Memuliakan Tuhan Melalui Karyamu
Memuliakan
Tuhan melalui karyamu ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut
diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat yang ada di kota Korintus, yaitu
dalam 1 Korintus 10:31. Rasul Paulus menulis: “Jika engkau makan atau jika
engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya
itu untuk kemuliaan Allah”.
Tiga orang kuli
bangunan tampak sedang sibuk bekerja di bawah panas terik matahari. Terlihat
jelas ketiganya sedang mandi keringat setelah bekerja dari pagi tadi. Namun ada
sesuatu yang berbeda dari mereka bertiga. Ketiganya menunjukkan ekspresi wajah
yang tidak sama. Penuh rasa penasaran, seorang pemuda menghampiri ketiga kuli
bangunan tersebut.
“Pak apa yang sedang bapak
kerjakan?”, tanya si pemuda. Kuli bangunan pertama ini menjawab dengan nada
yang kurang bersahabat : “Pak, apa bapak tidak bisa lihat kalau saya sedang
bekerja? Kalau bapak mau bantu, bantulah. Ngga usah pakai acara tanya-tanya
segala. Macam wartawan saja!”. Si pemuda ini kemudian minta maaf dan pindah ke
kuli bangunan yang kedua. “Pak, maaf, apa yang sedang bapak kerjakan?”, tanya
si pemuda kepada kuli bangunan yang kedua. Kali ini, jawaban yang diterimanya
agak berbeda. “Saya sedang nyari duit, Mas. Sekarang sulit cari kerja, jadi
saya terpaksa melakukan pekerjaan apa pun. Yang penting halal”, katanya sambil
menghapus keringat di keningnya. Si pemuda ini pun mengangguk.
Si pemuda kemudian melangkahkan
kakinya menuju kuli bangunan ketiga. Sambil tersenyum, si pemuda ini kembali
bertanya : “Maaf pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Berbeda dengan kedua
temannya, kuli bangunan yang ketiga ini memberikan sebuah senyuman sembari
menjawab pertanyaan tadi. “Sudah lama saya bercita-cita agar bisa melakukan
sesuatu yang usianya melebihi usia hidup saya di dunia ini namun rupanya Tuhan
baru memberikan kesempatan itu sekarang”, katanya.
Penuh rasa penasaran, si
pemuda kembali bertanya : “Maksud bapak apa?”. Kuli bangunan ketiga kembali tersenyum
dan balik bertanya : “Anak muda, tahukah engkau apa yang sedang kami kerjakan
saat ini?” Si pemuda hanya bisa geleng-geleng kepala. “Kami sedang membangun
sebuah gereja. Saya secara pribadi sangat senang diperkenankan ambil bagian
dalam pembangunan ini. Semoga dalam beberapa bulan ke depan, gereja ini bisa
berdiri dan menjadi berkat bagi saya serta semua orang yang beribadah di sini”,
jelasnya.
Cara
Pandang yang salah
Cerita sederhana di atas
seakan hendak mengingatkan kita bahwa pekerjaan yang sedang kita lakukan
barangkali memiliki nilai yang mulia alias tidak sekedar bekerja. Sering kita
temui orang yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Betapa menyedihkan! Saya
masih ingat pengalaman beberapa tahun silam ketika saya masih berkarya sebagai
jurnalis. Saat itu seorang teman mengingatkan saya agar jangan terlalu “ngotot”
dalam bekerja. Rupanya ia memakai prinsip KSO alias kerja sesuai ongkos.
Sebaliknya ada seorang teman
yang memberikan prinsip yang berlawanan. “Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan
dengan sebaik-baiknya dan imbalannya akan mengikutimu”, begitu nasihatnya. Saya
rasa nasihat ini benar. Jika kita senantiasa melakukan hal yang terbaik,
prestasi dan reputasi akan menghampiri diri kita.
Dr Jimmy B. Oentoro
dalam bukunya The 7-40 Journey mengatakan orang yang bekerja sekedar untuk
mendapatkan upah lebih mirip perbudakan daripada kebebasan. Ada juga orang yang
bekerja demi menyediakan kebutuhan orang lain, seperti istri dan anak-anak. Ini
adalah alasan yang mulia. Namun di sisi lain pekerjaan dapat menjadi sarana
bagi seseorang untuk mengekspresikan talenta yang dimilikinya, misalnya seorang
penulis atau pelukis. Pekerjaan juga dapat dipandang sebagai sarana untuk
memberikan kontribusi positif kepada kehidupan orang lain. Misalnya, seorang
salesman yang baik akan berusaha untuk membantu memecahkan masalah konsumennya.
Pekerjaan adalah ibadah kita
Pekerjaan juga dapat menjadi
sebuah doa, bahkan ibadah kepada Tuhan. Pekerjaan yang dilakukan dengan
sebaik-baiknya dan dengan sepenuh hati dapat menjadi sebuah doa dan ucapan
syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan. Inilah yang membuat hidup seseorang
bernilai. Bukankah Tuhan ingin agar setiap manusia mengembangkan potensi yang
telah diberikan-Nya? Pengembangan potensi diri secara maksimal jelas merupakan
bentuk ucapan terima kasih kepada Tuhan. Bukan hanya itu, potensi diri yang
dikembangkan dan kemudian digunakan demi menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi sesama tentu akan memuliakan nama Tuhan di muka bumi ini.
Ijinkanlah saya menutup
jumpa kita kali ini dengan sebuah nasihat bijak dari Martin Luther King, Jr. : “Kalau
seorang terpanggil menjadi tukang sapu jalanan, hendaknya ia menyapu jalanan
seperti Michelangelo melukis, atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare
menulis puisi. Hendaknya ia menyapu jalanan sedemikian baiknya sehingga semua
penghuni surga dan bumi akan tertegun dan berkata, di sini pernah hidup seorang
penyapu jalanan yang hebat, yang melaksanakan tugasnya dengan baik”, katanya.
Bagaimana Anda memandang pekerjaan Anda saat ini?
Post a Comment for "Memuliakan Tuhan Melalui Karyamu"