Mengenal Kehendak Allah Dan Jalan Hidup Kita Part 2
Mengenal
Kehendak Allah dan Jalan Hidup Kita
Pilihan-pilihan
Hidup di Dalam Cerita Besar Allah
Maka, jikalau
pilihan-pilihan dalam kehidupan kita sudah diketahui oleh Tuhan, bahkan
pilihan-pilihan yang terkesan “salah” sekali pun dapat dan akan diatur oleh
Tuhan untuk menggenapi cerita-Nya, di manakah peran kita? Apakah kita hanya
seperti boneka marionette yang tidak berdaya dan bergantung pada tali
yang mengikat tangan dan kaki kita, menantikan ke mana si dalang akan sesuka
hatinya “memainkan” kita? Tidak.
Saya percaya Tuhan juga
meminta kita ambil bagian dalam scene yang kecil itu. Kita diberikan
ruang untuk menyelaraskan cerita kita dengan cerita Tuhan. Kita bisa memilih
bagaimana cara kita hidup dan bermain di dalam “cerita” Allah. Melalui kisah
Yunus, saya mau mengajak kita semua membuat pilihan, bagaimanakah saya harus
hidup dan “bermain” dalam cerita Allah. Apakah saya mau
memainkan part saya sesuai dengan kehendak dan cara Allah, atau
kehendak dan cara saya. Saya kira pilihan-pilihan ini sama sekali tidak akan
mengurangi kasih Allah kepada kita. Hanya saja di dalam part kecil
yang kita mainkan itu, pilihan-pilihan ini akan menentukan siapakah kita di
hadapan Allah dan sesama.
Hidup dengan Teologi ATAU Hidup dengan Taat
Pilihan pertama adalah hidup dengan teologi atau hidup dengan ketaatan. Saya tidak bermaksud untuk memisahkan teologi dengan ketaatan, tetapi faktanya, sering sekali teologi dan ketaatan itu terpisah, berbeda jauh, bahkan bertolak belakang di dalam kehidupan anak Tuhan. Banyak pengetahuan tentang Tuhan, tetapi tidak ada yang diterapkan. Banyak dengar khotbah, banyak belajar doktrin, tetapi hidup sehari-hari tidak berubah. Dosa-dosa lama masih dilakukan, bahkan sengaja dilakukan. Yang di luar beda dengan yang di dalam. Pengetahuan tentang Tuhan dikira sama dengan ketaatan kepada Tuhan.
Kehidupan Yunus
sedikit-banyak menggambarkan orang yang demikian. Arti nama Yunus adalah
“merpati,” sebuah gambaran akan kelembutan, ketulusan, dan innocent.
Tetapi hatinya tidak selembut dan se-innocent namanya. Hatinya penuh
kegelapan, hatinya mau lari dari Tuhan. Ingat pada waktu Nuh melepaskan burung
merpati untuk mengecek apakah air bah di luar bahtera sudah surut? Yang dilepaskan
adalah burung merpati, karena burung merpati selalu pulang ke kandang dan tidak
akan kabur. Tetapi Yunus? Ia “merpati” yang justru sedang kabur dari tuannya.
Yunus juga punya pengetahuan
teologi yang benar dan lurus tentang Tuhan.
Di pasal 1:9 ia menyebut
Tuhan sebagai “Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan
daratan.” Di pasal 1:9 ia juga mengklaim diri, “Aku orang Ibrani, aku takut
akan Tuhan.” Identitas Ibrani itu melekat dengan identitas keagamaan sebagai
pengikut YHWH. Kalau di zaman sekarang, klaim ini bunyinya, “Aku orang Kristen
yang taat sama Tuhan Yesus.” Di pasal 2, Yunus tepat sekali menggambarkan
seperti apakah Tuhan. Di pasal 4:2, Yunus sendiri berkata: “Sebab aku
tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang
sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang
hendak didatangkan-Nya.” Yunus tahu Allah itu pencipta, Mahakuasa, dan
Mahakasih.
Tetapi apakah teologinya sejalan
dengan ketaatannya? Tidak. Begitu Tuhan menyuruh Yunus ke Niniwe, ia tidak
menjawab “Ya” atau “Tidak.” Ia diam saja. Tetapi pasal 1:3 mencatat: “Yunus
bersiap melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan…” Ia tahu Tuhan
itu yang menciptakan langit dan laut, tetapi ia masih berpikir bisa menyembunyikan
diri dari pandangan Tuhan.
Bersambung…!
Post a Comment for "Mengenal Kehendak Allah Dan Jalan Hidup Kita Part 2"