Translate

Cara Allah Memproses Hidup Musa

Cara Allah memproses hidup Musa ~ Musa berasal dari keturunan Lewi, dari puak Kehat, lahir daripasangan suami-istri: Amran dan Yokhebed. Nama Musa artinya “ditarik dari air” (bahasa Ibrani: Moseh atau Moyses), sedangkan menurut bahasa Mesir, Musa berarti “anak”.

Kelahiran Musa terjadi pada masa di mana bangsanya berada di bawah penjajahan dan perbudakan bangsa Mesir. Hidupnya terancam oleh maklumat Firaun raja Mesir yang memerintahkan agar setiap anak laki-laki dari bangsa Israel harus dibinasakan (Keluaran 1:15-16).

Dengan iman dan hikmat dari Allah, orang tuanya berusaha menyelamatkan Musa (Keluaran 2:3-4; Ibrani 11:23). Allah melindungi Musa dan mengembalikannya ke pangkuan dan asuhan orang tuanya melalui putri Firaun.

Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid satu, memberikan komentar: “Anak laki-laki ini, tidak hanya berhasil disembunyikan dan kemudian dilindungi oleh Putri Firaun sendiri karena kasihan mendengar tangisan anak itu, tapi malahan anak itu dikembalikan secara resmi kepada ibunya sendiri untuk disusukan, yang untuknya si ibu dibayar”.[1]

Musa dalam tahap awal persiapannya menerima pendidikan dasar di bawah asuhan orang tuanya. Pendidikan dasar ini meliputi pendidikan moral dan spiritual yang membentuk karakter dan cara hidup sebagai seorang Yahudi yang baik, saleh dan mengasihi Allah serta hanya beriman kepada-Nya. Ketika Musa sudah mencapai usia untuk disapih (telah besar), Musa diserahkan kepada Putri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anak (Keluaran 2:10).


Musa dibina, dilatih dan dipersiapkan dalam segala pengetahuan Mesir yang merupakan kehendak Allah bagi Musa. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid 2, memberikan komentar bahwa: “Kurikulum pendidikan Mesir meliputi membaca dan menulis tulisan hieroqlif dan tulisan kudus, menyalin naskah-naskah, kaidah menulis surat dan tata administrasi. Anak-anak Firaun juga dilatih memanah dan ketrampilan jasmani lainnya.[2] Lebih lanjut ditegaskan bahwa: “Musa dibesarkan di istana (hal yang lumrah dan khas di Mesir), maka harus diterima bahwa Musa diwajibkan mengikuti pendidikan intelektual seperti dikemukakan di atas”.[3]

Hal Lindsey mengatakan: “Musa merupakan seorang yang paling berkuasa dan paling berpendidikan di Mesir dan ia pasti menjadi Firaun seandainya Allah tidak memaksa mengalihkan peran kepemimpinannya di Mesir dan menyuruhnya pergi ke padang gurun selama empat puluh tahun dalam mempersiapkan dirinya untuk menjalankan mis yang sebenarnya dalam hidup Musa yang telah disiapkan Allah baginya”.[4]

Allah dalam kedaulatan-Nya, mengembangkan Musa untuk menjadi pemimpin melalui proses sepanjang hidupnya secara unik dan penuh kuasa. Peter Wongso mengatakana: “Ia lari ke padang belantara Midian dan menjadi gembala selama 40 tahun, berkawan dengan kambing dombanya. Dengan menjadi gembala ini, karakter pribadinya dilatih melalui beraneka ragam sifat binatang-binatang piaraannya. Lewat ribua ekor kambing domba yang digembalakan, daya latih kepemimpinannya diasah”.[5]

Musa dididik dalam pokok kepercayaan Yahudi di tangan orang tuanya, terlatih dalam pengetahuan dan ketrampilan Mesir serta jiwanya ditempa selama empat puluh tahun di padang gurun yang melaluinya misi penyelamatan dan pembebasan umat Allah dilaksanakan. Allah memiliki kuasa yang mutlak dan penuh atas potensi manusia dan Allah selalu mengarahkan dengan bijaksana untuk mencapai tujuan-Nya.

Musa menjadi pemimpin bangsa Israel yang terampil dan berkualitas, artinya sehat dalam iman, mendasar dalam pengetahuan akan kebenaran, dewasa dalam sikap dan mentalitas, serta handal dalam mengemban tugas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid dua, mencatat: “Sebagai pemimpin umatnya, Musa tidak hanya diperlengkapi secara teknis dengan pertumbuhannya dan pendidikannya di Mesir. Tapi dalam hal yang jauh lebih asasi, ia juga dibina menjadi pemimpin ulung berkat kesetiaannya mengikuti Allah oleh iman (Ibrani 11:23-29).

Musa dipilih, dipanggil, ditetapkan menjadi pemimpin serta dimentoring oleh Allah menjadi pemimpin dan juru bicara Allah bagi umat Israel. Pengetahuan Musa di bidang administrasi dan skillnya di bidang literatur, dipakai oleh Allah untuk menulis kitab Taurat. Musa menjadi pengantara utama dalam hal hukum antara Allah dengan bangsa Israel. Musa menjadi pengajar dan pembina umat untuk mengabdi dan berbakti hanya kepada Allah. Firman Tuhan yang ditulis oleh Musa, menjadi sarana utama bagi pertumbuhan rohani umat Israel dan dasar pengajaran tentang Allah serta karya-Nya di masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Semuanya itu dicapai melalui persiapan dan campur tangan serta mentoring dari Tuhan.





[1] Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995, hlm. 152.
[2] Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1982, hlm. 103.
[3] Ibid, hlm. 104.
[4] Hal Lindsey, Penggenapan Janji Allah, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1993, hlm. 42.
[5] Peter Wongso, Obrolan Seorang Gembala, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1993, hlm. 2.

Post a Comment for "Cara Allah Memproses Hidup Musa"