Keselamatan Dari Dosa
Keselamatan dari dosa ~ Alkitab dengan tegas
dan jelas membukakan realita yang exclusive
yaitu, “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah.” (Roma 3:23) Statement Paulus tersebut seringkali bukan
dimengerti sebagai realita
yang seharusnya diterima
tapi justru ditolak oleh banyak
orang. Padahal pernyataan itu bukan tuduhan
yang dibangun dengan
fanatisme. Ia membangun argumentasi dengan
sangat teliti mulai
dari konsep general (umum) mengenai dosa dalam
Roma 1 hingga Roma 3:20 agar manusia akhirnya
sadar.
Dalam Roma
1 Paulus menegaskan dua statement
terpenting mengenai realita
hidup yaitu bahwa dunia
sedang dikuasai oleh kondisi fasik
dan lalim. Fasik
ialah sikap sengaja
melawan Allah bukan
karena tak tahu akan keberadaan-Nya. Ketika diajar
tentang Dia, dalam hati manusia selalu timbul sensus divinitas yaitu perasaan
atau kesadaran bahwa ada penguasa lebih besar dari dirinya. Setelah mati atau
berbuat kejahatan, ia harus berhadapan dengan pengadilan-Nya. Ia sangat tergantung kepada-Nya. Kekristenan di Indonesia menyebut-Nya Allah sedangkan agama atau bangsa
lain memakai nama berbeda.
Namun yang terpenting bukan
istilah melainkan personifikasi atau konsepnya mengacu
pada yang lebih tinggi dari manusia. Sensus divinitas bukan semakin dikembangkan tapi justru makin
ditekan karena esensi
dosa mencengkeram hingga manusia
sengaja memberontak dan tak mau tunduk pada
otoritas di atasnya.
Ia menyatakan dirinya tertinggi maka
yang lain harus
tunduk. Inilah esensi
dosa yang pertama
yaitu sengaja menolak
dan tak menghormati Allah. Ia makin dewasa
semakin keras dan otoritatif hingga
ingin selalu jadi pemimpin. Jiwa semacam itu tak baik
karena sebenarnya ia yang relatif
dan bisa salah
tak berhak memiliki otoritas tertinggi.
Lalim ialah sengaja menentang
kebenaran dan dengan segala dalih,
cara, alasan mencoba
mengalihkan, membenarkan atau seolah
boleh mentolerir. Manusia
juga diberi konsep righteousness (kebenaran keadilan)
yang ditanam dalam
hati. Maka tak ada pencuri
yang tak tahu
bahwa tindakannya tak diperbolehkan.
Sejak lahir,
bayi langsung mampu menilai. Jangan
berpikir ia tak mengerti hingga
bisa dibohongi. Ia mungkin lebih peka daripada
orang dewasa. Ia bisa tiba-tiba mempertanyakan soal keadilan.
Tapi ketika memiliki pengertian, ia justru tak menjalankannya. Ia juga sangat egois hingga
selalu berusaha menut upi
kesalahan sendiri. Padahal
ia tak pernah
diajar berbohong. Tiba
-tiba ia melakukan kesalahan. Setelah itu, ia
jadi malu
dan ketakutan karena
tahu akan menghadapi kesulitan. Tapi ketika
ditanya, ia berani
menyan gkal. Padahal kebohongan terlihat
dari wajah dan tingkah lakunya.
Dalam Roma 2 Paulus
mengargumentasikan bahwa t ak ada toleransi atau
alasan bagi o rang Atheis
yang tak percaya akan adanya Allah sehingga ia berhak melawan-Nya lalu tak mau mengaku dosa. Pengetahuan
tentang keberadaan-Nya telah ditanam dalam hati terlebih
dulu. Jadi, bukan karena rasa ingin tahu manusia. Tapi pengetahuan tersebut tak dikembangkan untuk
mencari dan mengetahui Allah sejati.
