehidupan yang terpisah dari Tuhan secara abadi dan sebuah tempat siksaan kekal. Sehingga neraka memiliki arti terpisah dari semua dan dari segala sesuatu yang baik. Sulit untuk kita dalam membayangkan bagaimana hidup tanpa kehadiran Tuhan, sebab orang yang sudah sangat berdosa dan paling jahat di dunia pun masih mendapatkan berkat serta anugrah dari Tuhan. Kita bisa bernafas dari udara yang sudah Tuhan ciptakan untuk kita serta makan dan minum dari semua yang sudah Tuhan sediakan untuk kita. Namun saat di neraka, maka semua kasih, anugerah dan juga berkat yang Tuhan berikan tidak akan ada sedikit pun dan ini mungkin akan membuat mereka yang masuk ke dalam neraka akan sangat merindukan kehadiran Tuhan yang sudah tidak mungkin untuk didapatkan lagi selamanya.
Padahal keberadaan neraka disediakan untuk iblis dan malaikat-malaikatnya bukan untuk manusia Matius 25:41, “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Karena manusia sesungguhnya diciptakan untuk Tuhan. Tuhan menghendaki semua orang selamat, 1 Timotius 2:3-4 : “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.”
Gambaran mengerikan mengenai neraka ini sudah selayaknya membuat kita lebih bersyukur sebab sudah diberikan tawaran keselamatan oleh Tuhan kita Yesus Kristus di kayu salib, kita semua sebenarnya harus masuk neraka, akan tetapi Yesus sudah menggantikan kita dengan menjalani semua hukuman atas dosa yang sudah kita perbuat. Ini seharusnya membuat kita tersadar jika neraka merupakan hukuman paling mengerikan dan sudah selayaknya kita semakin bergiat dalam melakukan apa yang Tuhan Yesus kehendaki setelah kita percaya.
Sampai dititik ini, hampir semua gereja dan pengajarannya akan memiliki kesamaan. Tetapi yang menjadi berbeda adalah tentang apa yang harus dilakukan setelah kita masuk dalam keselamatan yaitu anugerah didalam Kristus. Akan apa yang harus dilakukan setelah percaya pada Tuhan Yesus.
Sejak penciptaan manusia, Allah tidak pernah merubah tujuan manusia dicptakan yaitu membuat manusia segambar dan serupa dengan Allah, Kejadian 1:26-27 : “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Dan rencana itu tidak pernah diganti. Dan Kristus adalah gambar Allah yang sempurna, Kolose 1:15 : “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,” sehingga perjalanan umat Allah adalah menuju kesegambaran dengan Kristus, 1 Yohanes 2:6 : “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” Roma 8:29 : “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Yang oleh Petrus dijelaskan bisa mengambil kodrat Illahi dalam 2 Petrus 1:4 : “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.”
Disinilah dimulai perjalanan iman dan pengajaran gereja menjadi berbeda bahkan bertentangan. Satu sisi menganggap kemerdekaan yang diberikan Kristus sifatnya mutlak, sehingga mereka bisa melakukan apa saja yang menyenangkan kehidupan di dunia. Disisi lain, mereka yang menghidupi kehidupan dalam panggilan untuk menderita karena mewartakan salib Kristus. Kedua kondisi yang berujung pada kehidupan yang semakin sama dengan dunia dan semakin meninggalkan kehidupan dunia. Lalu bagaimanakah pandangan spiritualitas kristiani dalam hal ini ?
Tuhan Yesus memberikan gambaran dengan sangat jelas dalam Matius 19:24, Lukas 9:23 sebagai syarat untuk menjadi pengikutNya : “Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Coba kita perhatikan bagaimana Paulus menggambarkan orang-orang yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah berikut, 1 Korintus 6:9-10 : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Dan Paulus membedakan dengan sangat jelas dari buah kehidupan mereka yaitu perbuatan dagingnya, Galatia 5:19-21 : “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Karena itu Rasul Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, Yakobus 2:14 : “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Tuhan Yesus juga menekankan dengan sangat jelas di Matius 7:21 ; 12:50 dan Yohanes 14:21 : “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
Sehingga sesungguhnya perjalanan iman tidak berhenti percaya saja, tetapi melanjutkan kehidupan mewujudkan karakter Kristus menjadi karakter kita. Sampai orang akan melihat kemuliaan Allah dinyatakan, kehendak Allah terjadi dan Kerajaan Allah hadir di bumi ini. Sama sekali bukan untuk menumpuk dan menikmati kesenangan diri, kepentingan diri yang mebawa hati kita akan melekat pada dunia. Bukankah Tuhan Yesus sudah mengingatkan, Lukas 12:34 ; Matius 6:21 : “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Tidak ada yang abu-abu dalam hal ini, kecintaan pada dunia adalah kemelekatan dan kemelekatan menunjukkan kepada siapa kita mengabdikan kehidupannya, Lukas 16:13 ; Matius 6:24 : “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Kalau demikian, bagaimana mungkin Tuhan penuh kasih mengirim seseorang ke neraka bagi yang tidak percaya dan mereka yang tidak melakukan imannya ? Jika Tuhan itu baik, bagaimana mungkin Dia bisa begitu kejamnya menyiksa manusia ? Bagaimana mungkin Tuhan yang kasih dan baik itu membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak adil apabila menghukum dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal? Termasuk pada orang yang percaya dan tidak melakukan kepercayaan itu dalam perbuatan ?”
