Makna Persembahan Kepada Tuhan 6
Makna persembahan kepada Tuhan ~ Kandasan firman Tuhan untuk tema makna persembahan kepada Tuhan diambil dari kitab Nazmur 116:12. Setelah kita membahas panjang lebar mengenai praktek dan maksud tujuan persembahan (korban) dalam Perjanjian Lama, sekarang kita masuk dalam apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan yang kemudian dijadikan tradisi yang baik oleh Gereja mula-mula sampai sekarang.
Sebelum saya menjelaskan praktek persembahan dalam Perjanjian Baru, ijinkan saya mengawalinya dengan mencantumkan kesaksian dari Andi F. Noya, agar kita punya gambaran akan makna memberi dalam "sikap hati dan korban" yang terbaik itu seperti apa.
Dulu waktu saya awal bekerja, saya pas-pasan. Setiap hari di dompet cuma ada uang terbatas saja. Kalau beli soto di seberang rumah, supaya hemat beli minta kuahnya yang banyak.
Waktu perayaan Imlek boss kasih saya angpao Rp 500.000,- karena suka cara kerja saya di kantor. Di kantor saya termasuk staff favorit karena lucu dan mau bekerja tidak pilih-pilih dan mau volentir ke bagian-bagian lainnya .
Ketika terima angpao Rp 500.000,- hati saya berdegub kencang saking bahagia. Uang itu besar banget bagi saya.
Langsung terpikir bisa berhari-hari makan enak. Hati saya berbunga-bunga. Di situ saya menyadari betapa nikmatnya jika kita diberi. Sejak saat itu saya bertekad jika saya sukses, saya mau banyak memberi karena begitu nikmatnya diberi.
Lalu ketika ada yang kasih saya sekotak roti Bread Talk. Waktu itu saya belum pernah beli roti mahal karena tidak punya duit.
Waktu saya gigit roti itu, lidah saya rasanya langsung loncat. Enakkk bangeeettt rotinya. Empuuukk guriihh nikmaatt. Saya tanya rekan lainnya , ini roti harganya berapa kok bisa enak banget. Dia jawab bisa Rp 10.000,- satunya. Wahh roti mahall ini.
Saya dikasih 5 roti. 1 saya makan, 1 mau saya kasih sohip . Sisanya saya mau kasih anak jalanan di pinggir jalanan.
Pas saya turun motor, saya panggil beberapa anak jalanan terus saya berikan rotinya. Dari belakang saya liatin mereka. Pas mereka gigit rotinya, satu anak langsung teriak "Enakk bangett". Dan dalam hati saya langsung bilang "Shock kan seperti saya saking enaknya."
Di situlah saya menyadari jika memberi kepada sesama, berikanlah barang yang baik dan bagus. Karena akan menciptakan momen tak terlupakan bagi mereka. Seperti saya dan anak-anak jalanan itu yang shock pertama kali makan roti enak dan mahal bagi ukuran kantong kami.
Saudara, dari kesaksian Andi F. Noya tersebut di atas kita bisa menyimak niatan dan komitmen memberi yang dilandasi oleh rasa syukur yang keluar dari hati yang berbagi; karena kita sudah terlebih dahulu menerima (bandingkan Kis 20:35).
Ya, perasaan sukacita seperti itulah yang dialami dan dikerjakan oleh Zakheus saat ia menerima Tuhan Yesus di rumahnya. Hidupnya berubah.
Dulu ia mengutip pajak rakyat dalam jumlah yang ia tetapkan berdasarkan dalil-dalil hukum wajib, tetapi sekarang setelah ia mengalami perjumpaan dengan keselamatan yang datangnya dari Tuhan, ia berubah total menjadi seorang pemberi yang bermurah hati, katanya: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" (Lukas 19:8).
Wow, tidakkah ini tindakan iman yang amazing? Yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah? Yang beyond (melampaui) praktek-praktek ritual ibadah umum dan rutin? Nah, itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus secara eksplisit maupun implisit dalam kitab-kitab Injil dan yang diteruskan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.
Bersambung...!
Sebelum saya menjelaskan praktek persembahan dalam Perjanjian Baru, ijinkan saya mengawalinya dengan mencantumkan kesaksian dari Andi F. Noya, agar kita punya gambaran akan makna memberi dalam "sikap hati dan korban" yang terbaik itu seperti apa.
Dulu waktu saya awal bekerja, saya pas-pasan. Setiap hari di dompet cuma ada uang terbatas saja. Kalau beli soto di seberang rumah, supaya hemat beli minta kuahnya yang banyak.
Waktu perayaan Imlek boss kasih saya angpao Rp 500.000,- karena suka cara kerja saya di kantor. Di kantor saya termasuk staff favorit karena lucu dan mau bekerja tidak pilih-pilih dan mau volentir ke bagian-bagian lainnya .
Ketika terima angpao Rp 500.000,- hati saya berdegub kencang saking bahagia. Uang itu besar banget bagi saya.
Langsung terpikir bisa berhari-hari makan enak. Hati saya berbunga-bunga. Di situ saya menyadari betapa nikmatnya jika kita diberi. Sejak saat itu saya bertekad jika saya sukses, saya mau banyak memberi karena begitu nikmatnya diberi.
Lalu ketika ada yang kasih saya sekotak roti Bread Talk. Waktu itu saya belum pernah beli roti mahal karena tidak punya duit.
Waktu saya gigit roti itu, lidah saya rasanya langsung loncat. Enakkk bangeeettt rotinya. Empuuukk guriihh nikmaatt. Saya tanya rekan lainnya , ini roti harganya berapa kok bisa enak banget. Dia jawab bisa Rp 10.000,- satunya. Wahh roti mahall ini.
Saya dikasih 5 roti. 1 saya makan, 1 mau saya kasih sohip . Sisanya saya mau kasih anak jalanan di pinggir jalanan.
Pas saya turun motor, saya panggil beberapa anak jalanan terus saya berikan rotinya. Dari belakang saya liatin mereka. Pas mereka gigit rotinya, satu anak langsung teriak "Enakk bangett". Dan dalam hati saya langsung bilang "Shock kan seperti saya saking enaknya."
Di situlah saya menyadari jika memberi kepada sesama, berikanlah barang yang baik dan bagus. Karena akan menciptakan momen tak terlupakan bagi mereka. Seperti saya dan anak-anak jalanan itu yang shock pertama kali makan roti enak dan mahal bagi ukuran kantong kami.
Saudara, dari kesaksian Andi F. Noya tersebut di atas kita bisa menyimak niatan dan komitmen memberi yang dilandasi oleh rasa syukur yang keluar dari hati yang berbagi; karena kita sudah terlebih dahulu menerima (bandingkan Kis 20:35).
Ya, perasaan sukacita seperti itulah yang dialami dan dikerjakan oleh Zakheus saat ia menerima Tuhan Yesus di rumahnya. Hidupnya berubah.
Dulu ia mengutip pajak rakyat dalam jumlah yang ia tetapkan berdasarkan dalil-dalil hukum wajib, tetapi sekarang setelah ia mengalami perjumpaan dengan keselamatan yang datangnya dari Tuhan, ia berubah total menjadi seorang pemberi yang bermurah hati, katanya: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat" (Lukas 19:8).
Wow, tidakkah ini tindakan iman yang amazing? Yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah? Yang beyond (melampaui) praktek-praktek ritual ibadah umum dan rutin? Nah, itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus secara eksplisit maupun implisit dalam kitab-kitab Injil dan yang diteruskan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.
Bersambung...!
Post a Comment for "Makna Persembahan Kepada Tuhan 6"