Di Eropa,
banyak orang tak mau mengaku
diri Atheis karena
terlalu negatif. Sebagai
gantinya, mereka menggunakan istilah “ free-thinkers” (pemikir bebas). Padahal
konsep yang dipikirkan muncul dari diri. Maka
otoritas tertinggi di tangannya sendiri. Mereka menolak keberadaan -Nya supaya
bisa jadi allah. Mereka sebenarnya merasa terancam
dengan adanya Oknum
di atas yang kelak mengadili. Inilah penyataan
Nietzsche, filsuf abad
20 awal. Ia juga menyatakan telah membunuh Allah
(the Death of God Theology ).
Itulah thesisnya dalam buku “ Ecce Homo” dan “ Thus Spake Zarathustra” yang sangat disukai
di seluruh dunia karena mewakili kesenangan mereka.
Paulus mengatakan bahwa ketika manusia
tak mau memikirkan Allah, keberadaan-Nya bukan menjadi tak ada.
Ia tetap exists.
Sesuatu bersifat faktual
atau realita sejati tak mungkin
diadakan atau ditiadakan oleh pikiran orang. Contoh,
seseorang dengan susah
hati terus memikirkan anaknya yan g telah mati.
Walaupun demikian, anak itu takkan
hidup kembali. New Age Movement justru mencampurkan virtual (ilusi) dan reality.
Paulus juga mengatakan bahwa
ketika manusia melawan
kebenaran Allah, hatinya
tetap tak dapat ditipu dan akan terus membisikkan Dia ada. Konon ada cerita
tentang pemimpin komunis
yang ketika mendekati ajal, tiba-tiba dengan
gentar mengatakan bahwa
ia harus menghadap Tuhan. Pa dahal
seumur hidup ia tak
pernah memikirkan-Nya. Saat itu ia harus berhadapan dengan momen eksistensial. Ia mulai sadar bahwa
realita tak mungkin
dipungkiri. Alkitab mengatakan suatu saat semua orang harus bertekuk lutut dan
tundukkan kepala lalu
mengaku bahwa Yesus
Kristus ialah Tuhan,
entah dengan ucapan
syukur atau ketakutan.
Dalam Roma 3 bagian
awal, Paulus berargumen tentang mereka yang percaya pada
tuhan tapi bukan
Tuhan Yesus. Allah yang
dipercaya masih belum
jelas. Ia mengatakan bahwa percaya kepada-Nya belum tentu tak berdosa karena
esensi dosa tak tergantung pada kepercayaan. Banyak
orang berpikir kepercayaan menyelesaikan dosa. Orang Reformed juga
seringkali beranggapan bahwa yang penting ialah percaya kepada-Nya sehingga dosa takkan mengganggu jaminan masuk ke Surga. Padahal
cara berpikir semacam
itu malah membawanya ke Neraka.
Dalam Roma 6:23 Paulus mengatakan upah dosa ialah maut. Maka fakta dosa harus dimengerti dengan
tepat oleh tiap orang termasuk
yang beragama. Realita
tersebut tak bole h
diabaikan karena memang
tak dapat dilepaskan dari hidup di dunia.
Konsep
beragama dan iman sejati sangat berbeda. Ada orang dengan sesuka hati memilih
agama yang menguntungkan dan dapat
memenuhi keinginan pribadi. Ini teori bisnis.
Kalau selama mengikut tuhan ya ng dipilih, dirasa
tak mendapat banyak berkat atau malah merugikan maka ia segera cari penggantin ya. Sebenarnya yang dicari ialah pembantu supranatural. Seharusnya Tuhanlah yang berdaulat memerintah dan mengatur manusia. Sebagai
ciptaan, ia harus taat dan menjalankan kehendak-Nya.
Di dunia,
banyak konsep agama
tak sejati karena
menjadi refleksi atau
cerminan keinginan manusia.