Secara filisofis pandangan itu muncul dari pandangan dari Ateisme dan Agnotisme. Ini adalah pandangan yang menolak adanya neraka dengan lebih dulu menolak eksistensi Allah. Sejak dahulu orang ini juga ada, pemazmur di zaman dahulu menuliskan “orang bebal berkata dalam hatinya: tidak ada Allah”. Selanjutnya Pemazmur mengatakan “busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik” (Mazmur 14:1). Inilah alasan mengapa manusia menolak eksistensi Allah, manusia ingin melarikan diri dari tanggung jawabnya kepada Allah dengan cara menolak keberadaan Allah yang kepadaNya mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.
Ada pula pandangan Universalisme yang berpikir bahwa neraka dan penghukuman kekal tidak sesuai dengan sifat kasih dan kemahakuasaan Tuhan. Pandangan ini mengajarkan bahwa pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Pandangan dari universalisme klasik mengajarkan bahwa orang-orang yang telah hidup dengan tidak bertanggung jawab akan dihukum segera setelah kematian, tetapi tidak seorang pun akan dihukum secara kekal. Dengan kata lain, penghukuman tersebut bersifat sementara sambil menanti datangnya keselamatan. Bahkan dalam pandangan Neo Universalisme mengajarkan bawa semua orang saat ini diselamatkan, meskipun semuanya tidak menyadari hal itu.
Ada pula pandangan Anihilisme yang mengajarkan bahwa hukuman kekal sebagai pemusnahan akhir. Pandangan ini muncul dalam dua bentuk yaitu imortalisme dan mortalisme. Pandangan imortalisme mengajarkan bahwa manusia pada hakikatnya diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat binasa atau abadi (imortalitas), akan tetapi mereka yang yang terus hidup di dalam dosa akan menjadi tidak kekal dan karena itu akan dianihilisasi atau ditiadakan. Pandangan mortalisme mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya diciptakan sebagai mahluk yang tidak kekal atau fana (mortalitas). Mereka yang percaya menerima kekekalan sebagai anugerah dan karenanya akan terus ada secara kekal di dalam kondisi yang penuh berkat setelah kematiannya; sedangkan mereka yang tidak percaya tidak akan menerima anugerah tersebut dan kerenanya akan tetap dalam kondisi tidak kekal (fana), atau dengan kata lain kematian akan menjadikan mereka tidak ada (anihilisasi). Imortalisme dan mortalisme sama-sama mengajarkan anihilisasi (keadaan tidak ada), karenannya menyangkali ajaran tentang hukuman kekal atau neraka.
Padahal secara jelas Alkitab menuliskan tentang siapakah yang akan masuk neraka ? Alkitab menyebutkan berikut ini urut-urutan mereka, yaitu: Binatang dan Nabi Palsu (Wahyu 19:20); Iblis (Wahyu 20:10); Maut dan Kerajaan Maut (Wahyu 20:14); Orang-orang fasik yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan (Wahyu 20:15), yaitu orang berdosa dalam 8 kategori umum dalam Wahyu 21:8 “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”. Salah satu yang saya ingatkan adalah penyembah berhala, yang artinya mereka yang melekatkan hatinya pada sesuatu yang lain selain Allah. Dan ini termasuk mereka yang telah melekatkan diri pada harta dan kekuasaan di dunia ini.
Tuhan menghadapkan kepada manusia dua macam pilihan dalam kekekalan yaitu surga atau neraka. Demikian pula ada dua pribadi yang disembah oleh manusia yaitu Yesus Kristus atau iblis. Tidak ada alternatif, tempat netral atau pilihan ketiga. Setiap orang harus memilih salah satu, Kristus atau iblis, surga atau neraka. Jikalau seseorang memilih Kristus maka pasti ia akan masuk surga, Karena Yesus berkata “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak seorangpun sampai kepada Bapa jikalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6-7) Dan lagi “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16). Jika seseorang memilih Iblis maka pasti ia akan masuk neraka. Setiap orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus berarti memilih iblis, entah disadarinya atau tidak. Tentu yang dimaksud percaya disini bukan sekedar dalam pikiran dan pengetahuan, tetapi dalam ketaatan dan kesetiaan melakukan kehendak Tuhan Yesus sebagai bukti kita mengasihi Kristus.
Kiranya melalui renungan ini mendorong kita untuk lebih meyakinkan orang supaya datang kepada Kristus Sang Juruselamat untuk menerima hidup kekal. Kematian Kristus adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi siapapun dalam penyediaan kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar semua orang diselamatkan (2 Petrus 2:9). Dalam penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16; Roma 10:34; 2 Kor 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani 2:9). Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Demikian pula umat yang mengasihi dan melakukan kehendak Kristus serta mewujudkan karakter Kristus menjadi karakter pribadinya adalah sebuah panggilan dan jalan kehidupan bukan pilihan bebas. Karena manusia akan dihakimi dan bertanggungjawab akan semua yang dilakukan di bumi ini, Pengkotbah 12:14 : “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.”
Rumah Bapa banyaklah tempat yang cukup bagi semua manusia, tetapi Allah tidak pernah meluputkan seorang pun dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka, tetapi karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus.
Kita tidak menghakimi siapapun tetapi meskipun hanya satu dasar keselamatan didalam Kristus, tetapi masing-masing orang yang diselamatkan harus membangun diatasnya pekerjaan-pekerjaan yang adalah buah iman, dan darinya kita akan menerima kemuliaan kekal kelak, 1 Korintus 3:11-13 : “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.”
Amin
Dari berbagai sumber
HK
Post a Comment for "Esensi Iman Kristen Yang Mulai Dibengkokkan"