Translate

Sikap Kita Terhadap Peristiwa Jumat Agung

Sikap kita terhadap peristiwa jumat agung ~ Hari Jumat Agung adalah salah satu hari dalam satu tahun kalender yang dicatat sebagai salah satu hari raya penting dalam kalender gerejawi. Hari raya penting itu berkaitan dengan kematian Yesus di atas kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa dan kejahatan manusia.


Keagungannya bukan pada hari Jumat, tetapi pada pengorbanan Yesus di atas kayu salib yang terjadi pada hari Jumat. Jadi, ketika dikatakan bahwa hari Jumat Agung tidak dimaksudkan bahwa hari Jumat itulah yang agung. Keagungan yang kita rayakan pada hari Jumat itu ialah keagungan, kemuliaan dan kedahsyatan pengorbanan Yesus bagi kita.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Bagaimana sikap kita terhadap Jumat Agung itu?” Berdasarkan ajaran Alkitab, maka ada beberapa sikap yang perlu kita tumbuh kembangkan, yaitu:

1. Membangun mentalitas optimis di tengah situasi sukar sekalipun.

Pesan Jumat Agung adalah sikap optimisme. Karena Yesus yang tersalib itu memberi pesan khusus kepada semua umat Kristen, perjalanan umat Kristen dalam mengarungi bahtera kehidupan ini bukanlah tanpa tujuan.

Dan bukan pula berakhir dengan penderitaan sekalipun terpenjera oleh penguasa dunia. Penderitaan bukanlah kata akhir, tetapi adalah optimisme babak baru dari harapan baru. Ada harapan yang cerah dan dicerahkan oleh iman keparcayaan kepada Yesus. Dengan demikian, hari Jumat Agung yang kita rayakan harus diartikan membangkitkan semangat membangun interaksi dan kebersamaan antarmanusia. Semangat Jumat Agung itu mengganti pesimisme dengan semangat baru.

2. Membangun mentalitas pemenang atas masalah hidup.

Pememnang bukan berarti tidak memiliki masalah, tetapi pemenang tahu bagaimana mengatasi masalah. Pemenang tahu menemukan solusi dari setiap masalah yang ada. Pemenang tidak pernah putus asa, tetapi selalu berjuang sampai merebut kemenangan.

Kesejatian hidup adalah hidup yang sejahtera, bukan saja dalam arti material, melainkan juga dalam arti mampu mengungkapkan dirinya sebagai citra Allah dalam membangun relasi dengan Allah, sesama manusia, ciptaan lain dan seluruh alam semesta.

Hidup yang semacam itulah yang hendak dicapai dan pada masa kini masih diperjuangkan dengan susah payah, mengingat masih banyak warga masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Juga masih banyak orang yang terhalang untuk menyejahterakan hidup mereka. Itulah makna Jumat Agung. Maka harus kita usahakan tindakan konkret yang dilakukan bersama-sama dan bukan sebatas kata-kata saja. Dengan kemampuan masing-masing yang sekali pun berbeda, namun dapat terlibat aktif dalam usaha bersama, berapa pun besarnya keterlibatan itu merupakan sumbangan yang pasti mempunyai arti.

Kita tahu, Yesus mati bukan karena sakit, bukan karena sudah lanjut usia, tapi Ia mati karena menebus dosa kita. Itulah sebabnya sudah sepantasnyalah jika kita setiap Jumat Agung merayakannya dan bersyukur kepada Tuhan.

Hal mengampuni merupakan ciri khas kekristenan, dan Yesus telah memberikan teladan bagi kita di saat Dia tergantung di atas salib, Yesus tidak meminta Bapa menghukum orang-orang yang telah menyalibkan-Nya, tapi sebaliknya Ia minta kepada Bapa untuk mengampuni mereka.

Demikian juga dengan kita, siapapun yang pernah menyakiti, mengecewakan, menghianati kita, hendaknya kita ampuni. Karena pengampunan itu lahir dari hati yang dekat kepada Tuhan dan yang mengerti kehendak-Nya.

Semoga seluruh umat Kristiani bersedia membagikan kasih kepada sesama yang menderita, karena dengan demikian kita dikenal sebagai para murid Kristus. Kiranya pertobatan kita meruntuhkan benteng pementingan diri, yang selama ini membuat jarak antara kita dengan warga masyarakat pada umumnya.

 


Post a Comment for "Sikap Kita Terhadap Peristiwa Jumat Agung "