In ilah pemikiran Ludwig
Feuerbach, filsuf Jerman
yang sangat sinis terhadap
semua agama termasuk
Kekristenan padahal backgroundnya juga Kristen karena
ia anak Pendeta
namun akhirnya jadi Atheis. Sebelumnya, ia berbeban dan dipanggil-Nya untuk menjadi Pendeta.
Ia masuk ke sekolah Teologi
liberal. Tapi karena
salah sekolah, imannya rusak.
Ia berpendapat bahwa
Tuhan yang ada
di dunia merupakan ciptaan manusia menurut gambar dan
rupanya sendiri. Jadi,
bukan manusia diciptakan -Nya oleh Allah
menurut gambar dan rupa-Nya. Maka tak ada guna percaya
kepada-Nya. Orang dunia pada hakekatnya seringkali berkonsep demikian. Ada anak
remaja berpendapat Ia kejam karena di Perjanjian Lama dikisahkan sekian banyak
orang, baik pria, wanita dan
anak-anak yang melawan-Nya langsung dibunuh. Allah
seharusnya penuh cinta kasih dan tak boleh marah.
Selain itu, Ia semestinya tua dan bijaksana, memiliki rambut serta janggut
panjang dan putih.
Di dunia
telah muncul keterbalikan konsep agama. Maka
Paulus berpendapat bahwa
semakin manusia taat beragama,
ia makin berdosa karena menciptakan tuhannya sendiri dan menolak Tuhan sejati.
Kesimpulannya tercatat di Roma 3:23. Ironisnya, di jaman sekarang banyak orang
merasa diri baik. Seharusnya mereka
menyadari diri berdosa
hingga tak ada jalan keluar
selain berhadapan dengan
murka Allah. Tak ada usaha yang dapat dilakukan
untuk kembali ke jalur-Nya.
Berita tersebut tak disukai karena membuat tertekan dan tegang.
Maka dunia lebih suka narkoba. Dengan demikian, mereka dapat melupakan kesulitan hidup. Tapi hanya
sementara. Kalau overdosis maka langsu ng pergi ke Neraka.
Iman Kristen
mengabarkan bahwa Tuhan membuka jalan, “oleh
kasih karunia (anugerah Allah) telah dibenarkan (memperoleh keselamatan) dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus.” (Roma 3:24) Paulus berani menulis kalimat tersebut berdasarkan pengalaman hidupnya. Di Yoh 3:16 dicatat, “Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak -Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.” Hutang tak mungkin mendadak lunas kecuali
orang lain bersedia menggantinya. Ketika hutang
makin besar tapi
ia semakin bangkrut maka tak mungkin
mampu melunasinya. Demikian
pula dengan dosa. Namun tak seorangpun rela berkorban menanggung beban orang lain kecuali ia sangat mencintainya. Apalagi hutang nyawa. Penebusan-Nya sangat tuntas dan merupakan pembayaran termahal bagi jemaat
-Nya meskipun sesungguhnya tak ada tuntutan
dan keharusan untuk itu. Seharusnya, Ia menghukum seluruh
umat manusia.
Alkitab
menyatakan bahwa Allah menghendaki manusia bertobat dengan sungguh dan Ia
dikembalikan pada posisi yang
seharusnya dalam hatinya.
Inilah yang menjamin ketika selesai dengan
perjalanan sej arah, umat-Nya takkan dibuang melainkan
kembali bersama Dia. Maka kebahagiaan sejati yaitu ketika hidup dalam pimpinan-Nya. Ia senantiasa memelihara umat-Nya sehingga tak terus menerus
terjebak dosa. Itulah kehidupan
terindah. Tapi orang yang hidup menurut keinginan sendiri, setelah selesai pun
Ia melepaskannya karena tak pernah
bersekutu dengan-Nya. Tuhan
yang mengasihi juga
adil. Ia menyediakan Surga sekaligus Neraka.
Post a Comment for "Keselamatan Dari Dosa"