Makna Persembahan Kepada Tuhan 2
Makna persembahan kepada Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema makna persembahan kepada Tuhan, diambil dari kitab Mazmur 116:12. Ketika Musa menuliskan peraturan dan ketetapan mengenai korban persembahan, ia tidak memikirkannya sendiri, melainkan mendapat petunjuk langsung dari TUHAN saat ia berjumpa dengan TUHAN diatas gunung Sinai selama 40 hari (Keluaran 19-31).
Itulah sebabnya dari Kitab Imamat 1-7 kita melihat betapa detilnya perintah TUHAN mengenai persembahan korban. Ada 5 jenis korban persembahan yang diperintahkan TUHAN:
1. Korban Bakaran (Ola)
Korban persembahan ini diberikan untuk menjaga agar api yang di atas mezbah TUHAN di Kemah Suci terus menyala, jangan dibiarkan padam.
TUHAN berkata: "Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak (agar berbau harum). Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam." (Imamat 6: 12-13).
Ini adalah simbol relasi umat dengan TUHAN yang harus terus dijaga, agar hidup, harum, kudus dan berkenan dihadapanNYA.
2. Korban Sajian (Minkha)
Korban sajian adalah korban syukur atas apa yang kota dapatkan sebagai nafkah hidup. Seperti Kain yang mempersembahkan korban persembahan sajian dari hasil tanahnya dan Habel yang memberikan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya. Sepersepuluh hasil terbaik dari pekerjaan, dipersembahkan kepada TUHAN.
"Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya." (Imamat 2: 1)
3. Korban Keselamatan atau Perdamaian (Zevakh dan Selamin)
"Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu." (Kejadian 31: 54)
Korban ini berupa ternak tak bercela yang dibawa ke hadapan Tuhan. Korban ini tidak berurusan dengan dosa melainkan sebagai bakaran bagi Allah setiap kali datang ke bait-Nya.
Sebelum disembelih, si pemilik juga harus meletakkan tangan di atas kepala binatang korban sebagai lambang keselamatan yang dianugerahkan Tuhan baginya sehingga tidak binasa dalam dosa. Korban keselamatan dan perdamaian ini adalah pernyataan syukur atau sukarela kepada Allah (Im. 7: 12; 22: 29; Bil.6: 14; 15: 3, 8).
4. Korban Penebus Salah (Asyam)
Orang Yahudi membagi kesalahan atau dosa itu menjadi 3 tahapan, yakni mulai dari yang terringan sampai yang terberat.
Dosa yang ringan atau kesalahan itu disebut "het", yakni apabila kita melakukan apa yang dianggap salah/dosa, tetapi kita tidak tahu bahwa ada hukum atau aturan yang melarangnya. Jadi ini terjadi oleh karena ketidak tahuan atau salah pilihan dan pertimbangan.
Yang kedua disebut "awon", yakni kesalahan atau dosa yang kita perbuat padahal kita tahu ada larangan atau hukum yang menyatakannya. Dosa ini dilakukan dalam kesadaran akan yang benar dan salah. Mungkin saja niatnya baik, tetapi tindakan tsb tetap melanggar hukum TUHAN.
Yang ketiga atau terberat disebut "pesha", yakni tindakan dosa yang dilakukan dengan niat jahat atau menentang TUHAN.
Nah, korban penghapus salah itu diberikan untuk menebus kesalahan "het". Dimana dosa yang dilakukan itu terjadi oleh karena ketidak sengajaan atau kelalaian. Misalnya, secara tak sengaja melupakan janji dengan seseorang atau menabrak binatang piaraan orang lain hingga mati. Imamat mengajarkan bahwa si pelaku harus mengganti kerugian lalu mempersembahkan korban penebus salah di bait Allah.
TUHAN berfirman: "Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah, maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu ketahuan, haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus dibawa mereka ke depan Kemah Pertemuan." (Imamat 4: 13-14)
5. Korban Penghapus Dosa (Khatta't)
Korban penghapus dosa ini dipersembahkan untuk dosa yang dilakukan dengan sengaja dan yang menimbulkan kerugian bagi orang lain atau yang menimbulkan murka TUHAN.
Apabila umat melakukan dosa tersebut, ia harus mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa.
Ia harus membawa lembu itu ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN, lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala lembu itu, dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN." (Imamat 4: 1-4)
Ini melambangkan kesadaran manusia (termasuk para imam) akan dosa lalu bersedia mengaku. Korban tersebut berupa lembu jantan muda yang disembelih dan dibakar di atas mezbah namun hanya lemak, isi perut, buah pinggang serta umbai hatinya sebagai bagian terharum. Sedangkan seluruh bagian lain harus dibakar di luar perkemahan karena Kemah Pertemuan tidak boleh dicemari.
Jadi Musa mencatat lengkap dan detil semua jenis persembahan korban dalam satu kitab khusus yang disebut Imamat agar umat memahami tiga hal penting tentang persembahan:
- Persembahan merupakan gambaran khusus dan kudus hubungan manusia dengan TUHAN dan hal ini harus terus dijaga tidak boleh padam.
- Persembahan mengingatkan betapa manusia itu ringkih, mudah jatuh dalam kesalahan dan dosa. Manusia memerlukan ampunan dan pemulihan dari TUHAN terus menerus.
