Mengapa Musibah Menimpa Orang Baik ?
Mengapa musibah menimpa orang baik? ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mengapa musibah menimpa orang baik, diambil dari kitab Nazmur 26.
"Kok bisa ya dia mengalami musibah seperti itu, padahal dia itu orang baik lho?" Perkataan seperti itu pastilah pernah kita dengar atau bahkan ucapkan. Mengapa hal yang buruk bisa terjadi pada orang yang baik?. Saya mau menegaskan buat kita pada kesempatan ini bahwa sekalipun kita baik, rajin beribadah kepada Tuhan dan melakukan hal-hal positif serta bermanfaat bagi kehidupan, semua itu tidak memberi garansi bagi kita untuk tidak mengalami hal buruk dalam hidup kita.
Apakah Tuhan itu adil? Saudara, sebelum kita mempersoalkan "keadilan Tuhan", mari kita pahami terlebih dahulu apa yang kita anggap sebagai hal buruk dan apa yang kita anggap sebagai orang baik.
1. Apa yang kita anggap sebagai peristiwa buruk.
Hal yang kita anggap buruk adalah hal atau peristiwa yang merugikan kita. Contoh: sakit penyakit, musibah atau kehilangan. Saat kita mengalaminya, tentulah kita menjadi sedih dan marah; apalagi jika kita merasa telah melakukan bagian kita dengan baik; mengapa sakit, kecelakaan atau kehilangan itu masih saja terjadi?
Saudara, benarkah bahwa apa yang merugikan kita itu berarti buruk dan yang menguntungkan itu baik?
Bukankah ada banyak peristiwa yang awalnya kita anggap buruk tetapi dikemudian hari kita mendapati bahwa hal itu mendatangkan kebaikan? Contohnya adalah Yusuf.
Jadi jangan cepat cepat menyimpulkan bahwa hal buruk itu terjadi akibat hukuman atau semata mata musibah. Bisa jadi hal itu adalah blessing yang tersembunyi dalam sebuah perencanaan berkat Allah jangka panjang.
2. Apa yang kita anggap sebagai orang baik.
Kita menyangka bahwa si A itu baik..sehingga ia layak menerima hal yang baik. Pertanyaannya : Apakah benar bahwa si A itu baik? Adakah orang yang baik selain dari pada Allah saja (band Mark 10:18). Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa kebaikan itu adalah oleh karena kasih karunia dan bukan karena upaya dan kemampuan manusia semata.
Jadi sesungguhnya tidak ada seorangpun yang berani berkata aku baik atau mengklaim bahwa si A itu sepenuhnya baik. Sebab sebaik baiknya orang tentu masih ada kelemahan dan seburuk buruknya orang, ada juga kelebihannya, sebagaimana istilah yang mengatakan: Sekurus kurusnya ikan masih ada dagingnya dan segemuk gemuknya ikan, masih ada durinya.
Dengan memperhatikan 2 poin tersebut diatas, maka kita tidak bisa mengatakan: why bad things happen to good people? Sebab sejatinya apa yg kita anggap bad things belum tentu buruk dan apa yang kita sangka sebagai good people ternyata belum tentu baik dalam pandangan Tuhan. Jadi alih alih mempertanyakan keadilan Tuhan tsb, sebaiknya kita belajar dari Pemazmur lewat mazmur 26. Pemazmur tidak berani mengklaim dirinya baik.
Yang ia minta adalah boleh melihat (memahami) keadilan Tuhan dengan cara diuji batin dan hatinya. Ia memang hidup tulus dan penuh cinta kepada Tuhan, ia menjauhi yang jahat bahkan pergaulan dengan orang orang jahat. Tetapi toh pada akhirnya pemazmur hanya bisa berkata: "bebaskanlah aku dan kasihanilah aku ... aku (hanya) mau memuji Tuhan" (ayat 11 dan 12)
Apa artinya? Artinya alih alih mempertanyakan keadilan Tuhan atas peristiwa peristiwa hidup yang ia sendiri ia tak pahami ujung dan pangkalnya, pemazmur memilih untuk tetap mengasihi Tuhan dan mempercayai bahwa rencana dan tindakan Tuhan itu baik. Apa yang nampak buruk dalam pandangan manusia bisa jadi adalah proses baik untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Jadi ada 3 hal yang bisa kita teladani dari pemazmur dalam memahami hidup dan keadilan Tuhan:
Satu, tetaplah hidup tulus dan lurus. Walau kelihatannya hal baik terjadi pada orang yang jahat atau hal buruk menimpa orang yang baik..tetaplah hidup dalam ketulusan dan kelurusan dihadapan Tuhan.
Dua, minta belaskasihan Tuhan agar hidup kita boleh dilepaskan dari yang jahat (buruk) dan didekatkan dengan apa yang baik.
Tiga, tetaplah memuji Tuhan atas semua peristiwa dalam hidup kita. Sebab itulah yang baik dimata Tuhan dan yang sekiranya boleh mendatangkan kebaikan dan keadilan.
