Ibadah Dalam Perspektif Mazmur 100:1-5 Part 2
Ibadah dalam perspektif Mazmurr 100:1-5 ~ "Ibadah bukanlah hal yang baru atau
muncul pada zaman Perjanjian Baru saja, tetapi sudah ada sejak Perjanjian Lama,
khusus dalam nats ini merupakan seruan beribadah dengan bersorak-sorak. Seruan
ini ditujukan kepada umat pilihan-Nya, bangsa Israel.
Pembahasan dalam artikel ini menjelaskan mengenai ibadah terkait alasan dan
sikap hati orang percaya.
2. Alasan Beribadah (Ay. 3)
Kata ketahuilah (BIS: Ingatlah) di sini,
penulis mazmur hendak memberitahukan kepada pembaca, umat-Nya, atau seluruh
bumi bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan Allah dan umat-Nya.
B.A. Pareira mengatakan, bahwa "Seruan
'ketahuilah (ay. 3) kiranya ditujukkan baik kepada bangsa-bangsa (bnd. MZM
46:11) maupun kepada jemaah yang datang beribadat. 'Ketahuilah', berarti
sadarlah, akuilah dan hiduplah sesuai kebenaran-kebenaran iman ini; Jika dikaitkan dengan ayat 2, maka ayat 3 ini jelas
sekali menjelaskan tentang alasan yang sudah dikatakan dalam ayat sebelumnya.
Maksudnya, ayat ketiga ini merupakan pemberitahuan akan alasan mengapa umat-Nya
atau milik kepunyaan-Nya harus beribadah kepada Tuhan.
Pertama, Ayat ini menjelaskan dua hal, yakni: Dialah
PenciptaNya. Kata "Dialah yang menjadikan kita", menjadi suatu alasan
kuat yang disampaikan oleh pemazmur agar seluruh bumi beribadah kepada-Nya,
sebab Ialah Tuhan yang menjadikan atau menciptakan manusia. Bukti Tuhan yang
menciptakan manusia terkait dalam kitab Kejadian 1:26-31, mengenai penciptaan
manusia.
Kedua, Dialah pemilik umatNya. Pemazmur mengatakan di sini bahwa manusia yang
diciptakan adalah "... Punya Dialah Kita." Dia Tuhan adalah pemilik
umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Jadi, Pemazmur memberitahukan atau
mengingatkan bahwa Tuhan pemilik dan Dia itu Sang Gembala bagi umat-Nya.
3. Beribadah dengan
Bersyukur (Ayat 4)
Ada empat bagian yang akan dijelaskan dalam
pembahasan ini, yaitu:
Pertama, Nyanyian syukur. Dalam bahasa Ibrani disebut Towdah,
artinya thanksgiving. B.A. Pareira menjelaskan pemazmur (dinyanyikan oleh para
imam?) mengundang saudara-saudarinya seiman supaya masuk melalui pintu gerbang
ke dalam pelataran sambil melambungkan nyanyian pujian."
Kelanjutan dari ajakan beribadah kepada Tuhan
ialah masuk dalam bait-Nya melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur.
Sikap seseorang yang seharusnya dalam beribadah ialah mempersembahkan atau
membawa syukur atau nyanyian syukur kepada Tuhan.
Kedua, Puji-pujian. Dalam bahasa Ibrani disebut Tehillah, artinya praise, song
of praise. Dalam memasuki pelataran-Nya, umat-Nya juga masuk "... ke dalam
pelataranNya dengan puji-pujian." Bait Allah terdiri dari tiga bagian atau
tiga ruang, yakni Pelataran, ruang Kudus, dan Maha Kudus.
Ruang Maha Kudus hanya diperbolehkan Imam Besar masuk ke Ruang Maha
Kudus pada hari raya Yom Kippur atau hari raya Pendamaian, dan para imam hanya
bisa di ruang Kudus, sedangkan umat hanya boleh di pelataran saja.
Pelataran bait suci juga terdiri dari dua
pelataran, yakni "pelataran luar dan pelataran dalam. Umat diperkenankan
masuk hanya ke dalam kedua pelataran ini, sehingga yang dimaksud dengan 'pintu
gerbang' ialah pintu ke pelataran dalam di mana terdapat mezbah korban.
Di pelataran inilah umat yang beribadah kepada
Tuhan, seharusnya datang dengan nyanyian syukur dan puji-pujian.
Ketiga, Bersyukurlah. Di pelataran-Nya umat juga diajak untuk
bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur di sini juga tentu untuk bersyukur atas
anugerah kehidupan yang Ia berikan, pertolongan, pemeliharaan, dan keselamatan
yang Ia berikan. Dengan kata lain, bersyukur atas seluruh Aspek kehidupan
merupakan sikap yang seharusnya dalam beribadah.
Keempat, Pujilah namaNya. Dalam bahasa Ibrani menggunakan kata Barak,
artinya to kneel atau bless, KJV menerjemahkan dengan kata "bless".
Pujilah nama-Nya dapat juga diterjemahkan "berkatilah Dia".
Alkitab penuntun Hidup Baru menjelaskan, bahwa “kita
menyanyi tentang kasih dan kesetiaan-Nya tidak akan berakhir (ay. 5)."
Jadi, arti bless bukanlah seseorang dapat memberkati Tuhan sebagaimana Tuhan
memberkati umat-Nya, melainkan dalam batasan menyenangkan Tuhan lewat pujian.
Lebih tepat terjemahan yang digunakan Alkitab
TB, "pujilah nama-Nya". Memuji Tuhan juga bisa diartikan merendahkan
diri atau berlutut (to kneel) di hadapan Tuhan yang disembah.
Post a Comment for "Ibadah Dalam Perspektif Mazmur 100:1-5 Part 2"