- Persembahan korban harus dikerjakan dengan serius dan dengan korban yang terbaik.
Bersambung...!
Itulah sebabnya dari Kitab Imamat 1-7 kita melihat betapa detilnya perintah TUHAN mengenai persembahan korban. Ada 5 jenis korban persembahan yang diperintahkan TUHAN:
1. Korban Bakaran (Ola)
Korban persembahan ini diberikan untuk menjaga agar api yang di atas mezbah TUHAN di Kemah Suci terus menyala, jangan dibiarkan padam.
TUHAN berkata: "Tiap-tiap pagi imam harus menaruh kayu di atas mezbah, mengatur korban bakaran di atasnya dan membakar segala lemak (agar berbau harum). Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam." (Imamat 6: 12-13).
Ini adalah simbol relasi umat dengan TUHAN yang harus terus dijaga, agar hidup, harum, kudus dan berkenan dihadapanNYA.
2. Korban Sajian (Minkha)
Korban sajian adalah korban syukur atas apa yang kota dapatkan sebagai nafkah hidup. Seperti Kain yang mempersembahkan korban persembahan sajian dari hasil tanahnya dan Habel yang memberikan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya. Sepersepuluh hasil terbaik dari pekerjaan, dipersembahkan kepada TUHAN.
"Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada TUHAN, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya." (Imamat 2: 1)
3. Korban Keselamatan atau Perdamaian (Zevakh dan Selamin)
"Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu." (Kejadian 31: 54)
Korban ini berupa ternak tak bercela yang dibawa ke hadapan Tuhan. Korban ini tidak berurusan dengan dosa melainkan sebagai bakaran bagi Allah setiap kali datang ke bait-Nya.
Sebelum disembelih, si pemilik juga harus meletakkan tangan di atas kepala binatang korban sebagai lambang keselamatan yang dianugerahkan Tuhan baginya sehingga tidak binasa dalam dosa. Korban keselamatan dan perdamaian ini adalah pernyataan syukur atau sukarela kepada Allah (Im. 7: 12; 22: 29; Bil.6: 14; 15: 3, 8).
4. Korban Penebus Salah (Asyam)
Orang Yahudi membagi kesalahan atau dosa itu menjadi 3 tahapan, yakni mulai dari yang terringan sampai yang terberat.
Dosa yang ringan atau kesalahan itu disebut "het", yakni apabila kita melakukan apa yang dianggap salah/dosa, tetapi kita tidak tahu bahwa ada hukum atau aturan yang melarangnya. Jadi ini terjadi oleh karena ketidak tahuan atau salah pilihan dan pertimbangan.
Yang kedua disebut "awon", yakni kesalahan atau dosa yang kita perbuat padahal kita tahu ada larangan atau hukum yang menyatakannya. Dosa ini dilakukan dalam kesadaran akan yang benar dan salah. Mungkin saja niatnya baik, tetapi tindakan tsb tetap melanggar hukum TUHAN.
Yang ketiga atau terberat disebut "pesha", yakni tindakan dosa yang dilakukan dengan niat jahat atau menentang TUHAN.
Nah, korban penghapus salah itu diberikan untuk menebus kesalahan "het". Dimana dosa yang dilakukan itu terjadi oleh karena ketidak sengajaan atau kelalaian. Misalnya, secara tak sengaja melupakan janji dengan seseorang atau menabrak binatang piaraan orang lain hingga mati. Imamat mengajarkan bahwa si pelaku harus mengganti kerugian lalu mempersembahkan korban penebus salah di bait Allah.
TUHAN berfirman: "Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah, maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu ketahuan, haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus dibawa mereka ke depan Kemah Pertemuan." (Imamat 4: 13-14)
5. Korban Penghapus Dosa (Khatta't)
Korban penghapus dosa ini dipersembahkan untuk dosa yang dilakukan dengan sengaja dan yang menimbulkan kerugian bagi orang lain atau yang menimbulkan murka TUHAN.
Apabila umat melakukan dosa tersebut, ia harus mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa.
Ia harus membawa lembu itu ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN, lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala lembu itu, dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN." (Imamat 4: 1-4)
Ini melambangkan kesadaran manusia (termasuk para imam) akan dosa lalu bersedia mengaku. Korban tersebut berupa lembu jantan muda yang disembelih dan dibakar di atas mezbah namun hanya lemak, isi perut, buah pinggang serta umbai hatinya sebagai bagian terharum. Sedangkan seluruh bagian lain harus dibakar di luar perkemahan karena Kemah Pertemuan tidak boleh dicemari.
Jadi Musa mencatat lengkap dan detil semua jenis persembahan korban dalam satu kitab khusus yang disebut Imamat agar umat memahami tiga hal penting tentang persembahan:
- Persembahan merupakan gambaran khusus dan kudus hubungan manusia dengan TUHAN dan hal ini harus terus dijaga tidak boleh padam.
- Persembahan mengingatkan betapa manusia itu ringkih, mudah jatuh dalam kesalahan dan dosa. Manusia memerlukan ampunan dan pemulihan dari TUHAN terus menerus.
- Persembahan korban harus dikerjakan dengan serius dan dengan korban yang terbaik.
Bersambung...!
Post a Comment for "Makna Persembahan Kepada Tuhan 2"