"Kok bisa ya dia mengalami musibah seperti itu, padahal dia itu orang baik lho?" Perkataan seperti itu pastilah pernah kita dengar atau bahkan ucapkan. Mengapa hal yang buruk bisa terjadi pada orang yang baik?. Saya mau menegaskan buat kita pada kesempatan ini bahwa sekalipun kita baik, rajin beribadah kepada Tuhan dan melakukan hal-hal positif serta bermanfaat bagi kehidupan, semua itu tidak memberi garansi bagi kita untuk tidak mengalami hal buruk dalam hidup kita.
Apakah Tuhan itu adil? Saudara, sebelum kita mempersoalkan "keadilan Tuhan", mari kita pahami terlebih dahulu apa yang kita anggap sebagai hal buruk dan apa yang kita anggap sebagai orang baik.
1. Apa yang kita anggap sebagai peristiwa buruk.
Hal yang kita anggap buruk adalah hal atau peristiwa yang merugikan kita. Contoh: sakit penyakit, musibah atau kehilangan. Saat kita mengalaminya, tentulah kita menjadi sedih dan marah; apalagi jika kita merasa telah melakukan bagian kita dengan baik; mengapa sakit, kecelakaan atau kehilangan itu masih saja terjadi?
Saudara, benarkah bahwa apa yang merugikan kita itu berarti buruk dan yang menguntungkan itu baik?
Bukankah ada banyak peristiwa yang awalnya kita anggap buruk tetapi dikemudian hari kita mendapati bahwa hal itu mendatangkan kebaikan? Contohnya adalah Yusuf.
Jadi jangan cepat cepat menyimpulkan bahwa hal buruk itu terjadi akibat hukuman atau semata mata musibah. Bisa jadi hal itu adalah blessing yang tersembunyi dalam sebuah perencanaan berkat Allah jangka panjang.
2. Apa yang kita anggap sebagai orang baik.
Kita menyangka bahwa si A itu baik..sehingga ia layak menerima hal yang baik. Pertanyaannya : Apakah benar bahwa si A itu baik? Adakah orang yang baik selain dari pada Allah saja (band Mark 10:18). Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa kebaikan itu adalah oleh karena kasih karunia dan bukan karena upaya dan kemampuan manusia semata.
Jadi sesungguhnya tidak ada seorangpun yang berani berkata aku baik atau mengklaim bahwa si A itu sepenuhnya baik. Sebab sebaik baiknya orang tentu masih ada kelemahan dan seburuk buruknya orang, ada juga kelebihannya, sebagaimana istilah yang mengatakan: Sekurus kurusnya ikan masih ada dagingnya dan segemuk gemuknya ikan, masih ada durinya.
Dengan memperhatikan 2 poin tersebut diatas, maka kita tidak bisa mengatakan: why bad things happen to good people? Sebab sejatinya apa yg kita anggap bad things belum tentu buruk dan apa yang kita sangka sebagai good people ternyata belum tentu baik dalam pandangan Tuhan. Jadi alih alih mempertanyakan keadilan Tuhan tsb, sebaiknya kita belajar dari Pemazmur lewat mazmur 26. Pemazmur tidak berani mengklaim dirinya baik.
Yang ia minta adalah boleh melihat (memahami) keadilan Tuhan dengan cara diuji batin dan hatinya. Ia memang hidup tulus dan penuh cinta kepada Tuhan, ia menjauhi yang jahat bahkan pergaulan dengan orang orang jahat. Tetapi toh pada akhirnya pemazmur hanya bisa berkata: "bebaskanlah aku dan kasihanilah aku ... aku (hanya) mau memuji Tuhan" (ayat 11 dan 12)
Apa artinya? Artinya alih alih mempertanyakan keadilan Tuhan atas peristiwa peristiwa hidup yang ia sendiri ia tak pahami ujung dan pangkalnya, pemazmur memilih untuk tetap mengasihi Tuhan dan mempercayai bahwa rencana dan tindakan Tuhan itu baik. Apa yang nampak buruk dalam pandangan manusia bisa jadi adalah proses baik untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Jadi ada 3 hal yang bisa kita teladani dari pemazmur dalam memahami hidup dan keadilan Tuhan:
Satu, tetaplah hidup tulus dan lurus. Walau kelihatannya hal baik terjadi pada orang yang jahat atau hal buruk menimpa orang yang baik..tetaplah hidup dalam ketulusan dan kelurusan dihadapan Tuhan.
Dua, minta belaskasihan Tuhan agar hidup kita boleh dilepaskan dari yang jahat (buruk) dan didekatkan dengan apa yang baik.
Tiga, tetaplah memuji Tuhan atas semua peristiwa dalam hidup kita. Sebab itulah yang baik dimata Tuhan dan yang sekiranya boleh mendatangkan kebaikan dan keadilan.
Post a Comment for "Mengapa Musibah Menimpa Orang Baik ?"