Kita Dipanggil Untuk Menjadi Miskin
Kita
dipanggil untuk menjadi miskin ~ Kemiskinan tidak
berarti Anda tidak mempunyai makanan; kemiskinan hanya berarti bahwa Anda tidak
mempunyai surplus, atau Anda tidak mengumpul atau menyimpan surplus. Di Khotbah
di Bukit, kita dipanggil untuk percaya kepada Allah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kita.
Artinya
“miskin di hadapan Allah”
Apakah artinya miskin di hadapan
Allah? Kata ‘miskin’ itu dalam bahasa Ibrani berarti ‘kerendahan hati’,
‘kelembutan hati’. Hal ini bisa dilihat misalnya di Ams. 16:19 yang menunjukkan
bahwa kata Ibrani untuk ‘miskin’ di dalam konteks itu adalah ‘kelembutan hati’,
atau ‘kerendahan hati’. Di Yes. 11:4, dikatakan bahwa bila Mesias datang, dia
akan menghakimi orang–orang ‘miskin’ dengan keadilan. Di sini sekali lagi orang
miskin artinya ‘orang lembut hati’, orang rendah hati’.
Dengan mencari kata ‘miskin’
yang dalam kamu bahasa Ibrani, atau kata anav itu, Anda akan
menemukan bahwa kata itu berarti ‘miskin’, ‘rendah’, ‘lembut hati’, atau
‘sederhana’. Rangkaian arti-arti ini tidak dapat dipisahkan. Kata ‘miskin’ di
Yes. 61:1 adalah kata yang sama yang sesungguhnya kembali berarti ‘lembut hati’
atau ‘rendah hati’ maupun ‘miskin’. Hal ini tampak paling menonjol dalam Bil.
12:3.
Musa adalah seorang yang
Sangat Lembut Hatinya, yaitu dia Sangat Miskin.
Dengan membaca dari Bil.
12:3 tentang Musa akan menunjukkan kepada kita manusia seperti apa yang sedang
dipikirkan oleh Yesus ketika ia berkata, “Berbahagialah orang miskin.”
Musa diangkat oleh Allah
sebagai pemimpin, nabi di Israel, dan Miryam dan Harun memang punya alasan
untuk merasa iri. Berdasarkan hubungan pribadi sebagai kakak laki-laki dan
kakak perempuan, mereka juga mempunyai hak untuk berbicara. Hal ini sangat
keliru. Jadi, mereka berbicara menentang Musa karena perempuan Kusy yang
dinikahinya. Musa telah menikah dengan seseorang yang bukan berasal dari bangsa
Israel, tetapi dari bangsa Kusy. Dan mereka berkata, “Sungguhkah TUHAN
berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga
Ia berfirman?” Dengan kata lain, “Apakah kamu satu-satunya nabi di sini?”
Dan Tuhan mendengar hal itu.
Hati-hati dengan perkataan Anda karena Tuhan mendengar apa yang Anda katakan.
Hati-hati saat Anda menentang orang yang dipilih Tuhan. Musa tidak menjawab
mereka dengan sepatah kata pun. Ia tidak berdebat dengan mereka; ia tidak
membantah. Sebaliknya ia bersujud di hadapan Allah. Begitulah orangnya.
Maka demikianlah ayat 3, “Adapun
Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang
ada di atas muka bumi.” Musa datang ke hadapan Allah dan Allah dengan tiba-tiba
menjatuhkan penghakiman. “Lalu berfirmanlah Tuhan dengan tiba-tiba kepada Musa,
Harun dan Miryam, ‘Keluarlah kamu bertiga”.
‘Miskin di hadapan Allah’
dengan demikian berarti ‘lembut hati’, ‘rendah hati’. Itulah alasan saya
berkata bahwa jika Anda miskin secara finansial, biarkanlah kemiskinan itu
merembes ke dalam jiwa Anda. Janganlah biarkan dunia mengelabui Anda dan
berpikir bahwa Anda perlu membual untuk mengesankan orang lain.
Biarkan Allah Yang Maha
Pengasih melihat dan Dia akan memperhatikan kemiskinan Anda. Dia akan
meninggikan Anda. Anda tidak perlu menyombongkan diri atau membual dalam hidup
Anda. Biarkan Allah menjadi kekuatan Anda. Biarkan Dia meninggikan Anda dan
meletakkan kakimu di atas gunung batu. Itulah artinya kata ‘miskin’. Kata
Ibrani ‘miskin’ bisa berarti secara harfiah miskin atau miskin di hadapan
Allah. Di Bil. 12:3 artinya adalah miskin di hadapan Allah, tidak saja miskin
secara material.
Musa dibesarkan di istana
pangeran, di dalam rumah tangga Firaun. Ia mampu mewarisi kedudukan seorang
pangeran kerajaan. Namun apa yang ia lakukan? Berbeda dengan orang muda yang
kaya, ia memalingkan wajahnya dari dunia, dari kedudukan seorang pangeran di
Mesir berikut semua kemuliaannya. Dikatakan di Ibr. 11, Musa lebih memilih
menderita sengsara, kemiskinan dengan umat Allah daripada menikmati kekayaan di
Mesir. Musa memilih untuk menjadi miskin secara harfiah dan ia juga miskin di
hadapan Allah – hal yang bahkan lebih penting.
Miskin di hadapan Allah
adalah inti kebenaran. Orang miskin tidak berdaya, mereka ditindas oleh orang
kaya dan orang kuat sehingga mereka harus memandang kepada Allah sebagai tameng
dan pembela mereka. Jika Anda kaya Anda mampu membela diri sendiri; Anda tidak
perlu Allah untuk membela Anda. Akan tetapi orang miskin tidak mempunyai
siapa-siapa untuk membela mereka; mereka harus membawa perkaranya ke hadapan
Allah. Orang miskin tidak mempunyai harapan apa-apa di dunia ini. Mereka tidak
bisa mengharapkan pensiun yang besar.
Mereka tidak bisa berharap
untuk memiliki speedboat di Sungai St. Lawrence atau rumah istirahat di tepi
danau. Mereka tidak mempunyai sarana seperti itu. Mereka tidak mempunyai
harapan apa-apa sepanjang berkaitan dengan dunia ini. Hanya Allah yang menjadi
harapan mereka. Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka. Allah yang
memenuhi kebutuhan mereka. Mereka harus memandang kepada Allah hari demi hari.
Post a Comment for "Kita Dipanggil Untuk Menjadi Miskin"