Makna Persembahan Kepada Tuhan 7
Makna persembahan kepada Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema makna persembahan kepada Tuhan, diambil dari kitab Mazmur 116:12. Persembahan di dalam kitab Perjanjian Baru (PB) tidak secara spesifik di atur dalam sebuah hukum yang rinci dan rigid seperti dalam Perjanjian Lama (PL). Hukum yang mendasari persembahan dalam PB adalah hukum kasih, sebagaimana hukum ini jg yang menjadi dasar dan jiwa dari seluruh perintah Allah.
Kata Tuhan Yesus : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 22:37-40)
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24)
Jika disimpul-ringkaskan ajaran Tuhan Yesus mengenai persembahan ini, ada 3 macam:
Satu, Persembahan Tubuh.
Yakni mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan Yesus Kristus, dalam pengakuan iman dan totalitas pelayanan. Rasul Paulus berkata: “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1).
Demikian pula dikatakan: “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Atau, tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu (1Kor. 6: 13- 15, 19 – 20).
Jika dikatakan persembahan tubuh, maka hal itu juga berarti persembahan nyawa untuk kemuliaan Kristus maupun solidaritas karya bagi saudara-saudara kita (Mat. 10: 39; Luk. 14: 26; Yoh. 15: 13; Kis. 15: 26).
Pengorbanan nyawa untuk sesama dinyatakan dalam 1Yoh. 3: 16, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”
Dua, Persembahan Waktu.
Persembahan waktu dinyatakan melalui kerinduan untuk menyediakan waktu bersekutu dan melayani melalui wadah komunitas tubuh Kristus. Sebagai orang percaya kita juga dipanggil untuk mempersembahkan waktu kita dengan mengunjungi orang sakit, orang di penjara, dan memberi mereka yang haus dan tumpangan (Mat. 25: 31 – 46).
Kitab Yakobus menuliskan, “Ibadah yang murni dan tidak bercatat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka (Yak. 1: 27a).
Memberikan waktu dengan mengunjungi mereka, menghibur, dan berdoa bersama mereka yang sakit, teraniaya, atau menderita, maka hal itu sangat besar nilainya di hadapan Allah. Terlebih-lebih, meski tidak utama, apabila kita ikut meringankan beban kesedihan mereka dengan memberi bantuan, sehingga dengan jalan itu kita telah memuliakan Allah.
Tiga, Persembahan Materi
Dengan modal dasar persembahan yang pertama dan kedua diatas, kita mempersembahkan uang atau barang kepada Tuhan. Persembahan ini jugalah yang menandai lahirnya Gereja pasca turunnya Roh Kudus. Umat percaya berkumpul tiap tiap hari, bertekun dalam ajaran para rasul, memecahkan roti, ... dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:45-47).
Pengalaman yang baik ini kemudian diteruskan menjadi tradisi gereja sampai sekarang, yakni beribadah dan memberikan persembahan buat kehidupan persekutuan serta pelayanan Injil.
Dari sinilah kemudian kita mengenal adanya persembahan yang dikumpulkan (kolekte), persembahan syukur, persembahan sulung, persembahan persepuluhan, persembahan misi dan persembahan diakonia. Nama dan jenis persembahan ini tentunya bukan hal yang baru, sebab diambilkan dari dasar Alkitab (Perjanjian Lama) yang disesuaikan dengan konteks jaman. Yang baru dan dibaharui adalah sikap hati dan motivasi kita dalam mempersembahkannya.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (2 Korintus 9:7-8).
Jadi, persembahan adalah praktek ibadah yang baik, yang disukai oleh Allah. Semua bentuk persembahan, baik dalam Perjanjian Lana maupun Perjsnjian Baru adalah perintah Allah yang disesuaikan dengan konteks jaman dan kesanggupan komunitasnya. Ada persembahan yang hanya bisa digenapkan oleh Kristus sebagai wujud kasih Allah kepada kita, tetapi ada juga persembahan yang harus kita genapkan sebagai wujud kasih kita kepada Allah.
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibrani 13:15-16).
Kata Tuhan Yesus : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 22:37-40)
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24)
Jika disimpul-ringkaskan ajaran Tuhan Yesus mengenai persembahan ini, ada 3 macam:
Satu, Persembahan Tubuh.
Yakni mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan Yesus Kristus, dalam pengakuan iman dan totalitas pelayanan. Rasul Paulus berkata: “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah, aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1).
Demikian pula dikatakan: “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Atau, tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu (1Kor. 6: 13- 15, 19 – 20).
Jika dikatakan persembahan tubuh, maka hal itu juga berarti persembahan nyawa untuk kemuliaan Kristus maupun solidaritas karya bagi saudara-saudara kita (Mat. 10: 39; Luk. 14: 26; Yoh. 15: 13; Kis. 15: 26).
Pengorbanan nyawa untuk sesama dinyatakan dalam 1Yoh. 3: 16, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”
Dua, Persembahan Waktu.
Persembahan waktu dinyatakan melalui kerinduan untuk menyediakan waktu bersekutu dan melayani melalui wadah komunitas tubuh Kristus. Sebagai orang percaya kita juga dipanggil untuk mempersembahkan waktu kita dengan mengunjungi orang sakit, orang di penjara, dan memberi mereka yang haus dan tumpangan (Mat. 25: 31 – 46).
Kitab Yakobus menuliskan, “Ibadah yang murni dan tidak bercatat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka (Yak. 1: 27a).
Memberikan waktu dengan mengunjungi mereka, menghibur, dan berdoa bersama mereka yang sakit, teraniaya, atau menderita, maka hal itu sangat besar nilainya di hadapan Allah. Terlebih-lebih, meski tidak utama, apabila kita ikut meringankan beban kesedihan mereka dengan memberi bantuan, sehingga dengan jalan itu kita telah memuliakan Allah.
Tiga, Persembahan Materi
Dengan modal dasar persembahan yang pertama dan kedua diatas, kita mempersembahkan uang atau barang kepada Tuhan. Persembahan ini jugalah yang menandai lahirnya Gereja pasca turunnya Roh Kudus. Umat percaya berkumpul tiap tiap hari, bertekun dalam ajaran para rasul, memecahkan roti, ... dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:45-47).
Pengalaman yang baik ini kemudian diteruskan menjadi tradisi gereja sampai sekarang, yakni beribadah dan memberikan persembahan buat kehidupan persekutuan serta pelayanan Injil.
Dari sinilah kemudian kita mengenal adanya persembahan yang dikumpulkan (kolekte), persembahan syukur, persembahan sulung, persembahan persepuluhan, persembahan misi dan persembahan diakonia. Nama dan jenis persembahan ini tentunya bukan hal yang baru, sebab diambilkan dari dasar Alkitab (Perjanjian Lama) yang disesuaikan dengan konteks jaman. Yang baru dan dibaharui adalah sikap hati dan motivasi kita dalam mempersembahkannya.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (2 Korintus 9:7-8).
Jadi, persembahan adalah praktek ibadah yang baik, yang disukai oleh Allah. Semua bentuk persembahan, baik dalam Perjanjian Lana maupun Perjsnjian Baru adalah perintah Allah yang disesuaikan dengan konteks jaman dan kesanggupan komunitasnya. Ada persembahan yang hanya bisa digenapkan oleh Kristus sebagai wujud kasih Allah kepada kita, tetapi ada juga persembahan yang harus kita genapkan sebagai wujud kasih kita kepada Allah.
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibrani 13:15-16).
Post a Comment for "Makna Persembahan Kepada Tuhan 7"