Apa Sesungguhnya Rabu Abu Itu ?
Apa
sesungguhnya rabu abu itu? ~ Dalam Wikipedia bahasa Indonesi
dijelaskan tentang Rabu Abu: Rabu Abu adalah sebuah
hari raya Kristen untuk beribadah dan berpuasa, meskipun bukan merupakan
suatu hari raya wajib, sebagai
tanda perkabungan, pertobatan, dan merendahkan diri menuju kemenangan
kebangkitan Kristus. Dalam gereja Kristen tradisi/ritus barat (termasuk Gereja Katolik Roma dan Protestanisme), Rabu Abu adalah hari pertama masa pra-paskah dalam
liturgi tahunan gerejawi. Hari tersebut ditentukan jatuh pada hari Rabu,
40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung
hari-hari Minggu, atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum hari Jumat Agung.
Nama Rabu Abu berasal dari pengolesan abu pertobatan
di dahi para jemaat disertai dengan ucapan “Bertobatlah dan percayalah
pada Injil” atau diktum “Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan
engkau akan kembali menjadi debu”. Abu tersebut dipersiapkan dengan
membakar daun palem dari perayaan Minggu Paskah tahun sebelumnya. Pada hari itu umat yang
datang ke Gereja dahinya diberi tanda salib dari abu sebagai
simbol upacara ini. Simbol ini mengingatkan umat akan ritual Israel kuno di mana seseorang menabur abu di atas
kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan,
dan pertobatan (misalnya seperti dalam kitab Ester,
yaitu Ester 4:1, 3).
Dalam Mazmur 102:10 penyesalan juga
digambarkan dengan “memakan abu”: “Sebab aku makan abu seperti roti, dan
mencampur minumanku dengan tangisan”. Seringkali pada hari ini bacaan di
Gereja diambil dari Alkitab bagian kitab 2 Samuel 11-12, perihal raja Daud yang berzinah dan
bertobat. Banyak orang Katolik menganggap hari Rabu Abu sebagai hari untuk
mengingat kefanaan seseorang. Pada hari ini umat Katolik berusia 18–59 tahun diwajibkan berpuasa,
dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.
“Rabu Abu” (Ash Wednesday) adalah
hari pertama dari Masa Prapaska (Inggris: Lent; Latin: Quadragsima artinya
“ke-40”) menurut liturgi tahunan gerejawi. Penentuannya adalah berdasarkan
hitungan 40 hari sebelum hari raya Paska (kebangkitan Tuhan Yesus Kristus),
yang secara tradisi diisi dengan masa puasa selama enam hari. Namun, jika kita
menghitung secara cermat, maka Rabu Abu jatuh pada 44 hari sebelum Paska.
Mengapa ada kelebihan empat hari? Sebab, hari-hari Minggu tidak dihitung,
mengingat hari Minggu adalah peringatan kebangkitan Tuhan Yesus. Jadi, Rabu Abu
jatuh pada 40 hari sebelum Paska, tanpa menghitung hari Minggu.
Rabu Abu biasanya diisi
dengan doa-doa, puasa dan pertobatan. Pada hari Rabu Abu, jemaat menghadiri
ibadah di Gereja dan diberi tanda salib dari abu di dahinya oleh Pendeta atau
Romo sambil disertai dengan ucapan, “Bertobatlah dan percayalah pada Injil”
atau “Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan akan kembali pada debu”. Abu yang
digunakan biasanya merupakan abu pembakaran daun palem sisa perayaan Minggu
Palem dari tahun sebelumnya.
Penggunaan abu sesuai dengan
tradisi orang-orang Israel kuno sebagai lambang kesedihan, penyesalan dan
pertobatan (band. Ester 4:1,3; Yunus 3:6; dan Mazmur 102:10) sambil mengingat
Kejadian 2:7 bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu saat nanti akan
kembali menjadi debu.
Beberapa bapak gereja
mencatat penggunaan abu dalam tradisi kekristenan mula-mula, misalnya
Tertulianus (160-225 M) mengatakan bahwa pengakuan dosa harus disertai dengan
berbaring di atas kain karung dan abu. Rabu Abu diadakan di sebagian besar
aliran gereja, termasuk Katolik, Anglikan, Lutheran, Methodis, Presbiterian,
dan beberapa Gereja Baptis. Seringkali, nats 2Samuel 11-12 dibacakan dalam
ibadah Rabu Abu, yang mengisahkan pertobatan Daud akibat berzinah.
Puasa
Puasa tidak hanya diadakan
pada Rabu Abu, melainkan seterusnya selama Masa Prapaska atau selama 40 hari,
kecuali hari Minggu. Tradisi ini disebutkan dalam Konsili Nicaea I pada 325 M.
Puasa ditandai dengan tidak memakan apapun sampai dengan terbenamnya matahari.
Selama puasa, jemaat hanya diperkenankan makan kenyang sekali dalam sehari. Di
beberapa gereja, puasa pada Rabu Abu dan Jumat Agung lebih panjang, bahkan
sampai setelah terbenamnya matahari.
Pada zaman dulu, semua bahan
makanan dari binatang, termasuk telur dan susu, pantang dimakan selama
Prapaska. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini mulai luntur, kecuali
di beberapa Gereja Ortodoks Timur dan Oriental. Mereka hanya memakan makanan
dari tumbuh-tumbuhan selama 44 hari Prapaska.
Post a Comment for "Apa Sesungguhnya Rabu Abu Itu ?"