Makna Dibalik Virus Corona
Makna dibalik virus corona ~ Landasan firman Tuhan untuk tema makna di balik virus corona atau covid 19, diambil dari Lukas 13:1-5 dan Efesus 5:15-16. Virus corona atau Covid 19 telah menyebar ke 169 negara lebih. Korban yang terinfeksi oleh Virus corona atau Covid 19 ini sudah mencapai ratusan ribu dan akan terus bertambah. Lalu yang meninggal dunia karena terinfeksi Virus corona atau Covid 19 ini juga menyentuh angka ribuan dan akan terus bertamvah.
Di sela sela simpati dan empati yang kita sedang sampaikan kepada orang yang terkena musibah, terkadang terselip pertanyaan: "mengapa hal itu bisa terjadi? Apa dosa dan kesalahannya ya?"
Pertanyaan selipan yang kecil ini bisa berkembang menjadi besar, manakala ada beberapa orang yang kebetulan mempertanyakan hal yang sama. Lalu berkembanglah versi cerita "penghakiman" terhadap musibah yang sedang dialami oleh orang lain... sambil di tutup dengan kata "amit amit.. semoga hal itu tak terjadi padaku".
Saudara, hal seperti itulah yang terjadi dalam teks perikop kita. Saat itu Pilatus membunuh beberapa orang Galilea; dan darah mereka dicampurkan dengan darah korban untuk persembahan, maka gegerlah mereka yang membicarakan hal tsb dengan nada simpati, tetapi juga terselip pertanyaan tentang dosa apakah yang membawa mereka pada nasib buruk seperti itu.
Lalu Yesus menegur orang orang yang membawa kabar tsb : "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." (Luk 13:2-3).
Yesus juga berkata : "Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." (Lukas 13:4-5).
Apa yang Yesus hendak sampaikan adalah janganlah kita mudah untuk menilai dan menghakimi orang lain dari peristiwa (baca: nasib) buruk yang sedang mereka alami.
Sebab belum tentu kita lebih benar atau lebih baik dari pada mereka. Bisa jadi "nasib" kita akan sama dengan orang yang sedang kita bicarakan atau bahkan lebih buruk. Siapa tahu? Ingat bahwa penilaian buruk terhadap orang lain bisa menjadi doa bagi diri sendiri. Sebab itu berhati hatilah.
Lalu apa yang harus kita lakukan jika mendengar dan atau melihat peristiwa buruk terjadi? Ada 3 yang harus kita lakukan:
Pertama, berdoalah agar orang (atau keluarga) yang mengalami musibah diberi ketabahan dan pertolongan Tuhan. Stop mengembangkan infomasi menjadi cerita gosip apalagi penghakiman.
Kedua, bertobatlah dari dosa dosamu. Musibah apapun yang diijinkan Tuhan terjadi pada orang lain adalah cara Tuhan menegur orang tsb dan bahkan (terutama) kita agar bertobat dan kembali pada Tuhan.
Ketiga, makin arif dalam mencermati waktu dan kesempatan hidup yang Tuhan berikan, sebab hal jahat (buruk) bisa terjadi setiap saat pada siapa saja. (Efesus 5:15-16).
Jadi intinya, janganlah kita sibuk untuk membicarakan peristiwa, nasib dan kesalahan orang lain, sementara kita justru lupa untuk mengkoreksi diri sendiri. Sibukkanlah dirimu dengan kebaikan dan kata kata positif yang membangun kehidupan.
Di sela sela simpati dan empati yang kita sedang sampaikan kepada orang yang terkena musibah, terkadang terselip pertanyaan: "mengapa hal itu bisa terjadi? Apa dosa dan kesalahannya ya?"
Pertanyaan selipan yang kecil ini bisa berkembang menjadi besar, manakala ada beberapa orang yang kebetulan mempertanyakan hal yang sama. Lalu berkembanglah versi cerita "penghakiman" terhadap musibah yang sedang dialami oleh orang lain... sambil di tutup dengan kata "amit amit.. semoga hal itu tak terjadi padaku".
Saudara, hal seperti itulah yang terjadi dalam teks perikop kita. Saat itu Pilatus membunuh beberapa orang Galilea; dan darah mereka dicampurkan dengan darah korban untuk persembahan, maka gegerlah mereka yang membicarakan hal tsb dengan nada simpati, tetapi juga terselip pertanyaan tentang dosa apakah yang membawa mereka pada nasib buruk seperti itu.
Lalu Yesus menegur orang orang yang membawa kabar tsb : "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." (Luk 13:2-3).
Yesus juga berkata : "Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." (Lukas 13:4-5).
Apa yang Yesus hendak sampaikan adalah janganlah kita mudah untuk menilai dan menghakimi orang lain dari peristiwa (baca: nasib) buruk yang sedang mereka alami.
Sebab belum tentu kita lebih benar atau lebih baik dari pada mereka. Bisa jadi "nasib" kita akan sama dengan orang yang sedang kita bicarakan atau bahkan lebih buruk. Siapa tahu? Ingat bahwa penilaian buruk terhadap orang lain bisa menjadi doa bagi diri sendiri. Sebab itu berhati hatilah.
Lalu apa yang harus kita lakukan jika mendengar dan atau melihat peristiwa buruk terjadi? Ada 3 yang harus kita lakukan:
Pertama, berdoalah agar orang (atau keluarga) yang mengalami musibah diberi ketabahan dan pertolongan Tuhan. Stop mengembangkan infomasi menjadi cerita gosip apalagi penghakiman.
Kedua, bertobatlah dari dosa dosamu. Musibah apapun yang diijinkan Tuhan terjadi pada orang lain adalah cara Tuhan menegur orang tsb dan bahkan (terutama) kita agar bertobat dan kembali pada Tuhan.
Ketiga, makin arif dalam mencermati waktu dan kesempatan hidup yang Tuhan berikan, sebab hal jahat (buruk) bisa terjadi setiap saat pada siapa saja. (Efesus 5:15-16).
Jadi intinya, janganlah kita sibuk untuk membicarakan peristiwa, nasib dan kesalahan orang lain, sementara kita justru lupa untuk mengkoreksi diri sendiri. Sibukkanlah dirimu dengan kebaikan dan kata kata positif yang membangun kehidupan.
Post a Comment for "Makna Dibalik Virus Corona"